Carlista nampak santai dengan sebelah tangan yang memegangi gagang permen yang setia di dalam mulutnya. Melepaskan permen tersebut dari mulutnya, ia hanya terkekeh sebentar sebelum akhirnya kembali memasukkan permen tersebut ke dalam mulutnya. Lantas menggeleng pelan.
"Kalaupun lo hukum gue, gue gak akan takut dengan hukuman dan peraturan yang ada. Karena bagi gue, larangan adalah perintah. Dan perintah ada hanya untuk dibantah," ujar Carlista sambil bersidekap dada.
Marvel justru semakin tertarik dengan gadis barbar yang ada di hadapannya saat ini. Ia semakin melangkah maju dan memperkikis jarak di antara keduanya. Carlista, si manusia batu itu hanya menatap datar dan tak berpindah posisi sekalipun.
Sudah dibilang, kan, jika Carlista tidak takut dengan hukuman apapun. Termasuk---laki-laki.
"Jalani hukuman dan taati peraturan yang ada," ujar Marvel dengan datar.
Carlista tersenyum miring lantas membuang permen tersebut ke sembarang arah. "Gue gak suka diatur-atur. Apalagi sama cowok asing kayak lo!" ujarnya dengan menohok.
"Tapi gue gak suka jika ada yang melanggar peraturan yang udah gue buat." sela Marvel dengan datar.
"LO PIKIR, SEKOLAH INI PUNYA NENEK MOYANG LO?!!" sentak Carlista dengan mata tajamnya.
Sentakkan yang keluar dari mulut Carlista sontak saja membuat seluruh murid yang tengah terdiam di dalam kelas mereka, mendadak kaget dan keluar berhamburan termasuk para sahabat Carlista. Siapalagi jika bukan Jenna, Metta, serta Melody.
Seluruh murid yang berada di koridor lantai 4 tersebut berbondong-bondong melihat apa yang sebenarnya terjadi.
"Si Carl, kenapa lagi sih? Pusing gue sama tuh anak," ujar Jenna dengan nada frustasi.
"Itu kan, ketos baru AHS yang gue bilang kemarin. Ganteng parah!" decak Melody penuh kagum.
Metta memutar bola matanya malas, lantas mengusap kasar wajah Melody. "Jelalatan banget, punya mata," cibirnya.
Kembali ke Marvel yang dengan santainya memandangi wajah Carlista. Jika kaum adam hanya bisa memandangi wajah Carlista dari jauh, atau mentok-mentok lewat postingan Instagram. Berbeda dengan Marvel yang bisa memandangi wajah cantik luar biasa sedekat dan seintens ini.
"Kalo lo gak takut dengan hukuman apapun. Gue kasih lo hukuman," ujar Marvel dengan datar. "Lari keliling lapangan 50 kali putaran tanpa henti." sambungnya.
●●●
"HAH?! ARE YOU CRAZY?! LO NYURUH GUE LARI KELILING LAPANGAN SEBANYAK 50 KALI PUTARAN TANPA HENTI?! LO MAU BUNUH GUE?!"
Suara pekikan yang begitu melengking di telinga siapapun membuat seluruh pasang mata tertuju pada Carlista dan Marvel. Hukuman yang diberikan oleh Marvel tidaklah main-main. Ia sepertinya bersungguh-sungguh akan memberi hukuman yang amat mematikan untuk siapapun.
Akan dipastikan setelah ini, jika hidup Carlista akan tidak baik-baik saja. Terlebih lagi adalah Marvel. Anak dari salah seorang Mafia terkuat asal Amerika Serikat---Josh Ferioz. Terkenal akan kekejamannya terhadap musuh-musuhnya.
Ia tak peduli dengan siapapun itu, jika mereka memang layak untuk dihukum olehnya. Ia tak suka jika ada yang membantah dirinya dan melanggar aturan yang berlaku. Termasuk gadis kesayangannya.
"Sesuai sama apa yang lo langgar." ujar Marvel dengan datar.
Carlista mengepalkan kedua tangannya dan menatap nyalang pada sosok tampan namun kejam yang ada di hadapannya saat ini. "Lo gak ada hak untuk ngatur segalanya," desisnya dengan tajam.
"Gue ketua OSIS di sini. Jadi, gue punya peraturan tersendiri," balas Marvel dengan datar.
Carlista tersenyum miring. "Jadi ketos hasil merebut aja bangga," ujarnya sambil bersidekap dada.
Marvel maju beberapa langkah hingga pandangan mereka bertemu. "Jika itu untuk mendapatkan hati lo, why not," ujarnya seperti berbisik.
"Gak usah mimpi untuk bisa dapetin hati gue," ujar Carlista tak kalah datar.
Marvel menunjukkan senyuman smirk yang membuat siapa saja takut dan bergidik ngeri. Tetapi, tidak dengan gadis barbar yang ada di hadapan Marvel saat ini. Carlista hanya memandang datar pada lelaki tampan tetapi kejam yang ada di hadapannya saat ini.
"So, jalanin hukuman dari gue sekarang," ujar Marvel.
Carlista tersenyum miring. "Dengan senang hati. Tuan---Marvel," ujarnya dengan penuh penekanan di akhir kalimat.
Sudah dibilang kan, jika Carlista tak takut dengan hukuman apapun itu. Dirinya pantang dan kebal akan hukuman. Termasuk hukuman yang sering ia dapatkan dari rumah. Ia bukanlah gadis biasa. Ia adalah seorang gadis barbar dengan sejuta luka yang ia tutupi dibalik tingkah dan sifatnya.
Banyak rahasia yang tak banyak orang tahu. Mereka hanya mengetahui satu hal, jika ia dan Carisa adalah saudara tiri.
Sudah. Itu saja.
"Oh my bestie! Si Carlista bener-bener nerima hukuman itu dari ketos ganteng baru kita!" decak Jenna menganga tak percaya.
Sementara Metta hanya menyunggingkan senyuman tipisnya. Nyaris tak terlihat.
"Kayaknya si Carl, beneran nyari mati," gumam Melody.
●●●
Larangan adalah perintah. Perintah ada hanya untuk dibantah.
Ya, itulah kata-kata mutiara yang terlontar dari mulut manis Carlista Daniella Hilson.
Marvel menghukumnya untuk lari keliling lapangan sebanyak 50 kali putaran tanpa henti. Tetapi, dirinya justru duduk santai di gazebo taman Antariksa High School dengan memakan kacang. Kulitnya ia biarkan berserakan di mana-mana.
Sudah dibilang kan, jika Carlista itu tak takut dengan hukuman apapun. Dirinya pantang dan kebal dengan hukuman. Mau ia mendapat hukuman salto sambil kayang sekalipun, tetap ia terima.
Tapi, bukan untuk dijalankan. Melainkan untuk dibantah. Seperti ini contohnya, memakan kacang dan kulitnya ia biarkan saja mengampar di mana-mana.
Jika saja si ketos baru itu tahu apa yang ia lakukan saat ini, pasti hukumannya akan bertambah dua kali lipat dari hukuman awal yang diberikan padanya.
Marvel itu kan, kejam. Mana mungkin ia akan memberikan hukuman yang ringan untuk seluruh murid yang melanggar aturan. Seperti Carlista ini.
"Kenapa hukuman dari gue gak dijalani?"
Carlista yang tengah duduk dengan satu kaki yang ia tumpu ke sebelah pahanya seketika menegang ketika ia mendengar suara bariton itu terdengar cukup asing di telinganya. Ia mendongak dengan mulut yang terus mengunyah kacang kulit kemasan.
Tangannya terulur untuk memberikan tiga butir kacang kulit kepada lelaki dingin dan datar di hadapannya itu.
"Mau kacang gak?" tawar Carlista dengan mengerjapkan matanya dua kali.
Marvel memandang dingin dan datar pada gadis yang ada di hadapannya saat ini. Ia tak mengerti dengan gadis satu ini. Benar-benar sangat sulit diberikan efek jera. "Gak." tolaknya mentah-mentah.
"Kenapa? Enak tau," ujar Carlista sambil mengunyah kembali kacang tersebut.
"Hukuman lo, mau gue tambah?" ucap Marvel dengan datar.
Carlista menaikkan sebelah alisnya. "Tambah?" beo nya. "Mmm, boleh," ucapnya dengan cuek.
Marvel memandang dingin dan datar pada gadis di hadapannya saat ini. Dengan kedua tangan yang setia di dalam saku celananya, ia terus memandangi Carlista dengan lekat. Tak disangka, jika wanita yang ia cinta berada di hadapannya saat ini.
"Lari keliling lapangan 100 kali tanpa henti." ujar Marvel dengan dingin dan datar.
Carlista bangkit dari duduknya, melangkah beberapa senti menuju Marvel yang sedari tadi hanya diam dengan pandangan datarnya. "Lo beneran mau bikin gue koit sekarang juga?"
"Mau lari atau hukumannya gue tambah?" ucap Marvel dengan datar.
Carlista menaikkan sebelah alisnya. "Terserah," ujarnya lantas pergi begitu saja.
Sebelum akhirnya, Marvel menahan pergelangan tangan Carlista sehingga ia tersentak dan memutar poros tubuhnya. Berhadapan langsung dengan Marvel yang sama-sama memandang dalam diam.
Carlista terus memperhatikan seluruh wajah Marvel tanpa celah sedikitpun. Perlahan, ia seperti tak asing dengan lelaki yang ada di hadapannya saat ini.
"Udah puas mandangin wajah gue?" ujar Marvel dengan datar.
Carlista mendengus. "Siapa yang mandangin wajah lo?! Gak usah sok kegantengan!"
Marvel mendorong kening Carlista menggunakan jari telunjuknya. Entah apa yang dilakukan oleh Marvel, apa ia menganggap jika wanita barbar yang ada di hadapannya saat ini adalah semacam kuman atau parasit?
"Jalanin hukuman gue sekarang, Carl," ujar Marvel penuh dengan interupsi.
"Emangnya lo siapa?! Hah?! Nyuruh-nyuruh gue untuk jalanin hukuman dari lo! Gue pantang untuk ngejalanin hukuman dari siapapun. Termasuk hukuman lo yang enggak jelas itu!" ujar Carlista dengan menohok.
"Gue ketua OSIS di sini. Gue yang punya peraturan juga di sini," ujar Marvel dengan datar.
"Tapi gue gak mau," ujar Carlista tak kalah datar.
Marvel tersenyum miring dan tipis. "Lo jalani hukuman dari gue mulai saat ini, atau---" Marvel melangkah beberapa senti ke arah Carlista. "---atau lo jadi pacar gue sekarang," ujarnya seperti berbisik.
Carlista membolakan kedua matanya. Mereka benar-benar sangat dekat saat ini. Bahkan ia pun bisa mencium aroma mint dan maskulin dari cowok datar yang ada di hadapannya saat ini. Belum lagi penawaran cowok itu yang benar-benar gak make sense bangat bagi Carlista.
"What are you saying?! Lo minta gue buat jadi pacar lo kalo gue gak mau jalanin hukuman dari lo?!" pekik Carlista dengan menggebu.
Lagi-lagi Marvel hanya memandang datar pada Carlista. Benar-benar membuat Carlista naik pitam dan ingin menggaruk wajah datar yang ada di hadapannya saat ini dengan kuku-kuku jarinya yang lentik. Tak ada reaksi apapun selain datar. Minim ekspresi seperti triplek.
Carlista menatap nyalang dan tajam pada Marvel dengan deru nafas yang memburu dan dada yang naik turun. Ia benar-benar bingung saat ini, manusia sejenis apa Marvel. Sampai-sampai tak memiliki ekspresi apapun selain datar, datar, dan datar. Ingin rasanya Carlista melempar tubuh Marvel ke bulog.
"Gue gak mau jadi pacar lo!" tolak Carlista mentah-mentah.
"Gue gak terima penolakan." ujar Marvel dengan datar.
"Tapi gue gak mau!"
"Lo harus jadi pacar gue."
"Gue.gak.mau." tolak Carlista dengan penuh penekanan.
"Tapi gue gak terima penolakan." ujar Marvel dengan datar.
Carlista benar-benar merasa depresot karena ulah Marvel yang benar-benar keras kepala melebihi batu. Bisa-bisanya ia meminta Carlista untuk menjadi pacarnya. Apa lelaki tampan yang ada di hadapannya saat ini sudah tidak waras? Sehingga meminta bahkan terkesan memaksa Carlista untuk menjadi pacarnya.
"Gue gak mau jadi pacar lo, Marvel!" ujar Carlista dengan penuh penekanan.
"Jalani hukuman atau lo jadi pacar gue?" tawar Marvel dengan datar.
Carlista membuang nafasnya kasar. "GUE GAK MAU JADI PACAR LO! DENGER GAK?! GUE LEBIH BAIK LARI KELILING LAPANGAN DUA RATUS KALI TANPA HENTI DARIPADA GUE JADIAN SAMA COWOK FREAK KAYAK LO!!" ujarnya dengan nafas memburu.
"Yaudah. Lari keliling lapangan 200 kali sekarang," ujar Marvel dengan santai.
Carlista semakin menatap nyalang pada Marvel yang justru tetap stay cool dengan kedua tangan yang ia masukkan ke dalam saku celana. Ia benar-benar ingin menggarak lehernya pada saat ini juga. "Lo tuh bener-bener yah!" sentaknya dengan tajam.
Marvel menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa?"
"Aaarrgghhh.... Marvel gilaaa!" erang Carlista dengan penuh kefrustasian.
Rasanya ingin sekali menggaruk-garuk tembok dan melayangkan tubuh Marvel ke atas tiang bendera. Menghadapi satu cowok seperti Marvel benar-benar membuat jiwa barbar Carlista kian membuncah. Bisa-bisa setelah ini, ia menggantungkan diri di pohon cabe.
Carlista menjauhkan dirinya dari Marvel dengan cara mundur beberapa langkah. Dengan kedua mata tak putus dan menatap nyalang pada Marvel dengan posisi dan ekspresi yang sama. Sepertinya ia akan gila setelah ini. Sungguh, ia sangat tidak mengerti dengan keadaan ini.
Dulu ada Raskal yang meminta dirinya untuk menjadi pacarnya. Sekarang ada Marvel yang sama-sama ingin dirinya untuk menjadi kekasihnya.
Apa semua ini?
Mengapa kedua cowok itu seakan ingin menjadikan Carlista sebagai pacarnya?
Ck, resiko punya wajah cantik, banyak yang ingin menjadi pacarnya. Terlebih, Carlista itu seorang primadona Antariksa High School. Tak ada yang tak menyukai dirinya. Bahkan, orang-orang di luar AHS saja sama-sama menginginkan dirinya.
●●●
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments