Lelaki itu hanya memandang Laura sekilas tanpa mengucapkan sepatah kata apapun, ekspresi wajahnya pun datar, sepertinya dia adalah sosok yang dingin dan cuek. Jika dilihat dari wajah dan postur tubuhnya dia sangat tampan, wajahnya terlihat memiliki perpaduan atau bisa dikatakan blasteran. Hidungnya yang mancung serta warna bola matanya yang berbeda dari orang Asia pada umumnya, posturnya yang tinggi tegap dan berisi membuat Laura sejenak berfikir seperti apa bentuk otot perut dari balik kemeja putih yang berbalut jas hitam tersebut.
Namun seketika itu lamunannya buyar ketika sosok tersebut menerobos masuk tanpa mengucapkan permisi. Kemudian tanpa berfikir panjang lagi Laura segera melanjutkan langkah kakinya menuju ruangan bekerjanya.
Ia melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda tadi, ia kembali berkutat dengan beberapa berkas serta layar monitor yang ada didepannya.
Waktu menunjukkan pukul 5 sore, saatnya seluruh para karyawan meninggalkan pekerjaannya. Saat Laura membereskan meja kerjanya dan mengambil handphone untuk dimasukan kedalam tasnya, Sofia masuk kedalam ruangannya.
"Hei, ayo kita pulang." Ajaknya.
"Ayuk.." balasnya.
Kemudian mereka berdua berjalan beriringan keluar dari gedung kantor tersebut. Keduanya sudah sampai diarea parkir tempat mobil, Sofia menunjukan letak mobilnya dan segera menyalakan remote mobil untuk membuka kunci pintunya. Keduanya segera masuk kedalam mobil, Sofia duduk dibangku kemudi sementara Laura duduk disebelahnya, lalu tak lupa mereka menggunakan seatbelt yang tersedia untuk tetap menjaga keamanan dan peraturan lalu lintas.
"Bagaimana pekerjaanmu hari ini, apakah semuanya lancar?" Tanya Sofia sambil tetap fokus menyupir.
"Cukup melelahkan si." Jawabnya singkat sambil menyunggingkan senyum.
"Lelah itu hal yang biasa lau, tapi lebih mending kita lelah dengan pekerjaan kita dan bos kita merasa puas lalu bonus yang diberikan kepada kita juga sepadan."
"Emm.. oh iya, kalau bos kita itu bagaimana sih orangnya. Apa dia orangnya galak? Atau gimana? Aku pernah bertemu soalnya."
"Dia orang nya jarang bicara lau, cuek, dingin, tapi dia cukup tegas kalau mengetahui ada satu kesalahan Dimata dia, dia ga bakal segan-segan untuk membentak dan memarahinya."
"Oh iya apa kau tadi berpapasan dengan seorang pria, saat akan keluar dari ruang kerja ku tadi?" Lanjutnya.
"Iya aku melihatnya." Jawab Laura.
"Dia itu bos kamu lau."
'Oh jadi lelaki itu adalah Tuan Arthur, bos perusahaan LEXIS yang dimaksud' batin Laura dalam hati. 'pantas saja orangnya terlihat dingin dan cuek' lanjutnya membatin.
"Apa yang kamu pikirkan lau?" Tanya Sofia membuyarkan umpatannya.
"Ah aku tidak memikirkan apapun, aku hanya sejenak mengingat wajahnya." Jawabnya yang lagi-lagi memberikan senyuman.
"Kau jangan senyum-senyum seperti itu lau, bos mu itu memang ganteng."
"Aku bahkan lupa seperti apa wajahnya." Ucapnya berbohong, padahal sedari tadi ia sedang membayangkan ketampanan sang bos.
"Oh ya.."
Laura menganggukan kepalanya, kemudian mereka melanjutkan percakapannya disela perjalanan pulang mereka. Laura juga memberi tahu dimana jalan menuju arah rumahnya.
***
Keesokan harinya, Laura sudah berada dikantor tempatnya bekerja saat sedang berjalan memasuki lobby kantor ia berpapasan dengan Arya.
"Hai Laura selamat pagi." Sapanya sambil mensejajarkan langkah kakinya dengan Laura.
"Pagi juga pak Arya." Sapanya balik untuk tetap memperlihatkan keramahannya.
"Kau tadi berangkat kemari naik apa?"
"Kebetulan tadi saya satu arah dengan tempat kerja ibu saya, jadi kami berdua berangkat dengan taksi."
"Jadi ibu kamu bekerja dimana lau?"
"Ibu Ku bekerja dirumah sakit."
"Rumah sakit?" Tanyanya lagi meyakinkan.
"Iya,"
"Kalau boleh tahu ibu kamu bekerja sebagai apa dirumah sakit?"
"Ibu saya bertugas menyembuhkan pasien yang sakit paru-paru." Jawabnya untuk tetap memberikan kesan sederhananya tanpa memberi tahu identitasnya secara langsung.
"Wow, ibumu adalah seorang dokter paru-paru!" Ucap Arya untuk meyakinkan.
Laura tidak menjawab apapun ia hanya menganggukan kepalanya.
Kemudian mereka berdua melanjutkan perjalanannya menuju keruang kerja masing-masing.
***
Setelah beberapa hari bekerja Laura mulai mengenal lingkungan barunya, dan mulai bisa beradaptasi dengan teman-teman barunya.
Saat Laura memasuki area kantornya, Arya datang dari arah parkiran menghampiri Laura yang akan masuk menuju pintu utama gedung tersebut.
"Lau, tunggu sebentar."
"Eh pak Arya, ada apa ya?"
"Lau, Tuan Arthur meminta kamu untuk segera mengantarkan hasil laporan bulanan yang dimintanya beberapa waktu lalu."
"Oh iya pak nanti akan saya berikan."
"Apa kamu sudah selesai mengerjakannya?"
"Sudah pak."
"Bagus kalau begitu, sebenarnya sudah dari kemarin beliau menyampaikannya kepada saya, tetapi saya lupa untuk mengatakannya kepadamu."
"Tidak apa pak, nanti saya akan segera menemui Tuan Arthur."
Setelah berbincang-bincang mengenai pekerjaan keduanya melanjutkan langkahnya menuju ruang kerjanya masing-masing.
Waktu menunjukan pukul 11.00 wib siang. Laura hendak menuju keruangan CEO melakukan pekerjaan yang diminta oleh Arya tadi pagi.
Perlahan Laura mengetuk pintu ruangan tersebut.
"Masuk."
Setelah mendengar jawaban dari sang penghuni ruangan ia segera membuka knop pintu dan masuk untuk menghadap bosnya. Ia melangkahkan kakinya ke tempat duduk yang ada diseberang meja sang bos.
"Permisi Tuan Arthur saya kemari akan mengantarkan hasil laporan bulanan yang anda minta." Jelasnya sembari menyerahkan beberapa tumpuk berkas kehadapan sang bos.
"Apa kamu yang bernama Laura Anna karyawan baru dari divisi keuangan?" Tanyanya dengan nada tegasnya dan wajahnya yang tetap datar.
Laura sedikit bergidik mendengarnya, bahkan untuk berhadapan dengannya seperti ini ia merasa sedikit gugup.
"Iya Tuan saya yang bernama Laura Anna." Jawabnya.
"Kalau begitu silahkan kamu boleh keluar dari ruangan saya." Ucapnya bermaksud untuk mengusir Laura dari ruangannya.
"Baik Tuan." Ucapnya kemudian bangkit dari tempat duduknya dan keluar dari ruangan bosnya.
Setelah melihat Laura benar-benar pergi dari ruangannya Arthur mulai memeriksa pekerjaan Laura dengan membuka dan membolak balikan berkas tersebut. Sampai pada lembaran terakhir dia melihat ada sedikit yang mengganjal difikirannya, dia terus memandangi dan memerhatikan nominal yang tersebut sampai kemudian dia memanggil sang sekretaris untuk datang keruangannya.
"Hallo Clarissa, tolong datang keruangan saya sekarang." Ucapnya setelah tersambung dengan sekretarisnya Clarissa melalui sambungan telepon.
"Baik Tuan."
Setelah beberapa menit Clarissa datang dan segera menghadap Tuannya.
"Tolong kau periksa lagi berkas ini, aku melihat ada kejanggalan pada bagian transaksi dengan Marko. Tolong kau periksa dan beri tahu kepadaku hasilnya." Perintahnya dengan tegas. Clarissa yang diberikan tugas pun mengikuti arahan bosnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments