Mereka berdua telah berada di kantin utama sekolah, tapi Kinanti masih memikirkan apa yang di katakan Sarah tadi, kalau mereka sekelompok, bahkan sudah saling dekat pasti Kinanti semakin sulit untuk beradaptasi apa lagi untuk berteman dengan mereka.
Lagi-lagi Kinanti menghela napas yang kesekian kalinya pagi itu.
"Kinanti!" Sarah mengagetkannya.
"Eh iya, kenapa Rah?"
"Jangan bilang kamu lagi mikirin caranya beradaptasi dengan habitat lain ya?"
"Apa sih, Rah."
"Lagian diem aja. Aku makan nasi goreng aja. Kamu?
"Aku minum teh anget aja kayanya, takut nggak keburu. Awas aja ya, kalau kita sampai telat masuk kelas!" Kinanti sedikit bercanda dengan mengancam Sarah.
"Siap Komandan! Nyari tempat duduk gih!" Sarah mendorong tubuh Kinanti.
Kinanti mengedarkan pandangannya untuk mencari tempat duduk. Kantin pagi itu tampak cukup ramai, Kinanti sedikit terkejut karena biasanya kalau dia sarapan hanya ada beberapa orang saja di sana.
"Kinanti!"
Kinanti berbalik mendengar namanya di panggil. Dia melihat seseorang yang melambaikan tangan.
"Di sini aja!" Sambil menunjuk kursi di sampingnya.
Faisal. Orang yang memanggilnya adalah orang yang sama dengan orang yang tadi pagi mengajaknya berkenalan.
Awalnya Kinanti ingin menolak, tapi akhirnya ia memberanikan diri untuk duduk bersama teman barunya itu.
"Tadi diajak nggak mau, sini." Faisal menepuk kursi di sampingnya.
"Sendirian Nan?" Tanya Raka yang baru datang membawa dua gelas teh.
"Sama teman, dia lagi beli makan."
Kinanti sedikit terkejut saat Raka meletakkan satu gelas teh yang dibawanya tadi ke hadapan Kinanti, "Nih, buat kamu."
Belum sempat Kinanti menjawab terdengar Faisal yang merajuk dengan nada yang di buat-buat, "Raka! Kok kamu jahat sih sama aku. Masa Kinanti dikasih minum aku enggak."
"Jijik Sal. Beli sendiri sana!"
Padahal tentu saja Raka sebelumnya berniat memberikan teh itu untuk Faisal, namun karena ada Kinanti jadi tak ada salahnya mengerjai Faisal.
Sedangkan Kinanti masih tidak menyangka dengan sikap baik Raka, tapi juga tak bisa menahan rasa senang mengetahui ada orang yang baik kepadanya.
"Makasih, Raka." Suara Kinanti hampir tak terdengar karena menunduk terlalu dalam, membuat Faisal yang tadinya mau kembali merajuk mengurungkan niatnya.
Kinanti mengangkat wajahnya menatap bagaimana reaksi Raka. Saat itu pula Raka juga sedang menatapkan.
"Iya, sama-sama." Raka tersenyum sebelum akhirnya menyuap kembali makannya.
"Eh cewek Lo satu kelas sama kita kan?" Pertanyaan Faisal membuat Kinanti sedikit terkejut.
"Iya, semalem dia baru bilang."
"Gila! Bisa gitu satu kelas sama pacar?" Faisal menggelengkan kepalanya.
"Kamu udah punya pacar ya?" Kinanti memberanikan diri untuk bertanya.
"Iya dari SMP, malah mereka udah putus -nyambung - putus - nyambung mulu." Faisal yang menjawab.
Raka di depannya hanya sedikit tersenyum, entah kenapa Kinanti melihat ada sesuatu yang di simpan diam-diam oleh teman barunya itu.
Ada perasaan aneh dalam diri Kinanti entah kenapa. Kinanti sekali lagi menghela napas dia merasa sedikit kecewa dengan berita yang baru saja didengarnya. Sampai akhirnya ada yang meletakkan piring tepat di sampingnya.
"Oh, temen kamu, Sarah."
"Lo lagi, Lo lagi. Males banget gue ketemu lo mulu!" Sarah terdengar sedikit kesal.
"Kalian udah kenal ya?" Tanya Kinanti seadanya.
"Ini yang aku ceritain tetangga nyebelin, yang suka minta kertas HVS aku, Ki," keluh Sarah membuat Kinanti tertawa.
"Eh apaan? Orang emak lo yang nyuruh! Nak Faisal kalau butuh kertas buat ngerjain PR ambil aja ya punya Sarah. Ya ngapain gue nolak!" Protes Faisal sambil meniru suara yang dibuat-buat seperti perempuan.
"Lo aja yang nggak tahu diri! Bayar dong!"
"Udah! Udah! Berantem mulu kalian. Nggak di rumah, nggak di tempat les, sekarang juga di sekolah." Raka mencoba melerai keduanya.
"Temen Lo tuh! Nyebelin banget sih jadi orang! Hidup lagi!" Sarah mulai menyuap nasi gorengnya yang masih mengepulkan asap.
Selama perdebatan keduanya Kinanti hanya diam saja, sesekali tersenyum melihat pipi Sarah yang mulai memerah setiap kali menahan emosinya.
"Ke kelas yuk Ka! Nggak nafsu makan lagi gue." Faisal bangkit dari kursinya.
"Eh yang ada gue mual kalau ada Lo!" Sarah kembali menimpali.
"Udah!" Lerai Raka.
"Kinanti, aku duluan ya. Kamu cepetan takutnya sebentar lagi bel masuk.
Lo cepetan makannya, Kinanti nanti ikutan telat karena nungguin Lo!" Faisal menyempatkan diri melempar kulit kacang ke arah Sarah sebelum akhirnya berlari menghindari amukan Sarah.
"Nan duluan ya," pamit Raka sambil tersenyum yang di balas anggukan Kinanti.
"Awas aja Lo! Nggak akan gue bukain pintu kalau tengah malam minta es krim," teriak Sarah penuh emosi, Kinanti dapat melihat beberapa orang yang mulai menoleh ke arah meja mereka.
"Udah tenang masih pagi Rah," ujar Kinanti mengelus pelan lengan temannya itu coba menenangkan.
"Emosi banget gue kalau ketemu makhluk itu. Dosa apa gue setiap hari ketemu dia!" Sarah masih bersungut-sungut kesal.
"Jadi ada yang tiap malem makan es krim bareng ni?" Kinanti coba menggoda temannya.
"Apa sih Ki! Enggak! Dia aja tu yang ngemis-ngemis es krim. Kamu jangan deket-deket dia ya, sama Raka aja temenannya."
Kinanti teringat sesuatu, "Oh iya, Raka udah punya pacar ya?"
Sarah menoleh sesaat, "Udah. Pacar dari SMP Ki. Putus - nyambung gitu terus."
Kinanti hanya ber oh singkat.
"Dia manggil kamu Nan."
"Ha?" Kinanti sedikit bingung.
"Itu, dia manggil kamu Nan. Kaya Ibu kamu kan?"
Kinanti baru teringat, kalau Raka memanggilnya Nan. Hatinya menghangat.
"Iya," jawabnya sedikit melamun.
"Kamu belum dapat kabar beliau ya?"
Kinanti hanya menggeleng lemah, dadanya sedikit sesak mendengar pertanyaan Sarah. Bahkan pertanyaan itu membuatnya lebih tak bersemangat dari pada mengetahui Raka yang sudah punya pacar.
"Kamu yang sabar ya," tutur Sarah mengelus pundak Kinanti sebelum meneguk air mineralnya.
Kinanti tersenyum pasrah, "Aku nggak punya pilihan lain kan Rah?"
"Ki, percaya sama aku kalau kamu pasti akan ketemu sama Ibu kamu."
Sarah menggenggam kedua tangan Kinanti yang ada di pangkuannya.
"Sekarang, waktunya kamu fokus belajar. Begitu kamu lulus, langsung kabur aja dari rumah nenek lampir itu."
Kinanti hampir tertawa mendengar perkataan Sarah yang menyebut neneknya sebagai nenek lampir. Memang Sarah dan Farah sedikit tahu bagaimana keadaan Kinanti sekarang, termasuk fakta kedua orang tuanya memilih meninggalkan Kinanti dan adiknya.
"Yuk masuk! Udah bel."
Kinanti hanya mengangguk saat tangannya mulai di tarik Sarah untuk menuju kelas mereka masing-masing.
Kinanti berharap semoga ibunya masih ingat kalau dirinya dan juga adiknya masih ada di muka bumi, hingga mungkin suatu saat nanti ibunya akan menjemput mereka.
[]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Mukmini Salasiyanti
Hmmmm
So sad!!!!
2023-10-05
1