Semalaman Arsya bergumal dengan elvano. Meski beberapa kali Arsya menolak namun tidak dihiraukan oleh elvano.
Hingga pagi Arsya terbangun dengan tubuh yang terasa sakit karena kebrutalan elvano di atas ranjang sebelumnya. Sedih. Sakit semua iya rasakan.
Iya tidak menyangka akan menikah dengan mantan kekasih yang sudah berpisah lama dengannya. Bahkan menghabiskan malam pertamanya dengan pria itu.
Entah perasaan benci atau bagaiman yang harus di rasakan nya. Hatinya bercampur aduk. Namun karena ibunya iya harus bertahan dan mengabaikan perasaannya saat ini.
Melihat elvano yang sudah tidak ada di kamarnya Arsya segera membersihkan dirinya walau harus berjalan dengan bertatih tatih.
saat di dalam kamar mandi iya mengguyur tubuhnya dengan air shower. Iya duduk di lantai merasakan dinginnya air. Air itu juga membantu menyembunyikan air matanya yang mengalir dengan deras.
Iya meringkuk memegang kakinya sembari mengingat perkataan elvano di tengah tengah permainan mereka sebelumnya.
Flash back...
"tidak ada gunanya terus menangis. Ini hanya pembuka dari penderitaan mu saja" ucap elvano seraya masih menyetubuhi Arsya.
"stop.. Pliss. Ku mohon jangan seperti ini Van"
"sstt.. Aku akan membuatmu membayar atas penghinaan mu saat itu. Kau suka uang dan aku membeli mu dengan uang."
"aku memiliki hak penuh atas dirimu. Namun kau sudah kehilangan hak atas dirimu" ucap elvano dengan sorot mata yang tajam.
"sampai kapan kau akan mengingatnya. Kita sudah berpisah mengapa kau tidak mau melepaskan ku." ucap Arsya sedih.
"aku tidak melepaskan mu?! Oh haruskah aku ingatkan bahwa kaulah yang datang sendiri padaku dan setuju menikah dengan bayaran 100 juta itu." ucap elvano di telinga Arsya.
Mendengar ucapan elvano Arsya hanya terdiam. Memang benar iya sendiri yang mau menikah dengannya karena tawaran uang itu. Namun iya juga tidak tau dan tidak menyangka bahwa pria yang akan iya nikahi adalah elvano mantan kekasihnya.
Arsya merasa malu akan dirinya sendiri. Demi uang iya harus rela menjual dirinya. Entah sampai kapan iya akan mengakhiri ini. Namun demi ibunya iya harus bertahan. Saat ini ibunya pasti menunggu nya.
"aku tidak lemah. Dan tidak boleh lemah. mama membutuhkanku aku harus kuat." ucap Arsya menyemangati dirinya sendiri.
jika tidak mengandalkan diri sendiri iya sungguh tidak bisa bergantung pada siapapun. Iya tidak punya siapa siapa selain ibunya. Ayahnya pergi meninggalkannya dan ibunya sekarang ibunya berbaring di rumah sakit. Iya sungguh tidak ingin kehilangan orang yang paling iya sayangi di dunia ini.
rumah ini terlihat besar namun begitu kosong. Selain para pembantu dan pengawal yang hanya beberapa tidak ada siapapun lagi. bahkan elvano setelah malam itu masih belum kembali.
Arsya sendiri dilarang keluar oleh elvano. Para penjaga begitu ketat menjaga Arsya seperti tahanan saja.
Drttt....
Ponsel Arsya berdering di sakunya. Dengan segera iya memeriksa ponselnya. Sebuah pesan singkat terlihat dari notifikasi di layar handphone nya.
^^^Arkha.^^^
^^^*Arsya kau di mana. kau baik baik saja kan. Mengapa tidak ada kabar dua hari ini.*^^^
Arsya.
*maaf arkha. Aku ada pekerjaan.
maaf ya😊*
^^^Arkha^^^
^^^*baguslah jika kau baik baik saja.^^^
^^^aku sangat mengkhawatirkan mu*^^^
Arsya
*bagiamana dengan ibuku*
^^^Arkha^^^
^^^*dia baik baik saja.^^^
^^^aku akan memantau terus^^^
^^^perkembangan ibumu*^^^
Setelah beberapa pesan singkat yang mengatakan ibunya baik baik saja. Hati Arsya terasa lebih baik.
Arsya duduk di sofa seraya membaca sebuah buku untuk mengisi waktunya karena di tahan sangat membosankan.
Saat tengah membaca Arsya melihat elvano kembali. Mata Arsya terbuka lebar saat melihat elvano kembali dengan wanita sexy dan cantik.
Keduanya terlihat sangat kasmaran. Namun Arsya paham dengan posisinya. Iya tidak marah atau pun kesal. Iya hanya bangkit dari Sofanya lalu beranjak pergi.
"hei siapa yang mengijinkan mu pergi" ucap wanita sexy itu menghentikan langkah Arsya.
"cepat bawakan aku minum dan makanan ke sini" ucap wanita itu kembali seraya duduk di pangkuan elvano di atas sofa.
Elvano hanya diam dengan apa yang akan di lakukan wanita itu pada Arsya. iya seakan tidak peduli dan tak ingin perduli dengan Arsya.
"baik. Tunggu sebentar" ucap Arsya dengan senyum yang di paksakan.
Arsya tau bahwa pernikahannya hanya lah sebuah kesepakatan. dan hubungannya dengan elvano telah lama terputus. Namun perasaan dan hatinya tidak bisa berbohong. Iya masih merasakan sakit saat melihat elvano bermesraan dengan wanita lain di depan matanya.
Arsya mengambil minuman dan beberapa buah yang ada di dapur untuk di berikan pada mereka. Namun saat membawa makanan itu Arsya di buat terkejut dengan pemandangan di depannya sehingga tanpa sadar menjatuhkan nampan yang iya bawa.
Pranggh...
Suara benda jatuh itu membuat dua orang di depannya menatapnya. Dengan cepat Arsya meminta maaf dan akan mengambilkan yang baru.
Arsya tidak percaya dengan yang di lihatnya. Suaminya berani bermain dengan wanita lain di hadapan iya yang seorang istri sahnya. Bahkan melakukan hal tak senonoh di tempat terbuka seperti itu.
Tanpa sadar saat akan menyangkan air Arsya meneteskan air matanya.
"bodoh. Mengapa kau begitu cengeng Arsya. Dia bukan elvano mu yang dulu. Sadarlah kau dan dia sudah berada di jurang yang dalam" ucap Arsya pada dirinya sendiri seraya menyeka airmata nya yang menetes dari kelopak matanya.
Arsya kembali membawa makanan itu namun sudah tidak terlihat lagi elvano dan wanita sexy itu berada di ruang tamu lagi.
"nona. Tuan meminta nona mengantarkan makanannya kekamar tuan" ucap seorang pelayan tiba-tiba.
Kamar? Entah apa yang di pikirkan Arsya tentang suami dan wanita asing yang masuk kedalam kamar.
Arsya melangkahkan kakinya menuju kamar elvano yang tak lain juga kamarnya.
tok..tok..tok....
Arsya mengetuk pintu kamar itu lalu membukanya perlahan. Sekali lagi iya di kagetkan dengan pemandangan di depannya.
Arsya berusaha untuk tetap tenang. Arsya masuk dan meletakkan buah dan minuman itu di atas meja lalu dengan segera keluar dari kamar itu dengan wajah yang tertunduk.
Jantung Arsya berdetak semakin kencang. Hatinya semakin sakit. Semakin iya berusaha menyembunyikan perasaan nya semakin iya terluka karenanya.
Arsya kembali ke dapur. Entah mengapa kakinya melangkah membawanya ke dapur. Saat ini sungguh tidak ada tempat untuk nya berbagi cerita. Bahkan untuk sekedar mengeluarkan keluh kesahnya.
"apa sih sya. Apa yang kau harapkan. Pernikahan ini mutlak hanya kesepakatan. Sadar arsya sadar" ucap Arsya pada dirinya sendiri seraya sesekali menampar ke dua pipinya sendiri.
Arsya menarik nafas dalam dalam dan mencoba untuk menenangkan diri. Iya harus sadar akan posisinya saat ini. Selain status istri iya tidak punya hak apapun lagi termasuk marah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments