"Arsya. Mengapa kau bisa ada di sini" tanya arkha lembut.
"aku hanya_" Arsya tak bisa melanjutkan kata katanya. Iya hanya tertunduk sedih.
"ada apa sya. Mengapa kau bisa mabuk begini. Kau harus menyayangi tubuhmu sya"
"maaf. Jangan marah. Plis.. Arkha jangan marah. Jika arkha juga marah aku gak tau harus gimana lagi" ucap Arsya sedih.
"aku tidak marah kok. Sudahlah. apa kakimu sakit"
"iya. tapi tidak apa. Mama bilang jika aku kesakitan aku hanya perlu meniup bagian yang sakit itu lalu sakitnya akan hilang" ucap Arsya dengan polosnya.
Mendengar ucapan Arsya arkha tersenyum karena merasa Arsya begitu lucu.
"tapi kepala ku sangat sakit. Dan aku tidak bisa meniupnya" ucap Arsya seraya memajukan bibirnya berusaha meniup kepalanya sendiri.
"Pfffttt. Sini_" arkha menyentuh lembut kepala Arsya lalu meniup kepalanya dan mengecup kening Arsya secara spontan.
"ah. Mengapa arkha mencium ku. hanya suami Arsya aja yang boleh mencium Arsya ih.." ucap Arsya kesal namun terlihat imut.
"tapi. Suami ku sudah benci padaku." ucap arsya kembali sedih.
"apa? Suami? Suami gimana" arkha bingung dengan ucapan Arsya.
"iya. Dia benci denganku. Tapi aku tidak bisa membencinya."
"arkha. katakan apa aku terlihat seperti ******. Katakan dengan jujur kha"
"apa yang kau katakan. Kau bukan ******. Kau adalah Arsya. Dokter Arsya bukan ******"
"sungguh. Jangan berbohong. Aku sudah begitu rendah. Bahkan aku pun lebih rendah dari ******" ucap Arsya sedih.
"engga.. dengar. Kau adalah arsya bukan ******. Jangan pernah mengatakan dirimu rendah atau apapun itu. Kau adalah Arsya ku. Sampai kapanpun tidak akan berubah" ucap arkha serius.
"arkha...." Arsya memeluk arkha begitu saja lalu menangis di dadanya.
Arkha tidak mengerti apa yang di alami oleh Arsya. Apa yang terjadi dengan nya saat ini. Iya ingin membantu namun tidak tau harus bagaimana.
arkha membalas pelukan Arsya dan memeluknya dengan erat di dadanya.
"arkha. Makasih ya sudah membantuku kemarin." ucap Arsya yang tengah duduk di dalam mobil arkha.
"tidak apa. Kau\_"
"ya. Kenapa?"
"tidak. Tidak apa apa. Bagaimana dengan kepalamu. apa masih sakit?" tanya arkha
"ah. Ini sudah tidak sakit kok. terimakasih juga karena mengijinkan ku tinggal di rumahmu dan menjagaku" ucap Arsya kembali.
"sya. Kau tidak perlu slalu mengucapkan terimakasih padaku. Aku senang bisa melakukannya. Aku sudah katakan jika kau memang ingin berterimakasih kau hanya perlu menjadi dokter terbaik saja" ucap arkha seraya menyentuh kepala Arsya dengan lembut.
"tapi aku sudah begitu banyak merepotkan mu. Aku\_"
"Arsya"
"baiklah. " ucap Arsya tersenyum hangat dengan arkha.
Arkha mengantar Arsya pulang kerumahnya. Arkha belum tau kalau Arsya sudah menikah. Jadi iya mengantar Arsya ke rumah lamanya.
"arkha. Ma\_" belum sempat Arsya berbicara arkha sudah lebih dulu memotong ucapan Arsya.
"Arsya. jangan katakan ucapan terimakasih lagi ok" ucap arkha dengan berpura pura marah.
"ah. Baiklah. berhati hatilah." ucap Arsya yang sudah turun dari mobil arkha.
"baiklah. Kau juga berhati hati. Jika ada sesuatu kau bisa menghubungiku"
ucapan arkha hanya di balas anggukan dan senyuman oleh Arsya.
Tanpa di sadari elvano ternyata telah memperhatikan mereka dari kejauhan. Mata elvano terlihat begitu menyeramkan saat memandangi kedua orang itu.
Arsya kembali kerumah elvano dengan menggunakan taxy. Iya melirik jam yang ada di pergelangan tangannya menunjukkan pukul 10:12.
Begitu Arsya masuk iya di sambut dengan penyambutan yang tidak menyenangkan. Lehernya tiba tiba saja di cekik oleh seseorang. Itu adalah elvano.
"akh.."
Arsya merasakan sakit di lehernya begitu juga di kepalanya saat elvano menarik Arsya dan menyudutkannya di dinding.
"apa kau begitu senang bermain main dengan seorang pria." ucap elvano dengan wajah yang marah.
"akh.. Apa yang kau katakan"
"jangan berpura pura bodoh. Setelah bermain di bar kau juga berani bermalam dengan seorang pria. Apa kau begitu tidak tahu malu"
"aku tidak melakukannya. Bagaimana bisa kau berkata seperti itu."
"hum.." elvano tersenyum menyeringai mendengar ucapan Arsya.
"kau berpikir aku tidak tahu bahwa kau menghabiskan malam dengan seorang pria. Apa kau di bayar dengannya."
"tidak. Aku tidak_"
"diam. Kau begitu senang setelah bermain semalam. Kau suka uang. Aku akan membayar mu sepuluh kali lipat darinya. Katakan berapa iya membayar mu" elvano begitu merendahkan Arsya dengan ucapannya.
Elvano tidak menyangka wanita yang dulunya sangat polos sekarang begitu menjijikan. Hanya demi lembaran kertas iya rela menjual dirinya sendiri. gadis di depannya seakan tidak memiliki harga diri. Bahkan jika dipikirkan elvano semakin kesal dan marah.
"hentikan. Kau tidak bisa menghinaku" ucap Arsya marah seraya berusaha melepaskan tangan elvano dari lehernya yang semakin kuat mencengkram.
"hina. Kau memang hina. Kau_"
Plakkk
Arsya spontan menampar wajah elvano yang semakin menghinanya. Elvano menyeka wajahnya yang di tampar Arsya dan membuatnya semakin marah.
Plakkk
elvano bergantian menampar wajah Arsya hingga terjatuh kelantai. Bekas tamparan elvano tercetak merah di wajah Arsya hingga bibir Arsya sedikit mengeluarkan darah.
Elvano kemudian berjongkok dengan sebelah kakinya lalu mencengkram dagu Arsya.
"kau mencoba melawanku" ucap elvano dengan wajah seram.
"sepertinya kau begitu berani denganku hanya karena aku berbaik hati padamu."
"baik. Kau bilang baik. dimana kebaikanmu. Di malam pernikahan kau bahkan menyiksaku. Berselingkuh di hadapanku. Lalu menghinaku. Di mana kebaikanmu" ucap Arsya dengan air mata yang sudah jatuh.
"kau sendiri yang menjual dirimu padaku. Apa yang aku lakukan itu adalah hak ku. Kau tidak bisa menolaknya. Lalu hinaan. Itu memang pantas untukmu."
"tidak. Aku tidak bisa kau hina. Aku masih punya harga diri. Kau_"
"harga diri?! Harga diri yang mana yang kau bicarakan. Kau datang dengan suka rela setelah tawaran beberapa juta. Lalu kau rela berlutut hanya untuk beberapa lembar kertas". Ucap elvano menyadarkan Arsya.
Benar apa yang di katakan elvano. Jika Arsya menuntut harga diri. Harga diri mana yang harus iya minta. Semua harga dirinya sudah di jatuhkan di hadapan pria ini.
Iya bahkan rela menjual dirinya. Sungguh naif jika iya harus menuntut harga diri saat ini.
"mengapa kau diam. apa kau masih tidak sadar betapa memalukannya dirimu. Sekarang katakan berapa pria itu membayar mu"
"tidak. Dia tidak membayar ku." ucap Arsya dengan nada sedikit tinggi mendengar ucapan elvano.
"jadi maksudmu kau memberikannya secara gratis. Sungguh pelacur murahan" ucap elvano dengan tatapan menjijikan menatap Arsya.
"hentikan elvano. Kau tidak bisa terus menghinaku. Mengapa. Mengapa kau begitu menyakiti ku" ucap Arsya dengan air mata yang sudah membasahi pipinya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments