Ponsel itu masih berdering panjang, Laura yakin jika yang menghubungi nya adalah Daniel, ia berusaha mengatur deru nafasnya yang terengah lalu berucap, "Lepaskan tanganku, adik ku menelpon ku!"
Dominic memicingkan mata mendengar kata adik. Oh iya, ia lupa beberapa poin yang pernah disebutkan Ernest kala mengulik informasi tentang gadis ini salah satunya jika Laura memiliki seorang adik laki-laki.
"Aku tidak akan melepaskan mu dan membiarkan nya begitu saja." Dom mengulurkan tangannya mengambil sebuah ponsel yang tergeletak diatas nakas, mengangkat panggilan itu dan mengeraskan suaranya. Tentu Dominic ingin mendengar juga percakapan mereka.
"Brengsek! Kau tak memberikan ku kesempatan sama sekali." Umpat Laura menatap pria yang tak berhati sama sekali ini.
Sementara pria itu tak melepaskan jerat tubuhnya sama sekali, ia tetap membiarkan gadis ini terkukung dibawahnya dengan bertumpu pada sikunya ia menatap lamat wajah dan ekspresi yang ditunjukkan Laura.
"Kak Anna aku masih akan menunggu uang kiriman dari mu!" Ucap Daniel yang terdengar dari sambungan itu.
Laura pun terhenyak teringat dengan uang yang harus ia kirimkan.
Pria itu pun menyimak percakapan itu, mendengar dengan seksama saat bagaimana ucapan Daniel begitu menuntut.
"Kau bilang akan mengirimnya malam ini!"
"Ya sebentar lagi aku akan mengirimnya!" Balas Laura dengan nada yang ia tinggikan.
"Kau harus mengirimnya sebelum pukul sebelas malam, aku butuh sebanyak seratus juta."
"Seratus juta?!" Laura memekik terkejut mendengar nominal yang tak sedikit itu.
"Untuk apa uang sebanyak itu? Bukankah Minggu lalu aku sudah mengirim uang semester mu." Lanjutnya.
"Untuk semua kebutuhan hidupku, kau lupa aku juga butuh makan kan!" Balasnya.
Laura hanya menghela nafasnya mendengarkan ucapan itu walaupun ia yakin tak sepenuhnya yang dikatakan Daniel benar, anak itu adalah anak pembangkang yang besar tanpa kasih sayang orang tuanya ia sering melakukan kegiatan diluar rumah yang tentu menghabiskan banyak uang.
"Ya kakak akan mengirimnya." Balasnya lalu panggilan itu pun berakhir.
Dominic menatap lekat wajah itu, wajah yang tetap tegar walaupun banyak sekali tuntutan dalam hidupnya. Ia pun bisa merasai bagaimana tanggung jawabnya yang teramat besar sebagai tulang punggung untuk berjuang memenuhi kehidupan saudaranya itu.
Ia menatap lekat dengan manik bola matanya yang sendu, wajah cantik nan teduh itu terlihat begitu keibuan dengan sikapnya yang dewasa. Entah mengapa tiba-tiba Dominic luluh dengan aura yang terpancar dari gadis ini, ia begitu terkagum dibuat nya.
Laura melihat tatapan pria di atasnya memancarkan hal lain dari yang dilihatnya, ia merasa pria ini sedang diluar fokusnya. Ia berniat untuk memanfaatkan keadaan ini, kedua tangannya yang terikat itu ia satukan membentuk sudut siku lalu menghentakkan keras ke wajah Dominic.
"Awh!" Pekiknya.
Laura pun meronta keluar dari kukungan tubuh itu, lalu melumpuhkan pria itu lagi pada bagian lain. Ia menendang dengan keras bagian ter-inti milik pria itu.
"Awh!"pekik nya lagi menggerang kesakitan. Sungguh Dominic meringkuk menahan ngilu sesuatu itu. Sesuatu yang sejak tadi on dan terasa begitu sesak kini malah semakin terasa nyeri setelah mendapat sebuah serangan.
Melihat Dominic lumpuh Laura pun berlari menuruni tempat tidur, menarik ikatan dasi itu dengan giginya, lalu meraih ponsel dan jas Dominic, mengambil kunci dan membuka pintu itu dengan segera.
Ia berlari sekencang mungkin menjauhi pria itu. Tendangan nya yang cukup keras membuat Dominic tak bisa segera bangkit tentu ini memberi kesempatan kepada Laura.
Untung saja jas itu masih ia bawa, ia segera mengenakan nya dan menutup rapat tubuh yang terbuka itu.
Ting!
Pintu lift terbuka, ia bergegas masuk lalu menekan tombol ke bawah.
Hufh--
Nafas nya terengah merasakan kejadian sial ini, Dominic benar-benar sudah gila, untung saja ia berhasil kabur dari jerat mesum pria itu. Ia menggeleng cepat melihat bayangan tubuh nya didepan pintu lift itu yang merapatkan jas besar nya, ia tak hentinya bersyukur didalam hati saat beruntung hampir saja apa yang ia jaga selama ini akan hilang ditangan iblis itu.
***
Laura berjalan memasuki pintu kamar apartemennya, ia menatap lesu wanita yang kini sudah duduk santai diatas sofa.
"Sicilia!"
"Oh, hai. Bagaimana dengan malam panas mu dengan Mr. Dominic?" Tanya nya.
Gadis itu mulai paham jadi ternyata pria itu mendapatkan akses dari sang manager, bagaimana ini bisa terjadi? Tidakkah Sicilia menjaga privasi nya lagi. Oh atau Dominic sudah membayarnya.
"Jadi kau yang membiarkan Dominic masuk kedalam kamar ku?"
"Tenang lau, aku tak bermaksud seperti itu. Aku hanya ingin membantu mu, kau lupa jika Tuan Dom adalah target incaran mu aku hanya ingin memudahkan akses mu untuk menemuinya lalu menghancurkan nya." Kilah Sicilia mencari alasan yang sedikit logis. Selogis apapun menurutnya tetap saja Laura tak habis fikir dengan nya.
"Kau tahu, membalaskan dendam untuk nya itu harus dengan perencanaan dan strategi, jika kau menjadikan ini sebagai kesempatan untuk ku, itu salah besar! Kau tidak sedang membantu ku melainkan memasukkan ku ke dalam kandang buaya." Ucapnya dengan nada kesal lalu berjalan menjauhi wanita itu.
Ini benar-benar gila, Sicilia tak lagi seperti teman yang selama ini setia dengannya, ia sudah seperti jarum dalam jerami yang menusuk temannya sendiri.
Wanita itu menatap dengan tatapan licik, tak masalah makian seperti apa yang diucapkan nya, julukan yang diberikan untuknya, yang jelas $5000 lebih sudah berada ditangannya.
"Sepertinya malam ini begitu mengesankan bukan? Kau bahkan pulang dengan jas pria itu!" Gumam Sicilia dengan tawa kecilnya.
Laura mendesis kesal memasuki kamarnya dan membanting keras pintu itu.
Ia menghidupkan layar monitornya dan membuat zoom kepada rekannya.
"Laura! Apa kau baik-baik saja?" Sapa Damian sang sahabat nya di Indonesia yang sudah terhubung dalam zoom itu.
"Ya aku baik-baik saja."
Damian adalah teman baiknya yang menjadi partner untuk mengacaukan perusahaan Dominic tempo lalu.
"Kau terlihat seperti sedang kacau." Ungkapnya saat melihat gelagat Laura yang mondar-mandir didepan layar itu.
Gadis itu nampak bingung memikirkan rencana apa lagi yang harus ia lakukan untuk membalas kebejatan Dominic, ia terus berfikir bolak-balik didepan monitor itu, tangan yang semula merogoh kantong jas itu tiba-tiba merasai sesuatu.
"Apa ini?"
Ia mengeluarkan sesuatu itu lalu mengamati nya, "black card?"
Matanya menyeringai girang, ia merasa seperti telah menemukan seonggok berlian ditengah tumpukan sampah.
Ia berjalan mendekat kearah monitor itu, menunjukkan temuannya barusan kepada Damian.
"Bagaimana caranya agar kartu ini bisa berfungsi?" Tanya nya. Damian adalah seorang ahli dibidang bobol dan membobol, tentu pekerjaan nya mengacaukan data perusahaan milik Dominic juga dicampuri oleh Damian.
"Tunjukan kepada ku berapa id yang tertera disana."
Laura menjelaskan nya dan melakukan pekerjaan mereka malam ini, sungguh ia cukup beruntung malam ini, walaupun harus mengorbankan sedikit keberanian nya namun tak apa karena cukup sebanding dengan temuannya malam ini.
Apa yang ada dipikiran nya saat ini hanyalah puluhan ribu bahkan ratusan dollar yang akan menjadi miliknya. Ia akan menguras habis isi kartu ini.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Kaizar Kaizar
tambah seru....deg deg an
2023-10-08
1