bab 5

Elvano kemudian menarik tangan Arsya dengan kasar. Iya membawa Arsya kembali ke kamarnya.

Begitu masuk kekamar itu entah mengapa Arsya merasa begitu jijik membayangkan jika kemarin elvano memadu kasih dengan wanita lain.

"lepaskan. Elvano lepaskan." Arsya berusaha memberontak melepaskan tangannya dari elvano namun tenaganya yang kecil tidak lah sebanding dengan elvano.

Brakkk..

Elvano melempar Arsya keatas kasur begitu saja. Arsya berusaha bangkit dan menjauh dari elvano yang seperti di rasuki setan.

Elvano kemudian menarik kaki Arsya yang semakin menjauh hingga Arsya kembali terbaring di atas kasur itu.

"akh.. Elvano. Ku mohon lepaskan aku" ucap Arsya memohon berharap elvano melepaskan nya.

"kau memohon. Bukankah kau tadi begitu berani" ucap elvano seraya menindih tubuh mungil Arsya yang terbaring di kasur dengan memegang kedua tangan Arsya di atas kepalanya.

"kau pasti begitu menikmati bermain dengan pria asing kan."

"tidak.. Aku tidak melakukan apapun dengannya."

"bohong. Iya pasti menyentuh mu. Katakan bagian mana saja iya menyentuhmu." ucap elvano seraya melepaskan tiga kancing kemejanya.

"elvano. Jika kau melakukan ini aku tidak akan memaafkan mu" ucap Arsya yang mengerti apa yang akan di lakukan elvano sekarang.

"benci. Kau pikir aku perduli. Aku jauh lebih membencimu." ucap elvano kemudian melepaskan ikat pinggangnya dan mengikatkannya pada tangan Arsya.

Tiga hari tiga malam elvano menyetubuhi Arsya tanpa istirahat. Kecuali istirahat makan dan minum.

Bahkan karena hal itu Arsya tidak bisa bergerak dari atas kasurnya selain menangis. Terlihat elvano sedang tertidur di sampingnya. Selain menangis tidak ada yang bisa iya lakukan.

"jangan membuang air matamu di sini. Kau akan lebih mengotorinya" ucap elvano dengan santainya menatap Arsya yang tak mengenakan apapun terbaring lemah di atas kasur.

Ada perasaan puas tersendiri di hati elvano menatap Arsya.

Setiap kali elvano menyentuh Arsya iya akan teringat saat Arsya bersama pria asing waktu itu sehingga membuat elvano kesal dan marah hingga menyiksa tubuh Arsya yang sudah terluka.

Elvano kemudian bangkit dari kasur lalu pergi kekamar mandi untuk membersihkan dirinya tanpa menghiraukan Arsya yang sudah kotor karena malam panjang mereka.

Setelah selesai membersihkan diri dan memakai kembali pakaiannya. Elvano mengambil beberapa uang yang cukup banyak di tangannya lalu melemparkan semua uang itu di atas tubuh Arsya yang masih terbaring.

"ini untuk bayaranmu atas malam ini." ucap elvano seraya menghisap rokok di tangannya.

Arsya hanya terdiam dengan hinaan elvano pada dirinya. dirinya terasa begitu rendah di mata elvano.

Setelah beberapa saat elvano keluar dari kamar itu meninggalkan Arsya sendiri.

Setelah beberapa saat tiba tiba ponsel Arsya berbunyi.

Arsya dengan susah payah meraih ponsel nya yang tak jauh dari dirinya saat ini.

Terlihat nama arkha di ponselnya yang sedang menghubunginya.

"arkha." ucap Arsya dengan suara yang bersusah payah dibuat senormal mungkin.

"sya. Kau di mana. Kau baik baik saja kan. Mengapa kau tidak mengangkat panggilan ku sebelumnya." ucap arkha dari ponsel Arsya.

"maaf. Aku sedang sibuk beberapa hari ini." Arsya berbohong tidak ingin arkha tahu apa yang terjadi dengannya.

"sya... Maaf aku harus memberitahu ini.." ucap arkha dengan suara seperti bersalah.

"ada apa arkha" ucap Arsya penasaran.

"maaf. Aku lalai menjaga ibumu. Iya jatuh koma dan jantungnya kembali bermasalah" ucap arkha dengan suara yang tidak berdaya.

Mendengar ucapan arkha seketika ponsel Arsya terjatuh dari tangannya. namun dengan segera iya meraih kembali ponselnya.

"arsya. Kau baik baik saja..''

"bagaimana sekarang mama. Dia.. dia \_" Arsya tidak bisa berkata apa apa lagi. bibirnya terasa berat saat ingin berbicara.

"ibumu masih belum sadar. Keadaannya lebih buruk dari sebelumnya."

Arsya langsung mematikan ponselnya dan dengan sekuat tenaga iya bangkit dari kasur dan bersiap siap akan pergi kerumah sakit.

Walau tubuhnya sedang lemah namun demi ibunya iya harus kuat. Tidak peduli apapun itu. Saat ini ibunya lah yang lebih penting dari pada dirinya.

"di.. dimana mama" ucap Arsya dengan nafas yang tidak beraturan.

"kau tenang saja ibumu sudah mendapat perawatan. Iya ada di ruang perawatan sekarang." ucap elvano menenangkan Arsya.

Mendengar di mana ibunya berada Arsya segera berlari menuju ruang ibunya. Begitu masuk hatinya begitu sakit melihat ibunya terbaring dengan beberapa alat pemacu jantung untuk membuat ibunya bertahan.

Kondisi ibunya saat ini lebih memperhatikan dari pada sebelumnya. Sudah beberapa hari iya tidak menjenguk ibunya. Iya juga merasa bersalah karena tidak memantau sendiri kondisi ibunya.

"arkha. Mengapa mama jadi seperti ini. Bukankah saat itu iya sudah membaik." tanya Arsya tanpa menatap arkha dan hanya menatap ibunya.

"maaf Arsya. Ini salah ku tidak menjaga ibumu dengan baik. Jika aku tidak lalai orang lain tidak akan mungkin bisa melukai ibumu." ucap arkha dengan rasa bersalah

"apa. Orang lain. maksudmu mama di celakai oleh orang lain." tanya Arsya dengan tidak percaya.

"iya. Jika terlambat sedikit saja saat itu maka_"

"katakan kha. Siapa. Siapa yang melakukannya." ucap Arsya seraya memegang pakaian arkha.

Arkha hanya menggeleng kan kepalanya menandakan iya tidak tahu siapa orang itu.

Arsya tertunduk lalu terduduk di atas lantai dengan bersedih. Kemudian iya teringat akan seseorang

"Kapan kau akan membayar hutangmu. Ini sudah lebih dari janjimu. Atau kau ingin melihat ibumu terbaring di peti mati"

"Dua hari. Jika kau tidak bisa membayarnya kau tau sendiri akibatnya "

iya ingat akan ancaman seseorang. Itu adalah sang penagih hutang.

"itu mereka. itu pasti mereka." ucap Arsya seraya menggenggam tangannya.

Arsya lalu bangkit dari lantai yang dingin itu lalu menyeka air matanya dan hendak pergi.

"kau akan kemana" ucap arkha menahan tangan Arsya yang hendak pergi.

"kau tenang saja. Aku tahu apa yang harus aku lakukan. Aku janji akan segera kembali. Maaf harus merepotkan mu kembali untuk menjaga mama" ucap Arsya seraya melepaskan tangannya dari arkha dan pergi meninggalkannya.

Arsya pergi ke sebuah rumah yang berada di pinggiran kota. Itu adalah rumah tempat iya berhutang dahulu.

"wah kita kedatangan tamu rupanya" ucap seorang pria yang melihat Arsya masuk begitu saja kedalam rumahnya.

"ambil ini" ucap Arsya seraya melemparkan uang yang iya dapatkan sebelumnya.

"cih. hanya ini" ucap pria itu tidak senang.

"apa lagi. Mulai sekarang jangan menggangguku ataupun melukai ibuku" ucap Arsya

"hahaha.. Mengapa marah. Aku kira kau akan senang dengan hadiahku" ucap pria itu seraya kembali bermain kartu judi bersama teman temannya.

"jadi benar kau yang melakukannya. Jika kau berani melakukan itu aku akan melaporkan mu ke polisi." ancam Arsya.

"hei jangan marah. Jika kau melaporkan mu aku tidak yakin ibumu dan kau akan benar benar aman. Dan mungkin aku akan menuntut mu atas hutang hutangmu."

"hutang? Hutang apa lagi. Aku sudah membayarnya. Jangan mencari aku lagi".

"apa kau lupa dengan perjanjiannya. uangmu ini bahkan tidak cukup untuk hanya sekedar membayar bunganya" ucap pria itu.

"apa"

"aku harus mengingatkanmu kembali. bunga hutangmu akan terus bertambah setiap bulannya jika kau tidak segera melunasinya" ucapan pria itu membuat Arsya tertegun.

Arsya tidak percaya ada perjanjian seperti itu. Iya sangat ingat. saat meminjam uang pria tidak mengatakan apapun tentang bunga yang besar itu.

"kau menipuku.. Aku akan menuntut mu".

"benarkah. Kau yakin. Kau tidak memikirkan ibumu jika melakukan nya" ucap pria itu seraya mengancam Arsya.

"jangan coba coba menyentuh ibuku"...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!