Possessive Step Brother

Possessive Step Brother

Ketua Osis Galak

Suara bantingan kaca menggema di dalam rumah. Piring, panci, dan semua makanan yang ada di atas meja, kini sudah berserakan di lantai. Hana mendapati Ibunya sudah duduk bersimpuh menghadapi amarah dari sang ayah.

"Dapat uang dari mana kamu bisa menyekolahkan Hana disana, hah?" bentak seorang lelaki bernama Pak Abdi (Ayah Hana) pada istrinya bernama Bu Sandra (Ibu Hana).

"Itu uang tabungan aku mas," jawab Bu Sandra.

"Bohong, pasti uang dari laki-laki lain kan! Ayo ngaku!" cecar Pak Abdi.

"Jangan asal menuduh mas, aku gak suka," jawab Bu sandra, dengan mata yang berkaca-kaca.

"Gimana gak mau nuduh, kamu kan pernah kencan sama cowok lain!" bentak Pak Abdi.

"Itupun kamu sendiri yang nyuruh aku untuk menemani mantan bos kamu!" ucap Bu Sandra membela diri.

"Halah berisik! Mending uang itu buat kebutuhan yang lain, dia bisa sekolah di tempat yang lebih murah!" ucap Pak Abdi perhitungan.

"Ini untuk masa depan anak kita, supaya kehidupannya lebih layak!" tutur Bu Sandra.

"Mana uangnya sini! Buang-buang uang aja!" dengan kasar Pak Abdi menarik tangan Bu Sandra, berusaha merebut uang 2 juta yang ada di genggaman wanita itu.

"Jangan mas, uang ini untuk biaya administrasi sekolah Hana" jawab Bu Sandra berusaha mencengkram kuat uang di tangannya.

"Berani ngelawan kamu ya!" ucap Pak Abdi kehilangan kesabaran.

Tangan Pak Abdi terangkat bersiap menampar istrinya. Melihat Ibunya akan di pukul, Hana maju untuk melindungi Ibunya dari amukan sang Ayah.

"Plakk!!" Alhasil Hana Lah yang terkena imbasnya. Gadis itu memegang pipinya yang terasa sakit dan panas karena tamparan yang lumayan keras.

"Anak sama Ibu sama-sama nyusahin!" bentak Pak Abdi seraya merebut uang dari tangan Bu Sandra. Saling tarik-menarik pun tidak terelakan.

Tanpa belas kasihan, pria itu mendorong istrinya hingga jatuh tersungkur ke lantai.

"Mas jangan, Mas," pinta Bu Sandra tersedu-sedu.

"Nah gini dong, duit kok di buang-buang," senyum Pak Abdi mengembang setelah berhasil mengambil uang itu.

Tak cukup sampai disitu. Merasa belum puas, pria paruh baya itu juga memukulkan lembaran kertas itu ke kepala istrinya.

"Lain kali nabung yang lebih banyak," ucap Pak Abdi lalu berbalik meninggalkan anak dan istrinya.

"Masss!!!" teriak Bu Sandra melihat suaminya membawa pergi uang sekolah Hana.

"Bu udah bu, nggak apa-apa nanti kita bisa cari lagi uangnya," ucap Hana sambil memeluk Ibunya kasihan.

"Maafin Ibu ya, Nak," jawab Ibunya sendu, sambil memegang pipi Hana yang bengkak dan lebam.

"Hana gak apa-apa kok Bu," ucap Hana menenangkan Ibunya.

Hati ibu mana yang tidak teriris melihat anaknya sendiri di pukul di depan matanya. Rasa bersalahnya karena tidak bisa memberikan kehidupan yang bahagia kepada anak gadis semata wayangnya itu.

"Sana gih berangkat sekolah, nanti kamu terlambat," perintah Bu Sandra.

"Tapi Ibu gimana?" jawab Hana ragu.

"Ibu baik-baik saja, pergilah," ucap Bu Sandra meyakinkan putrinya.

Dengan berat hati Hana salim dan pamit meninggalkan ibunya yang bersedih sendirian di rumah.

***

Pov Hana.

Hari ini adalah hari pertamaku resmi menjadi siswi di SMU pelita jaya. Sekolah elit dan mahal. Beruntungnya aku mendapatkan beasiswa berprestasi, di bebaskan dari SPP bulanan. Dan kini aku harus menjalani masa orientasi.

Sialnya aku malah datang terlambat. Dengan nafas ngos-ngosan tanganku merapikan rambutku yang acak-acakan. Segera aku berlari bergabung mengikuti barisan siswa baru.

"Jagoan dari mana ini," sambut para senior.

"Habis berantem, Neng?" ucap salah satunya, lalu menarik daguku, dan menatap memar yang ada di pipiku.

"Bukan kak, tadi saya jatuh," jawabku mengelak.

Lalu senior itu menepis wajahku kasar dan mendorongku. Aku hanya bisa diam menerima perlakuan kasar dari mereka.

Tiba-tiba seorang pria maju dari balik kerumunan, aura dinginnya tampak bersinar, ketampanannya mencuri perhatian semua orang, lalu pria itu mengulurkan tangannya padaku.

"Wangi sekali.." batinku menghirup aromanya yang semerbak di udara.

Pria yang hanya berjarak 1 meter dariku ini memakai parfum yang sangat tajam harumnya, pastinya parfum mahal. Apalah dayaku yang hanya memakai molto sachet.

"Saya David Gerald, ketua osis di sini," ucap pria itu.

Namun saat aku akan menjabat balik, tiba-tiba pria itu menarik kembali tangannya dan mengibaskannya ke baju seragamnya. Seolah-olah aku saat ini adalah kuman yang harus dihindari.

"Bisa-bisanya orang tidak disiplin seperti kamu bisa masuk ke sekolah bergengsi seperti ini!" ucap David ketus.

"Lihat pakaian kamu, dandanan kamu, kaya gembel!" Imbuhnya.

"Maaf, Kak," jawabku tertunduk.

"Ini peringatan pertama dan terakhir buat kamu! Ingat itu!" bentak David.

"Baik, Kak," jawabku singkat.

Sakit hatinya tidak seberapa, tapi malunya luar biasa. Di tonton oleh semua orang yang ada di lapangan. Membuatku merasa ingin menghilang dari sini.

"Apa yang harus aku lakukan," batinku memejamkan mata menunggu keajaiban.

Sebuah rangkulan hangat melingkar di pundakku. Pria itu tinggi, membuatku harus mendongakkan kepala ke atas untuk menatapnya.

Rambut blondenya bercahaya di bawah terik matahari, bola mata birunya menegaskan bahwa dia campuran lokal dan import.

"Come on, David. Kita tidak perlu sekeras itu pada junior," ucap senior blasteran itu tersenyum ke arahku.

Ketua osis itu memutar bola matanya malas.

"Lain kali, kau harus lebih rapi, kau mengerti?" ucapnya menatapku.

Di antara banyaknya senior hanya pria itu yang ramah padaku, dan aku hanya membalasnya dengan anggukan kecil.

(Pov Hana selesai)

***

Kegiatan ospek selesai bersamaan dengan jam istirahat seluruh murid. Membuat kantin sekolah ramai dan padat.

Hana yang sedari tadi berusaha tegar, kini ia meluapkan semua beban pikirannya. Bekal makanan yang ia bawa dari rumah menjadi basah karena air matanya yang terus mengalir, mengingat betapa hancurnya kondisi keluarganya saat ini.

Lamunan Hana buyar saat dirinya di kagetkan dengan sebuah tangan kokoh seseorang yang menyodorkan sapu tangan dan es batu kepadanya.

"Are you oke?" tanya orang itu.

Saat Hana menoleh ternyata pria itu adalah senior bule yang menyelamatkannya tadi pagi.

"Saya baik-baik saja," jawab Hana menunduk mengusap air matanya.

Lelaki itu menyibak rambut panjang Hana yang menutupi wajahnya. Dengan lembut ia mengompres memar yang terpampang jelas di pipi gadis itu.

"Aku tidak tau apa yang terjadi padamu, tapi ini bisa sedikit meredakan nyeri di wajahmu," ucap pria asing itu.

Hana hanya diam dan menatapnya sendu.

"Aku Erick Swan, wakil ketua osis di sini," ucap Erick mengulurkan tangan.

"Hana," ucap Hana memperkenalkan diri.

Sementara itu David dan anggota osis yang lain sedang menuju kantin untuk makan siang sembari menyusun kegiatan untuk besok.

"Vid, kalau di ingat-ingat cantik juga junior yang tadi," ucap Nick, teman David.

"Cewe kampungan kaya gitu lu bilang cantik? Picek asli," jawab David ketus.

"Hati-hati kalau ngomong, ntar lu naksir," celetuk Nick.

"Ck, najis," jawab David berdecak.

Saat David dan teman-temannya akan duduk, mereka melihat Hana dan Erick sedang berjabat tangan.

David melihat Hana sekilas dengan tatapan bombastis side eye. Mata gadis itu sembab, wajahnya tampak kusut dan lesu.

Sadar David sedang meliriknya, Hana segera menundukkan kepala. Ia malu di lihat orang lain dalam keadaan seperti ini, bersamaan dengan itu David juga membuang muka malas ke arah lain.

...~Bersambung~...

...Tolong tinggalkan Like dan Commentnya 🤗...

Terpopuler

Comments

Mey Noona

Mey Noona

baru eps pertama udh ngeselinn heuhhh...

2023-12-26

0

Mey Noona

Mey Noona

lho eh ..?

2023-12-26

0

Mey Noona

Mey Noona

heh, pak, gak boleh asal nuduh yee euhhh

2023-12-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!