Carlista terus berlari keliling lapangan tanpa henti. Ia benar-benar membuktikan ucapannya jika ia akan berlari keliling lapangan sebanyak dua ratus kali tanpa henti.
Namun, belum sampai sepuluh kali putaran saja, tubuh Carlista mulai lemas dan dengan wajah yang banjir akan keringat. Sementara ketiga temannya terus melihat dari arah tribun.
Marvel, Juna, Galang dan Atharel. Keempat cowok itu turut serta dalam melihat bagaimana keras kepalanya seorang Carlista yang tak mau menjadi kekasih dari Marvel. Dan memilih untuk lari dua ratus kali tanpa henti ketimbang menjadi pacar ketos baru AHS yang tampan paripurna itu.
"Vel, lo seriusan gak mau kurangin hukumannya Carlista? Kesian loh. Apalagi, dia kan cewek," ujar Juna.
"Dia yang mau," balas Marvel dengan acuh.
"CARLISTAAA!! AYO SEMANGAT CAAARL!!" seru Melody dengan hebohnya.
Si cewek cempreng tersebut tak henti-hentinya meneriaki nama Carlista untuk memberikan sahabatnya itu semangat. Dengan spanduk yang ia buat dari kertas karton yang bertuliskan SEMANGAT CARL!! dan terus berteriak heboh tanpa henti.
Sementara Jenna, si Selebgram AHS tersebut malah justru sibuk live streaming menggunakan handphone berlogo apel nya.
Jangan bertanya untuk apa ia melakukan live di Instagram, karena itu adalah momen langka dimana Carlista mau menjalani hukumannya. Terlebih lagi, ia sendiri yang mau lari keliling lapangan tanpa henti sebanyak dua ratus kali.
"Oh my bestie! Tayang perdana guys!! Si Queen Badgirl mau menjalani hukuman dengan lari sebanyak dua ratus kali putaran tanpa henti!!" seru Jenna dengan hebohnya.
Mata tajam milik Marvel terus memperhatikan kemana Carlista berlari. Terhitung sekitar 30 menit lamanya, cewek keras kepala itu tak henti-hentinya berlari tanpa istirahat walau hanya lima detik.
Ia benar-benar membuktikan jika ia tak mau menjadi milik Marvel dan memilih berlari hingga nafasnya terengah. Sudah 30 kali putaran yang ia lalui dan masih ada sekitar 170 putaran lagi yang harus ia lakukan.
Sementara Marvel tetap tak bergeming sedikitpun. Posisinya masih sama. Memandang datar dengan kedua tangan yang ia masukkan ke dalam saku celana. Terus memandangi setiap pergerakan Carlista tanpa celah sedikitpun.
"Vel, kayaknya si Carlista udah mulai kewalahan deh. Lo mending samperin, Vel. Suruh dia berhenti," ujar Juna dengan panik.
Memang benar adanya jika Carlista mulai kewalahan dan sempoyongan. Dengan nafas yang terengah dan deru nafas yang tak menentu, Carlista terus memaksakan dirinya untuk berlari meski sangat tidak memungkinkan untuk melanjutkan larinya itu.
Ketiga sahabatnya pun sudah turun dari tribun dan hendak mencegah sahabatnya itu. Tetapi nihil. Carlista justru terus berlari tanpa henti.
"Carl! Stop! Lo bisa mati kalo kayak gini terus!" ujar Metta yang khawatir dengan Carlista. Meski memang memiliki sifat yang dingin dan datar, tetapi ia juga memiliki sikap yang amat peduli dengan sahabatnya itu. Meski terkesan cuek.
"CAAARL! STOP, CARL! GUE GAK MAU LO KOIT DULUAN!! BIARPUN LO NGESELIN DAN KEPALA BATU, TAPI GUE GAK MAU LO KOIT!!" seru Melody dengan suara 10 oktafnya.
Plak!
Jenna memukul belakang kepala Melody dengan keras. "Mulut lo gak ada akhlak banget ya?! Bukannya nolongin malah bilang koit! Lama-lama gue lakban mulut lo sebanyak tujuh lapis!" cerocosnya dengan menggebu.
"Aaarghhh... Carlistaaaa! Lo bener-bener nyari mati tau gak!" erang Metta sambil mengacak rambutnya kasar.
Sementara Marvel turun dari tribun dengan pandangan datarnya dan kedua tangan yang setia berada di dalam saku celana, diikuti oleh ketiga temannya. Tepat di mana Carlista terus berlari dengan langkah sempoyongan dan di situlah Marvel berada. Dan seperkian detik kemudian tubuh Carlista limbung dan hendak tersungkur.
Alih-alih ia jatuh ke bawah dan merasakan dinginnya lantai lapangan basket, ia justru melayang di udara dengan samar-samar melihat seorang pria tampan yang sama dengan yang beberapa hari kemarin ia lihat. Pikirannya melayang dan seakan deja vu dengan apa yang ia alami kemarin-kemarin.
"Udah gue bilang, jangan keras kepala. Kalo lo mau jadi pacar gue, lo akan terbebas dari hukuman," ujar Marvel dengan datar.
Samar-samar, Carlista juga bisa mendengar suara Marvel meski tak jelas karena pandangannya berkunang-kunang dan nafasnya yang terengah. "G-gue.....g-gue....gak.....mau...."
"Gue gak terima penolakan." ujar Marvel dengan datar.
Oh iya, Marvel saat ini tengah membawa Carlista menuju UKS untuk membaringkan tubuh kecilnya dan mengistirahatkan tubuhnya. Untuk ukuran wanita, lari keliling lapangan sebanyak 30 menit tanpa henti adalah hal yang cukup mustahil.
Tetapi, untuk Carlista yang memang memiliki fisik yang tergolong kuat, itu tak seberapa baginya.
Marvel terus memandangi wajah Carlista yang mulai memucat. Ini juga salahnya karena terlalu keras kepala dan terlalu bersikap bodo amat terhadap gadis yang ia cinta. Dibalik raut wajahnya yang datar bahkan nyaris tanpa ekspresi terselip rasa khawatir yang berlebih kepada gadis kesayangannya. Sungguh.
Marvel membaringkan tubuh kecil Carlista di atas brangkar UKS. Ruangan yang didominasi putih tersebut terlihat sangat sepi. Hanya ada Carlista dan Marvel. Sedangkan ketiga wanita cantik tersebut tengah menunggu Carlista di depan UKS.
Teman-teman Marvel? Ada kok. Mereka juga menunggu di depan UKS.
"Kira-kira gimana keadaan Carl, sekarang yah?" ujar Jenna dengan panik.
Metta mendengus. "Carlista itu terlalu kepala batu. Jadi, mau-mauan aja dia lari keliling lapangan. Mana dua ratus kali, lagi." gerutunya.
"Tapi kan, dia sendiri yang mau, Met," seru Melody yang dibalas toyoran keras dari Metta.
"Ck, gila," gumam Metta.
Sementara di dalam UKS, Marvel tak henti-hentinya memandangi wajah pucat Carlista. Ia pun tak segan untuk merapihkan anak rambut yang menutupi wajah cantiknya. Seulas senyum tipis hadir di wajah tampannya. "Kamu terlalu keras kepala, Baby. Sampai-sampai kamu seperti ini," gumamnya.
●●●
Marvel hanya memandang datar pada seorang gadis yang ada di hadapannya saat ini. Carisa yang mendengar kabar jika saudaranya itu sempat pingsan dan belum sadarkan diri hingga saat ini langsung beringsut pergi dari ruang OSIS dan menuju ke UKS untuk mengecek keadaan Carlista.
Awalnya ia pikir tak ada yang menjaganya karena ini masih jam pelajaran. Tetapi, setelah ia melihat ada seorang lelaki yang berada di dalam UKS tersebut, ia menjadi sedikit kikuk.
"G-gue cuma mau ngeliat keadaan Carlista aja," ujar Carisa sedikit gugup dengan pandangan menunduk.
Marvel tak meresponnya. Ia hanya bergeser menjauh dari brankar UKS dan beralih duduk di sofa yang berhadapan langsung ke brankar tempat Carlista dibaringkan. Matanya tak putus memandangi gadis cantik yang tengah terlelap karena tak sadarkan diri.
Sementara Carisa, dirinya terus memandangi wajah Carlista dengan sorot mata sendu. Ia sangat khawatir dengan Carlista, terlebih lagi ia pernah ditampar oleh sang Mommy kemarin saat dirinya pulang sekolah dan mengurung diri di kamar hingga malam.
Dan itu tak luput dari perhatian Carisa. Ia peduli, maka dari itu ia datang ke sini dan meninggalkan tugasnya hanya untuk menjenguk saudara tirinya.
"Cepet sadar, Carl. Lo terlalu keras kepala. Semalem, lo gak makan. Padahal, gue udah bawain lo makanan," ujar Carisa seperti bergumam. "Tapi lo tolak," sambungnya.
Ya, benar adanya jika Carisa memang membawakan makan malam untuk Carlista. Ia hanya takut, jika saudara tirinya sakit karena tak makan semalaman. Dan benar saja. Carlista sakit karena keras kepalanya sendiri.
Ia juga tak bermaksud untuk merebut dan mungkin mengambil apa yang Carlista punya selama ini. Keluarga, kasih sayang Mommy dan Daddy, serta perhatian orang-orang sekitar. Sungguh. Carisa benar-benar tulus menyayangi Carlista.
Carisa mengusap pelan puncak kepala Carlista. Ia juga menyempatkan diri untuk mengecek suhu tubuh Carlista. Takut-takut jika ia demam dan jatuh sakit. "Huft. Cepet sadar, Carl. Sorry. Gue gak bisa lama-lama," pamitnya pada Carlista.
Dan itu tak luput dari mata tajam milik Marvel yang setia memperhatikan setiap pergerakkan kecil dan interaksi antara Carisa dengan Carlista. Meski terlihat cuek dan datar, tetapi Marvel terus mengawasi gadis yang katanya adalah saudara tiri dari gadis kesayangannya itu.
Carisa beralih memandangi Marvel beberapa detik sebelum akhirnya bangkit dari duduknya dan pergi begitu saja. Dan Marvel setia memandangi Carlista tanpa henti, tetapi tidak dengan ekor matanya yang terus mengawasi pergerakan kecil Carisa.
Setelah gadis itu benar-benar pergi, barulah Marvel bangkit dari duduknya dan beralih menuju ke brankar UKS.
Cup
Satu kecupan mendarat di kening Carlista. Kedua tangan Marvel beralih menggenggam erat sebelah tangan Carlista. "Aku harap, kamu kembali mengingatku, Ita," ujarnya seperti lirihan.
Carlista menggeliat dan perlahan membuka matanya. Kepalanya terasa sangat pening dan pandangannya sedikit kabur. Hal pertama yang ia lihat bukanlah ketiga sahabatnya, melainkan seorang cowok tampan bak pangeran yang tengah menunggu tuan putri sadar dari pingsannya.
Dengan perlahan, ia bangkit dan merubah posisi menjadi duduk. Meski kepalanya sedikit sakit. "Ssst... kepala gue sakit banget," lirihnya.
"Kepala batu bisa sakit juga?" ujar Marvel dengan datar.
Carlista mendengus. Lantas menatap tajam pada Marvel yang terlihat nampak santai. "Kepala gue bukan batu! Kepala gue sakit juga gara-gara lo!" cerocosnya.
Marvel mengerutkan dahinya. "Bukannya lo sendiri yang mau lari dua ratus kali keliling lapangan tanpa henti?" ujarnya.
"Karena gue gak mau jadi pacar lo!!" sembur Carlista dengan tajam.
"Mulai saat ini, lo jadi pacar gue." ujar Marvel tak bisa dibantah.
"Gue bilang gue gak mau!!" tolak Carlista dengan tegas.
"Gue gak terima penolakan." ujar Marvel dengan datar.
Carlista mengepalkan kedua tangannya. Ia yang baru saja siuman dari pingsannya bukan mendapat air minum atau makanan untuk ia makan, ia justru dibuat hampir depresot menghadapi sikap keras kepala Marvel.
Ingin rasanya ia melayangkan batu kali kepada wajah tampan ketos baru AHS tersebut supaya sadar jika ia tak mau menjadi kekasihnya.
"Aaaarrrggghhh... lama-lama gue makin gila tau gak ngadepin sikap kepala batu lo, itu!!" erang Carlista penuh kefrustasian.
Sikap Marvel yang tetap dingin dan datar justru semakin membuat Carlista benar-benar naik pitam dan ingin segera pergi dari ruangan kesehatan tersebut. Ia yang buru-buru hendak turun dengan wajah ditekuk 12 lipatan lantas dicegah oleh Marvel karena ia melihat jika Carlista masih pucat dan belum makan dari semalam.
"Makan dulu. Ntar pingsan lagi," cegah Marvel dengan datar.
Carlista menatap tajam pada Marvel. "Gue gak mau makan. Gue udah kenyang karna ngeliat muka lo yang datar terus kek triplek!" seru nya.
"Mmfftt..."
Marvel dan Carlista sama-sama sedikit tersentak karena mendengar suara seseorang yang sepertinya tengah menahan tawanya dan---benar saja. Ada ketiga pria tampan yang tengah berdiri di depan pintu UKS. Karena gordennya sengaja di buka begitu saja. Jadi, keduanya bisa melihat dengan jelas ada para sahabat Marvel di ambang pintu.
"Sorry, Vel. Tapi, apa yang dibilang tadi emang ada benernya juga sih," ujar Juna dengan cengiran kudanya.
Marvel hanya mendengus. Sementara Carlista hanya memandang datar pada ketiganya.
"Misi dong, guys! Gue mau ngeliat bestie gue yang hampir sekarat," ujar Jenna sambil menyempil di antara Juna dan Galang. Diikuti oleh Melody lalu Metta.
"Carl! Lo gak papa kan? Gak ada yang luka? Ada yang sakit gak? Lo pasti belum makan, kan? Mau gue beliin makanan apa? Biar Jenna yang pesen nanti Metta yang bayar," ujar Melody cerocos tanpa henti membuat semua penghuni UKS melongo kecuali Marvel---si manusia triplek.
Plak!
Metta dan Jenna kompak menampar belakang kepala Melody dengan keras. "Enak banget lo kalo ngomong. Gue karungin lo lama-lama dan gue buang lo ke bulog!" seru Jenna dengan menggebu.
Melody mengerucutkan bibirnya sebal. "Dasar, Selebgram gak waras."
Jenna membolakan kedua matanya dan menatap nyalang pada Melody. "APA LO BILANG?! GUE SELEBGRAM YANG GAK WARMMPPTTT..."
Carlista lah yang sudah membekap mulut Jenna dengan tangannya sendiri. Ia yang memang sedang pusing karena berhadapan dengan cowok triplek dan kepala batu seperti Marvel. Ditambah lagi harus mendengar suara Jenna yang membuat telinganya semakin berdengung dan kepalanya terasa ingin pecah.
"Sssstt! Lo bisa diem gak sih?! Ini UKS. Gue lagi pusing dan hampir koit ditambah lagi suara kalian berdua yang ngalahin toa sekolah. Depresot gue lama-lama," ujar Carlista mendramatisir.
Jenna dan Melody sama-sama terdiam sementara Metta hanya memutar bola matanya malas. Berbeda dengan keempat pangeran tampan AHS tersebut yang sudah lebih dulu keluar dari UKS karena memang tak boleh berada lebih dari 5 orang termasuk penjaga UKS.
"Mending lo makan dulu, Carl," ujar Metta sarat akan perintah.
Jenna dan Melody ikut mengangguk dan membenarkan ucapan Metta.
"Ke kantin aja yuk," ajak Melody. "Nanti Metta yang bayar," sambungnya.
Metta mendengus. "Udah bangkrut ya keluarga lo? Sampe-sampe gue yang bayar makan kalian?"
"Ya---enggak juga sih," ujar Melody dengan cengiran kudanya.
Carlista yang tengah duduk di atas brankar lantas berusaha turun dibantu oleh Jenna. "Hati-hati, Carl," peringat Jenna.
Carlista mengangguk. "Hm,"
●●●
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Pyscho
Serius thor, kamu mesti lebih cepat update. Agar aku nggak kehabisan tisu ☹️
2023-10-10
0