3 / Murid Baru serta Ketos Baru AHS

"Ibu ada apa panggil saya ke sini? Apa ada sesuatu hal yang penting?" tanya seorang siswa berjas merah marun dan celana hitam lengkap dengan badge name silver yang tertera di blazer dada kanannya.

FYI saja, murid yang memakai badge name berwarna silver adalah murid yang berstatus sebagai ketua OSIS dan wakil ketua OSIS Antariksa High School. Untuk para anggota tidak ada perbedaan. Semua sama seperti murid biasa. Badge name hitam.

"Gabriel. Duduklah," titah Bu Fanny dengan sopan.

Gabriel Nathanio---ketua OSIS Antariksa High School. Memiliki wajah yang tampan serta tatapan yang dingin dan datar. Meski begitu, ia tak semenakutkan penampilannya. Ia memiliki kepribadian yang cukup hangat, terutama pada Carlista.

Kenapa harus Carlista? Nanti kalian akan tahu jawabannya.

Gabriel mendudukkan dirinya tepat di hadapan Bu Fanny dengan meja kaca yang menjadi pembatas mereka. Bu Fanny berdehem pelan guna mengurangi rasa canggung di antara mereka berdua. Meletakkan sebuah map berwarna merah lantas sebuah pulpen, Gabriel menatap bingung pada selembar kertas yang ada di dalam map merah tersebut.

"Sebelumnya Ibu meminta maaf kepada kamu, El. Mungkin kamu tidak akan pernah menerima keputusan ini, apalagi tidak ada pembicaran antara kamu, Ibu, dengan anggota OSIS yang lainnya," ujar Bu Fanny dengan penuh penyeselan.

Gabriel hanya menatap selembar kertas tersebut lantas pandangannya beralih pada Bu Fanny dengan datar. "Apa maksud semua ini, tolong jelaskan?" ujarnya dengan datar.

"Maaf, El. Ibu terpaksa menggantikan posisi kamu menjadi ketua OSIS Antariksa High School. Karena---" Bu Fanny melirik sekilas pada Gabriel. "Kinerja kamu selama ini tidak bagus dan tidak ada progress untuk sekolah ini." sambungnya.

Gabriel tersenyum miring. "Apa ini permintaan murid baru itu?" ujarnya dengan datar.

Bu Fanny tertegun. "T-tidak, El. Ini murni keputusan dari Ibu sendiri dan Miss Tisa. Silahkan tanda tangani surat pengunduran diri ketua OSIS Antariksa High School, setelah itu kamu bisa pergi," ujarnya dengan

pelan namun sarat akan perintah.

"Apa jaminan Ibu, jika dia lebih baik dari saya?" ujar Gabriel dengan sorot mata dinginnya.

"Ibu akan mundur dari jabatan kepala yayasan dan akan memberhentikan Miss Tisa pada saat itu juga." ujar Bu Fanny dengan tegas dan lancar.

Gabriel tersenyum miring. "Ibu bisa mengatakan seperti itu karena kemampuan dia jauh di atas saya, iya kan, Bu Fanny?"

"El! Ini sudah keputusan sekolah untuk memberhentikan kamu menjadi ketua OSIS. Tanda tangani sekarang surat itu dan silahkan pergi dari ruangan ini." ujar Bu Fanny dengan tegas.

Gabriel dengan gerakan kasar mengambil pulpen tersebut. Dengan perasaan yang dongkol dan campur aduk, ia menanda tangani dan menaruh pulpen tersebut lantas tanpa sepatah katapun langsung pergi meninggalkan ruangan kepala yayasan.

"Maafkan kami, El," lirih Bu Fanny.

Gabriel berjalan dengan langkah angkuh dan pandangan datarnya. Ia masih dongkol dengan apa yang sudah menjadi keputusan pihak kepala yayasan. Hingga akhirnya sorot mata dinginnya bertemu dengan si pemilik mata tajam milik Marvel tepat di lorong koridor kelas XII.

Seperkian detik mata mereka bertemu. Gabriel seorang diri sementara Marvel bersama tiga sahabatnya, siapalagi jika bukan Galang, Juna dan Atharel. Keempat calon pangeran Antariksa High School tersebut tengah berjalan dengan langkah angkuhnya.

Marvel menatap datar kedua mata Gabriel yang menatap dingin pada Marvel. Hanya Marvel.

Gabriel tersenyum miring lantas memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana hitamnya.

"Congrats." ucapnya dengan datar.

Marvel memandang datar pada Gabriel. "Apapun untuk gadis kesayangan." ujarnya dengan datar lantas pergi meninggalkan Gabriel seorang diri.

Gabriel memutar poros tubuhnya dan memandang datar pada keempat punggung lelaki tampan tersebut dengan kedua tangan yang terkepal di balik saku celana.

●●●

Mansion Hilson

Carlista berjalan dengan langkah gontai memasuki mansion Hilson. Sorot matanya tak berubah. Tetap dingin dan datar adalah ciri khas seorang Carlista. Tak terlebih dengan penampilannya dan juga rok kotak-kotak hitam yang ia pakai.

Mungkin, lebih dibilang seperti mini skirt. Yah, seperti itulah dirinya. Akan melampiaskan semua kekesalan hatinya pada penampilannya yang cukup barbar.

"Rambut kamu kenapa, Carl? Kok warnanya beda sebelah gitu?"

Carlista memutar bola matanya malas. Memutar poros tubuhnya lantas memandang datar pada gadis berseragam SMA sama seperti dirinya. "Gak usah caper di depan gue. Gak ngaruh." ujarnya lantas melengos menaiki tangga sebelum akhirnya...

"Apa-apaan kamu, Carl?! Carisa itu saudara kamu---"

"Saudara tiri!" Sela Carlista dengan cepat. "Selalu membela Carisa. Anak kandung Mommy itu, aku atau Carisa?! Selalu Carisa. Apa-apa Carisa! Carisa! Carisa! Carisa! Dunia kalian itu hanya seputar Carisa!" seru nya dengan sangat muak dan jengah.

PLAK!

Sang Mommy---Rosalinda, menampar keras pipi Carlista hingga ia menoleh ke samping saking kerasnya tamparan yang dilayangkan oleh Rosalinda padanya. Carisa yang melihat itu hanya bisa menitihkan air mata.

Entahlah, mungkin ia baru merasakan memiliki keluarga lengkap termasuk seorang saudara. Meski Carlista tak pernah menganggapnya.

"Jangan kurang ajar kamu, Carlista! Apa yang Mommy bilang memang benar, jika kamu dan Carisa adalah saudara!" ujar Rosalinda dengan tegas.

Carlista memegangi sebelah pipinya yang memar akibat tamparan Rosalinda barusan. Menatap datar pada Rosalinda. "Mom, kenapa setelah kedatangan Carisa ke mansion ini, Mommy dan Daddy mendadak sikapnya berubah? Apa karena aku ini anak bodoh, sedangkan dia---" tunjuknya pada Carisa yang berdiri mematung. "---anak pintar yang selalu Mommy sama Daddy banggakan? Iya kan?" ujarnya dengan air mata yang perlahan mengalir.

Carisa menggeleng samar lantas berjalan mendekat pada Rosalinda. "Mom, udah. Jangan marahin, Ita. Carisa enggak papa kok," ujarnya dengan pelan.

Rosalinda menghela nafasnya perlahan lantas mengusap surai rambut Carisa dengan sayang. "Enggak, Sayang. Kamu harus berani melawan Carlista. Carlista udah kurang ajar sama kamu." ujarnya dengan pelan.

"Ck, drama. Gak usah caper di depan Nyokap. Muak gue dengernya." dengus Carlista lantas menaiki tangga dengan gerakan kasar.

Carisa hanya memandangi Carlista dengan tatapan yang sendu.

●●●

Hari yang menyebalkan adalah hari di mana Carlista harus kembali ke sekolah. Untuk cewek seperti dirinya, sekolah hanya ajang formalitas saja. Tak seperti yang lainnya menempuh pendidikan untuk memperbaiki diri demi masa depan yang cerah. Mereka berlomba-lomba masuk ke sekolah terfavorit hanya untuk menjadi lulusan dengan kualitas yang terbaik.

Antariksa High School adalah salah satu sekolah terbaik dan terakreditasi A+ untuk sekolah setingkat SMA di Jakarta. Banyak orang yang menggantungkan harapan mereka untuk bisa masuk dan bersekolah di Antariksa High School.

Selain tempatnya kaum sultan dan terpandang, di sana juga banyak meluluskan lulusan terbaik hingga ada yang melanjutkan pendidikan hingga ke Universitas terkenal dunia lewat jalur undangan.

Tapi, bagi seorang Carlista Daniella Hilson. Cukup terlahir dari orang kaya dan memiliki harta, hidupnya pasti akan sejahtera. Uang bukanlah segalanya, tetapi segalanya butuh uang.

"Hidup tuh harus realistis. Kalo enggak ada uang, lo gak bakal dianggap, man."

Ya, begitulah kalo kata Jenna Oliver. Selebgram terkenal Antariksa High School yang hobinya bikin vlog dan live streaming di Instagram pribadinya.

Entah memang perasaan Carlista saja atau memang Antariksa High School yang memiliki suasana berbeda pagi ini. Pasalnya banyak murid AHS yang tengah kisruh sekaligus ricuh karena pengalihan jabatan ketua OSIS AHS yang secara mendadak dan sangat tiba-tiba sekali.

Membuat Carlista memandang aneh pada seluruh murid yang membicarakan tentang pemberhentian jabatan Gabriel secara sepihak.

"Gabriel Nathanio resmi berhenti menjabat sebagai ketua OSIS Antariksa High School," gumam Carlista yang tengah membaca berita hot di akun sosmed AHS.

"Oh my bestie! Demi apa, ketos Gabriel Nathanio yang gantengnya sebelas dua belas sama Gabriel Prince, diberhentikan secara sepihak kayak gini?!" pekik Jenna dengan sangat hebohnya.

Semenjak kapan si Selebgram AHS itu muncul dan berada tepat di samping Carlista. Ia yang mendengarnya langsung berjengkit kaget. Tak hanya ada Jenna saja, sudah ada Metta dan Melody.

Keempat wanita cantik itu tengah berkumpul di lorong koridor kelas XII.

Sama-sama merasa bingung sekaligus linglung dengan semuanya. Mereka tak mengerti kebijakan seperti apa yang diterapkan oleh yayasan untuk Gabriel.

"Gimana menurut lo, Carl?" ujar Metta.

Carlista mendongak dan mengedikkan bahunya acuh. "Tau," cueknya.

"Oh my bestie! Demi apa, AHS bakal kedatangan empat murid baru sekaligus!" decak Jenna sambil melihat berita terbaru dari akun lambe AHS.

"Gue juga udah ngeliat kemarin. Sumpah, ganteng-ganteng banget. Kayak aktor terkenal." seru Melody tak kalah hebohnya.

Sementara Carlista dan Metta hanya memutar bola matanya malas.

.

.

.

"Car, gue denger El, diberhentiin jadi ketos dan bakalan digantiin sama salah satu murid baru yang akan bersekolah hari ini," ujar Aleana.

Carisa menaikkan sebelah alisnya. "El, diberhentiin jadi ketos?" beo nya.

Aleana mengangguk. "Hm, lo tau gak, yang bakal gantiin Gabriel jadi ketos baru AHS siapa?" ujarnya membuat Carisa penasaran.

Carisa menggeleng. "Enggak tau. Emangnya siapa?" ucapnya dengan bingung.

"Namanya, Marvel James Ferioz. Dia itu anak keturunan Mafia terkenal asal Amerika, Josh Ferioz. Masa lo gak tau sih?" ujar Aleana memicingkan matanya pada Carisa.

"Y-ya, mana gue tahu. Gue aja yang jadi wakil ketua OSIS, baru tahu kalo El diberhentiin secara sepihak," ujar Carisa dengan polosnya.

"Ck, lo gak update sih. Marvel itu adalah cowok tertampan yang pernah gue liat. Selain tampan, dia juga pintar. Cocok banget lah, sama lo. Lo kan cantik. Pintar pula. Sepaket gak tuh," ujar Aleana sambil menaik turunkan alisnya.

Carisa tersenyum kikuk. "Apaan sih lo. Carlista juga cantik. Lebih cantikan dia malah ketimbang gue," ujarnya membuat Aleana mendengus.

"Tapi lo lebih pinter dari dia, Car," seru Aleana.

Carisa tak menanggapi ucapan sahabatnya, Aleana. Ia hanya memandang lurus ke depan dengan kedua mata yang tak putus memandang seseorang.

●●●

Bel masuk sekolah sudah berbunyi sekitar 15 menit yang lalu. Seharusnya tak ada yang berkeliaran di area sekolah. Tetapi, ada satu murid yang dengan santainya berjalan sambil mengemut permen kaki di mulutnya. Tak ada raut wajah takut atau bagaimana, yang ada hanya raut wajah santainya sambil melihat ke sekeliling koridor kelas XII Antariksa High School.

"Ehemm!"

Hingga suara deheman memberhentikan langkah Carlista. Dengan mulut yang masih setia mengemut permen gagang tersebut, Carlista membalikkan tubuhnya dengan ekspresi polosnya. Menaikkan sebelah alisnya mengisyaratkan kata 'apa?'

Marvel yang memang tengah berjalan di koridor lorong AHS untuk menuju ke ruangan OSIS yang berada tak jauh dari lorong kelas XII memandang datar dengan kedua tangan yang di masukkan ke dalam saku celana hitamnya.

Carlista memperhatikan penampilan Marvel dari atas sampe bawah dan kembali ke bagian badge name cowok itu. Marvel James Ferioz. Bukan itu yang menjadi masalahnya. Melainkan badge name silver yang ada di blazer dada kanannya.

Wait, wait. Seingat Carlista, yang memakai badge name dengan warna silver adalah saudari tirinya---Carisa Dalena. Jika saudari tirinya saja wakil ketua OSIS Antariksa High School. Berarti, lelaki tampan yang ada di hadapannya saat ini....

"Kenapa gak masuk kelas? Gak denger, bel masuk udah bunyi 15 menit yang lalu?" ujar Marvel dengan datar.

"Gabut." ucap Carlista dengan santai.

"Masuk kelas." titah Marvel dengan datar.

Carlista menaikkan sebelah alisnya. "Buat apa?"

"Belajar."

"Bosen gue kalo belajar. Mending jalan-jalan keliling koridor sekolah sambil **** permen," ujar Carlista dengan santai.

"Rambut lo benerin. Warnanya gak make sense." ujar Marvel dengan datar namun sarat akan perintah.

Carlista menyugarkan rambutnya yang memang terbelah menjadi dua kubu tersebut. Memandang santai dengan mulut yang setia mengemut permen kaki tersebut. "Ini namanya trend masa kini maseh! Gak ada yang berani ngasih warna rambut kayak gini kecuali gu---"

"Lari keliling lapangan 10 kali tanpa henti." sela Marvel dengan nada dingin dan datarnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!