Drttt.
Sekali lagi ponsel Arsya berdering. Arsya mengecek ponselnya dan terlihat nomor tak di kenal sedang menghubunginya.
"halo".
"kau tidak melupakanku bukan" ucap suara dari ponsel Arsya.
"kapan kau akan membayar hutangmu. Ini sudah lebih dari janjimu. Atau kau ingin melihat ibumu terbaring di peti mati" ucap suara itu mengancam Arsya.
Mendengar ucapan itu tubuhnya seperti tersengat listrik. Iya tau saat ini seorang penagih hutang menagih janji padanya. Namun bagaimana iya harus hadapi. Saat ini iya sama sekali tidak memiliki uang. Bahkan uang yang terakhir kali di dapat sudah di habiskan untuk pengobatan ibunya.
"jangan. Jangan sentuh ibuku. Aku akan segera membayarnya. Tapi aku mohon beri aku sedikit waktu. "
"baik. Dua hari. Jika kau tidak bisa membayarnya kau tau sendiri akibatnya " ancam suara pria dari ponsel Arsya.
setelah mengatakan itu ponsel itu pun mati. Tubuh arsya bergetar mengingat perkataan pria itu.
kaki Arsya terasa begitu lemas hingga iya terjatuh dan terduduk lemas di atas lantai. Iya menutup wajahnya dengan tangannya untuk menyembunyikan wajahnya yang kini sedang menangis.
Saat ini demi mencari uang untuk membayar hutang Arsya harus bekerja. Namun tidak ada pekerjaan yang menghasilkan uang cepat selain bar. Kebetulan Arsya memiliki kenalan dan membantunya untuk mendapatkan pekerjaan.
Arsya mendapat kerjaan sebagai pelayan di sebuah bar yang cukup terkenal dan bergengsi di kalangan konglomerat.
Arsya hanya cukup berpenampilan sedikit cantik saja untuk menjadi pelayan di bar itu. Maklum soalnya bar bergengsi.
Arsya mengenakan dress hitam dengan lengan pendek dan panjang sedikit di atas lutut.

Dress ini juga bukan ke inginkan dia. Namun ini adalah dress paling tertutup yang di siapkan di bar ini.
saat menjadi pelayan di bar itu beberapa kali Arsya di goda oleh pelanggan saat mengantar minuman atau makanan.
Namun dengan sabar Arsya menghadapi semua itu selagi mereka tidak begitu keterlaluan.
"hei kau. Pelayan baru. Cepat antar minuman ini ke ruang VIP. " ucap seorang kepala pelayan pada Arsya.
"ah. Baik"
Arsya lalu membawa beberapa botol bir ke ruangan VIP itu. Saat masuk Arsya di buat kaget tak percaya. ternyata yang memesan ruangan itu adalah elvano suaminya sendiri dengan beberapa teman pria dan wanitanya.
"hei. Bukankah ini pelayan di rumah kamu sayang" ucap seorang wanita sexy seraya bermanja di bahu elvano.
Elvano juga terlihat tidak senang dengan kehadiran Arsya di bar itu. Bukan karena apa. Iya tidak menyangka istrinya akan datang ketempat seperti ini dan bahkan menjadi pelayan. Mungkin ini akan sedikit mencoreng wajahnya kali.
"wah. Pelayan ini cantik sekali. Sepertinya kau senang menjadi pelayan" ucap salah satu pria di ruangan itu.
"hahaha.. Bagaimana jika menjadi pelayan ranjang ku saja."
"aku juga mau jika di ranjang"
Terdengar beberapa ucapan pria di ruangan itu merendahkan Arsya namun tidak di hiraukan olehnya.
"tidak ku sangka orang di rumahku bisa begitu menjijikan hingga datang ketempat seperti ini" ucap elvano memandang arsya dengan mata menjijikan.
Mendengar ucapan elvano tanpa sadar Arsya meremas dress yang iya pakai.
"apa kau begitu kekurangan uang." ucap elvano seraya melangkah mendekat kearah elvano.
Jika bukan karena iya membutuhkan uang Arsya juga tidak akan mau menginjakkan kakinya di tempat seperti ini.
"kau ingin ini bukan" elvano mengeluarkan beberapa ikat uang dari sakunya.
"aku bisa memberikannya padamu dengan mudah asal kau mau berlutut di bawah kakiku" ucap elvano dengan senyum menyeringai.
"apa kau sungguh akan memberikannya padaku." ucap Arsya meyakinkan.
"tentu saja. Kita lihat dari caramu" ucap elvano dengan mata merendahkan Arsya.
Arsya memejamkan matanya sejenak. Lalu tanpa berkata apa apa lagi iya langsung berlutut di hadapan elvano. Hal itu membuat elvano membulatkan matanya tak percaya.
Di mata elvano Arsya saat ini begitu rendahan. Demi beberapa uang iya bahkan rela berlutut di hadapan banyak orang. Entah mengapa hal itu bukannya membuat elvano senang tetapi semakin membuatnya kesal.
"baik. Kau sungguh membuktikan betapa rendahnya dirimu." elvano lalu melemparkan uang itu pada Arsya begitu saja lalu duduk dan meminum secangkir bir yang ada di meja.
Arsya hanya bisa menutup matanya dan bertahan agar air matanya tidak jatuh.
"kau sungguh kekurangan banyak uang bukan. Aku akan memberikan mu lebih dari itu jika kau meminum bir ini" ucap elvano seraya menyerahkan segelas bir pada Arsya.
"setiap gelasnya akan bertambah dua kali lipat." ucap elvano dengan santai seraya mengeluarkan sebuah cek dan pena di atas meja. Elvano kembali bermesraan dengan wanita di sampingnya.
"tapi. Aku.. Aku tidak bisa minum" ucap Arsya.
"aku tidak memaksamu." ucap elvano tanpa melihat Arsya.
Karena Arsya yang sudah terdesak uang. Mau tidak mau iya harus meminum bir itu untuk mendapatkan uang untuk membayar hutang nya.
Perlahan Arsya mengambil gelas di atas meja. Dengan sedikit memaksa Arsya menghabiskan bir itu dengan sekali minum. Terasa begitu menyiksa saat meminum bir itu namun iya harus bertahan.
Elvano melihat Arsya meminum bir itu semakin kesal.
"bagus. Kau benar benar layak di puji. \*\*\*\*\*\*." ucap elvano seraya menulis cek sesuai dengan kesepakatan sebelumnya lalu kembali melemparnya pada arsya dan pergi begitu saja.
sakit. Malu. Hancur. Semua perasaan itu seperti bercampur aduk di hatinya. Yang paling membuat hati nya sakit saat elvano menyebutnya \*\*\*\*\*\* dari mulutnya sendiri.
Iya tidak menyangka iya akan jatuh ke tahap yang paling menyedihkan dalam hidupnya. Iy dulu begitu bahagia saat bersama elvano. Iya dijadikan layaknya putri yang berharga. Namun kini semua berubah. Iya yang sekarang tak lebih hanya seorang \*\*\*\*\*\* bagi elvano graha.
Arsya mengambil uang dan cek itu. lalu bergegas pergi dari ruangan itu. Perutnya terasa mual dan kepalanya pusing karena bir yang iya minum sebelumnya.
Arsya berlari menuju toilet. Dan memuntahkan sebagian isi perutnya. Kepalanya terasa pusing dan pipinya juga memerah karena bir itu.
"huh. Sakit banget"
Arsya tidak pernah menyentuh bir karena iya tidak bisa meminumnya. iya mudah mabuk bahkan saat meminum sedikit bir saja.
setelah menyimpan uang nya Arsya pergi dari bar itu. saat di jalan Arsya begitu mabuk. Iya meracau racau tidak jelas di jalanan.
"elvano. Aku bukan \*\*\*\*\*\*."
"elvano aku Arsya"
Dengan langkah yang tertatih dan sempoyongan Arsya terus berjalan tidak tentu arah.
Brakkk
Saat sedang berjalan kaki Arsya tersandung oleh batu dan terjatuh.
"ah.. Sakit. uhh.." Arsya meniup kakinya yang sakit seperti anak kecil.
Tepat saat itu arkha melihat Arsya dan menghampiri nya.
"Arsya"
"eh.. Arkha." ucap Arsya dengan wajah yang masih mabuk.
"arsya. Apa yang kau lakukan di sini."
Arkha melihat kaki Arsya yang terluka lalu menggendongnya ke pinggir jalan agar lebih aman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Fatma Kodja
kasihan sekali demi ibunya dia rela berkorban dan terluka
2023-10-15
0