Selamat sore, mau pesan ap.. pa," ucap Hana tercekat saat menyadari bahwa pelanggan saat itu adalah David, seniornya yang sombong itu.
David menatap Hana dengan tajam.
"Sialan, cewe kampung ini lagi," batin David.
"Seperti biasa ya!" teriak Nicholas. Dia tidak peduli siapa yang menjadi waiters itu, yang dia tau mereka semua lapar.
"Menunya apa ya?" tanya Hana bingung.
"Kami pelanggan VIP di sini, masa menu favorit kami Lo nggak tahu!" bentak David kesal.
"Maaf, saya karyawan baru, jadi tidak tahu menu apa yang biasa kalian pesan," jawab Hana dengan sopan, berusaha untuk tetap profesional menghadapi David.
David meraup wajahnya dengan kasar.
Suasana hatinya langsung berantakan saat itu juga. Dia tidak suka menunggu apalagi harus mengulang-ulang menu yang sering ia sebutkan.
"Udahlah Vid, gak usah diperjanjang, namanya juga karyawan baru," ucap Louis membujuk David.
Winda melihat sifat David yang tempramen membuatnya sedikit terkejut.
"Emosian banget, untung ganteng, kaya raya," batin Winda menatap David.
"Steak 4, frapuchino 4, dessertnya rolled bread tiramisu 4, dan champage," jelas Louis.
Hana segera mencatat pesanan mereka.
"Vid oi, tanyain tuh gebetan lo mau pesen apa, diem aja lu," ucap Nicholash.
Mood David terlanjur berantakan, hingga membuatnya tidak fokus lagi pada Winda.
"Sorry Win, lo mau apa?" tanya David.
"Ehm.. chicken wings aja, sama moctail," jawab Winda.
Hana kembali membacakan pesanan mereka yang sudah ia tulis.
"Bentar, gua ganti, minumannya cappucino latte," ucap David cepat.
"Baik, pesanan akan segera datang" jawab Hana lberlalu pergi menyiapkan pesanan.
Setelah cukup lama menunggu, akhirnya semua pesanan merekapun di antarkan. Dengan hati-hati Hana meletakan satu persatu menu.
Baru saja Hana berbalik dan menghela nafas panjang, David memanggilnya.
"Woi, sini dulu!" panggil David.
"Ya ampun, apa lagi sih ini," batin Hana kesal.
"Iya, ada yang bisa di bantu?" tanya Hana berusaha sabar.
"Gue tadi pesennya vanilla latte, kenapa jadi cappuchino!" bentak David.
"Tapi tadi anda pesan cappuchino latte, Tuan," jawab Hana sedikit melotot.
"Makanya fokus! Gue tadi mintanya vanilla latte," ucap David.
"Ganti-ganti" imbuhnya.
"Baik," jawab Hana singkat.
Hana dengan cemas balik ke dapur sambil membawa secangkir cappuchino. Ini yang sangat ia takutkan, membuat kesalahan.
"Tapi kayaknya tadi dia pesen ini deh," batin Hana.
"Vid, lu sendiri yang pesan cappucino tadi bego!" ucap Louis.
"Gue gak suka cappucino," jawab David acuh.
Louis dan Nicholas menggelengkan kepala, mereka tahu itu hanyalah akal-kalan David. Karena saat ini dia sedang berniat mengerjai gadis itu.
Dalam hitungan menit Hana kembali dengan membawa secangkir Vanilla latte, dengan hati-hati ia meletakkan pesanan David.
Saking cemasnya, ia tidak berkedip dan menahan bernafas menunggu respon David.
David menatap tajam Hana sambil menyeruput minumannya. Lalu ia menyemburkan kopi itu.
"Lu kalo kerja yang bener dong," sarkas David.
"Ini pahit banget, niat kerja gak sih!" Imbuhnya.
"Tidak mungkin, tadi saya sendiri yang membuatnya," jawab Hana spontan.
Hana kaget mendengar ucapan David, sontak ia langsung menyeruput gelas milik David untuk memastikan bahwa minuman itu tidak pahit.
"Manis kok, pahit dari mana," ucap Hana kehilangan kesabaran.
"Kurang ajar ya lo, nyeruput minuman pelanggan!" bentak David emosi.
Menejer yang mendengar keributan dari tadi segera menghampiri Hana.
"Ada apa ini?" tanya menejer.
"Ini nih karyawan gak becus! Pesanan salah minuman gue pahit lagi," jawab David memojokkan Hana.
"Hana, mereka adalah pelanggan VIP disini, kenapa kamu ceroboh sekali," tegur Menejer.
"Maaf telah membuat kegaduhan," ucap menejer menunduk lalu menyeret Hana ke dalam ruangan kantor.
"Vid, lu keterlaluan gak sih?" tanya Louis.
"Biarin, salah sendiri bikin gua bete" jawab David tersenyum puas.
Hana keluar dari ruangan dengan wajah yang lesu, matanya berkaca-kaca. Harapan kecil yang ada di depannya saat ini telah sirna.
Dari jauh Hana menatap benci David, dengan tidak sabar berjalan menghampiri pria menyebalkan itu.
"Puas? Sudah bikin saya di pecat di hari pertama kerja!" Ucap hana menggebrak meja David.
"Makanya kerja yang becus!" jawab David acuh.
"Saya udah becus, tapi anda yang cari perkara dari tadi!" bentak Hana.
"Pergi sana, nyampah doang lo disini," usir David.
Hana hanya bisa ternganga menghadapi orang tidak berperasaan seperti David. Pria itu sama sekali tidak menunjukan rasa bersalah.
"Setidaknya minta maaf kek," ucap Hana sebal.
"Ngapain gue minta maaf sama orang miskin," jawab David angkuh.
"Satpam! Usir cewe ini bikin ribut aja," teriak David.
"Mari saya antar," ajak satpam menggandeng tangan Hana.
"Gak usah, saya bisa sendiri," jawab Hana.
Sepanjang jalan Hana hanya bisa menangis, ia tidak tahu lagi bagaimana caranya mengumpulkan uang untuk membayar biaya sekolahnya.
Gadis itu menatap uang 50 ribu yang ada di genggamannya. Menejer cafe masih berbaik hati memberikannya upah sebelum memecatnya.
"Huh.." suara lengguhan nafas frustasinya.
Sebelum pulang ia masih singgah berbelanja di mini market untuk membeli bahan makan malam.
***
"Ngapain sih pah, nyuruh David kesini," protes David.
"Iya, supaya kamu tes jas kamu," jawab Ayahnya.
"Kenapa gak beli aja sih, ribet banget ke penjahit segala," timpal David.
"Jangan salah, kualitas jahitannya mantul" ucap Ayahnya.
"Papa aja kesini karena rekomendasi karyawan papa," imbuhnya.
"Yaudah cepetan, gak enak sama teman-teman David tinggal," jawab David sebal.
"Permisi," panggil Ayah David mengetuk pintu.
"Eh Pak Jonathan, silahkan masuk," jawab Bu sandra.
"Gimana Bu, pesanan saya?" tanya Pak Jonathan, Ayah David.
"Tinggal 5 jas yang belum selesai Pak, soalnya yang ngerjain hanya berdua. Saya dan putri saya," jawab Bu Sandra.
"Oh yasudah, kalau begitu bisa saya coba tes jas saya sama anak saya dulu," ucap Pak Jonathan.
"Bisa pak, sebentar ya," jawab Bu Sandra.
"Tumben, biasanya mbak-mbak yang datang," Bu Sandra heran.
"Oh itu sekertaris saya, mumpung ada waktu luang, saya sempatkan mampir kesini," jawab Pak Jonathan.
Tiba-tiba pintu terbuka, seorang gadis masuk sambil melepas sepatu.
"Assalamualaikum," ucap Hana murung.
"Walaikum salam, lah kok sudah pulang Han?" tanya Bu sandra.
"Hana dipecat, Bu" jawab Hana.
"Ini anak Ibu?" tanya Pak Jonathan.
"Iya ini anak gadis saya satu-satunya," jawab Bu Sandra menepuk pundak Hana.
POV Hana.
Aku terkejut saat membalikkan badan, ada seorang bapak-bapak sedang bersama David di dalam rumahku.
"Sedang apa dia disini," batinku.
Nafasku naik turun menatap sinis David, mengingat kejadian di kafe sejam yang lalu. Sebaliknya dia menatapku dengan datar, lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Dia masih sekolah ya?" tanya pria itu.
"Iya, baru masuk di pelita jaya," jawab Ibuku.
"Sama, anak saya juga sekolah disana," jawab pria itu
"Oh, jadi dia Bapaknya makhluk menyebalkan itu," batinku menerka.
"Kamu pasti kenal kan sama anak saya ini, dia ketua osis disana," tanya Ayah David.
"Tidak pak, saya tidak kenal," jawabku menggeleng.
David menatapku, bola matanya melotot seperti mau keluar, aku hanya melirik malas padanya.
"Iyakah? Berarti anak saya kurang terkenal ya?" tanya Pak Jonathan.
"Mungkin begitu," jawabku menyeringai puas.
"Rasain, siapa suruh rese banget jadi orang," batinku menggerutu.
(POV hana selesai)
...~Bersambung~...
...Tolong tinggalkan Like dan Comment 🤗...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Mey Noona
lha lha lha? mbak nya mat- mat- mat apa ya hmmm...
2023-12-26
0