Puncak KDRT

Bu Sandra tampak telaten mem packing satu persatu jasnya dengan rapi. 25 jas sanggup ia selesaikan sendirian siang malam hingga lembur.

"Kenapa tidak memakai karyawan?" tanya Pak Jonathan.

"Orderan banyakan sepinya dari pada ramenya, jadi takut gak bisa gaji karyawan," jawab Bu Sandra seadanya.

"Oh.. gitu," jawab Pak Jonathan singkat, matanya mulai tertarik untuk melihat sekeliling ruangan.

Rumah tua yang sudah usang, dan sebagian tembok yang pecah-pecah. Banyak foto-foto yang terbingkai di tembok, sebagian besar foto Bu Sandra sewaktu muda.

"Ini pak, sudah selesai," ucap wanita itu mengagetkannya.

"Berapa totalnya semua?" tanya Jonathan.

"Dua juta lima ratus, pak," jawab Bu Sandra.

Pria berdasi itu mengeluarkan uang segepok dari dalam saku celananya. Masih berlabel kan 5 juta rupiah, dan memberikannya ke pada Bu Sandra atas dasar kemanusiaan.

"Tapi Pak, ini kebanyakan," tolak Bu Sandra sungkan.

"Udah gak apa-apa, saya ikhlas," jawab Pria itu.

"Terima kasih banyak Pak Jonathan," ucap Bu Sandra membungkuk.

"Iya sama-sama, kalau begitu saya pamit dulu," ucap pria itu hendak pergi.

"Baik pak, mari saya antar," ucap Bu Sandra seraya mengiringi langkah kaki pria itu.

"Pip.. pip.." suara klakson mobil dari Ayah David seraya tersenyum.

Bu Sandra berdiri di depan pintu menatap kepergian Pak Jonathan. Hatinya tak berhenti mengucapkan rasa syukur atas rezeki yang ia dapatkan hari ini.

Pak Abdi yang dari tadi mengamati Bu Sandra dari warung kopi dekat rumah pun tersenyum licik.

"Wah, udah cair tuh," gumam Pak Abdi.

Segera lelaki itu bangkit dari meja bilyard melangkahkan kaki keluar dari warung hendak menghampiri istrinya.

"Eh tunggu dulu, belum di bayar," cegah pemilik warung.

"Yaelah, nih! Ambil sekalian kembaliannya," ucap Pak Abdi mengeluarkan uang 50 ribu dan melemparnya ke meja kasir

"Dasar preman! Mau-mau aja istrinya nikah sama orang kaya gitu," gerutu pemilik warung.

***

Bu Sandra yang sedang membereskan sisa kain perca di kejutkan oleh kedatangan Pak Abdi.

"Heh! Mana duitnya!" bentak suaminya.

"Duit apa sih, mas," jawab Bu Sandra pura-pura tidak mengerti.

"Kamu kira saya gak tahu, orang tadi udah bayar pesanan kan!" ucap Pak Abdi kesal.

Yang membuat istrinya mendengus nafas kasar.

"Iya, tapi itu kan untuk uang sekolah Hana," jawab Bu Sandra ketus.

"Gak peduli, mana duitnya sini!" ucap Pak Abdi tidak sabar.

"Emang uang 2 juta kemarin kemana mas?" tanya Bu Sandra heran.

"Duit udah seminggu masih aja di tanyain," jawab Pak Abdi sambil berdecak pinggang.

Ucapan suaminya yang menyepelekan hasil keringatnya, berhasil membuat Bu Sandra murka. Matanya melotot menatap suaminya.

"Udah cukup ya mas! Aku kerja seharian sampe lembur, kamu enak tinggal ngabisin duit aku terus," ucap Bu Sandra kehilangan kesabaran.

"Kenapa? gak suka?" tanya Pak Abdi seraya mencekik leher Bu Sandra dan memojokkannya ke tembok.

"Masih untung kamu ya saya nikahin!" bentak Pak Abdi.

"Kalau dulu kamu gak perkosa aku, aku juga tidak mau menikah sama kamu!" jawab Bu Sandra tak kalah pedas.

"Kurang ajar!" ucap Pak Abdi tidak terima.

"Plakk!!!" Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Bu Sandra.

"Kalau gue gak nikahin lo, Hana bakal lahir tanpa bapak! Lo bakalan jadi omongan orang sekampung!" hardik Pak Abdi.

Darah segar mengalir di sudut bibir wanita itu. Pak Abdi segera melepas cengkeramannya dari leher Bu Sandra.

"Uhuk.. uhuk.." wanita itu terbatuk-batuk hampir kehabisan nafas.

"Makanya, kalo kamu nurut gak bakalan kaya gini," ucap Pak Abdi membelai pipi istrinya, namun di tepis oleh Bu Sandra.

Wanita itu memalingkan wajahnya dari pria yang telah belasan tahun menjadi suaminya. Merasa sangat muak dengan semua kelakuan pria itu. 

"Sekarang uangnya mana?" tanya Pak Abdi dengan nada sehalus mungkin.

Bu Sandra hanya diam saja. Melihat tidak ada jawaban dari istrinya, Pak abdi beranjak ke kamar, mengobrak abrik lemari, baju dan semua barang. Mencari di mana istrinya menyembunyikan uangnya.

"Aku tanya di mana uangnya!" bentak Pak Abdi menjambak kuat rambut istrinya.

"Mas sakit mas!" ucap Bu Sandra meringis kesakitan.

Lelaki kejam itu menyiksa istrinya dengan sangat brutal. Bu Sandra hanya bisa berteriak meminta tolong sebisa yang dia mampu

**

Di pertengahan jalan, Pak Jonathan menyadari bahwa tas kantornya ketinggalan di rumah Bu Sandra.

Pria itu menatap jam tangan di tangannya, merasa waktunya masih sempat, dia memutar balik arah kembali ke tempat itu.

Sesampainya di depan rumah Bu Sandra, ia mendapati banyak warga yang berkerumun di depan rumah penjahit itu.

"Ada apa ini, rame-rame?" tanya Pak Jonathan.

"Itu lo, Bu Sandra dari tadi teriak-teriak minta tolong," jawab Ibu-ibu kompleks.

"Kayaknya dia di siksa lagi sama suaminya," imbuh yang lain.

Mendengar hal itu, Pak Jonathan langsung berusaha membuka pintu, namun sialnya pintu itu dikunci dari dalam.

Dengan beberapa kali dobrakan, pintunya langsung terbuka, segera Pak Jonathan bersama warga yang lain menyerbu rumah itu.

"Astaga, Sandra!" teriak pria itu terkejut melihat Bu Sandra telah babak belur tidak sadarkan diri di lantai.

Merasa telah terciduk, Pak Abdi melarikan diri lewat pintu belakang.

"Tangkap dia! Kita bawa ke kantor polisi," ucap ketua RT berlari bersama beberapa orang lainnya mengejar Pak Abdi.

Pak Jonathan meraih lengan wanita itu, dengan cemas membopong Bu Sandra masuk ke mobil.

"Saya akan bawa dia ke rumah sakit," pamit nya kepada warga yang lain.

Sesampainya di sana Bu Sandra langsung mendapatkan perawatan intensif, sekalian di visum untuk memberikan surat keterangan pada polisi.

"Pasien sudah sadar," ucap dokter menghampiri Pak Jonathan yang dari tadi menunggu dengan cemas di ruang tunggu.

Saat dia masuk, Bu Sandra sedang merogoh sesuatu dari dalam BH nya. Melihat hal itu pria itu malu langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Syukurlah, masih ada," ucap Bu Sandra menangis tersedu-sedu memeluk uangnya.

"Kau lebih menghawatirkan uang itu dari pada keselamatanmu?" tanya Pak Jonathan menghampiri wanita itu.

"Tentu saja, aku berusaha keras mengumpulkan uang ini untuk membayar sekolah putriku," jawab Bu Sandra.

Entah bagaimana, tiba-tiba saja muncul rasa iba di hati Jonathan saat menatap wanita paruh baya itu. Wajahnya yang cukup cantik, kini lebam dan tak berbentuk. Pelipisnya memar dan bengkak, hingga membuatnya kesulitan membuka mata.

***

"Gak mampir dulu?" tanya Hana.

"Gak usah, Han, gue buru-buru soalnya," jawab Viola.

"Maaf ya jadi ngerepotin," ucap Hana sungkan.

"Gak apa-apa kali, ya udah gue balik dulu," pamit Viola

"Oke, hati-hati ya,"

Setelah melambaikan tangan, Hana mengetuk-ngetuk pintu rumah.

"Bu.. ibu! Hana pulang bu!" teriak Hana tidak ada tanggapan.

"Ibu kamu gak ada di rumah, Han," jawab tetangganya yang melihat Hana dari tadi mengetuk pintu, dan menghampirinya.

"Emang Ibu saya kemana tante?" tanya Hana bingung.

"Hmm.. ibu kamu masuk rumah sakit," jawab tetangga itu sedikit tidak enak.

"Hah? Kenapa dengan ibu saya?" ucap Hana terkejut.

"Ibu kamu babak belur di hajar bapak kamu," jelas tetangganya.

"Terus bapakmu kabur, dan ibumu di larikan ke rumah sakit terdekat," imbuhnya lagi.

Hana syok berat mendengar penuturan tetangganya. Badannya lemas dan terkulai di tanah.

Gadis itu mengusap air matanya, berniat untuk menemui Ayahnya terlebih dulu.

...~Bersambung~...

...Tolong Like dan Comment 🤗...

Terpopuler

Comments

Mey Noona

Mey Noona

beban bgttt suaminya astagaaaa

2023-12-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!