2

Pelan-pelan Dominic membuka matanya yang masih menyisakan sakit dibagian pelipis matanya, ia menggerang kesal karena ia sudah terlambat dari jam penerbangan yang seharusnya.

Pria itu mendudukkan tubuhnya disisi ranjang, meremas kasar wajahnya dan menyangga dengan siku yang bertumpu diatas paha.

Ceklek!

"Kau sudah bangun Tuan?" Tanya Ernest menghampiri Tuan nya.

"Mengapa kau tak membangunkan ku? Arghh! Sial wanita itu cukup berani dia berhasil mengerjai ku."

Ernest tertawa kecil mendengar curhatan pria keras kepala yang tak pernah mengeluh ini.

"Apa kau benar-benar terluka hanya oleh wanita malang sepertinya?"

"Dia memukul pelipis ku!"

Ernest menyimak penjelasan itu, lalu memberikan sepotong sandwich kepadanya.

Namun pria itu sama sekali tak tertarik dengan sarapan paginya seperti ini, Ernest melamati bekas pukulan dipelipis mata yang terlihat membiru.

"Apa yang kau fikirkan?" Tanya Ernest melatakkan lagi piring berisi makanan breakfast itu.

"Apa kau yakin wanita seperti nya seorang model yang cantik dan seksi seperti foto yang kau berikan kemarin? Itu semua terlihat sangat berbeda dari yang aku lihat semalam!"

"Tentu! Apa dia melakukan penyamaran dengan merombak penampilan nya?"

"Aku rasa seperti itu."

"Berarti anda belum beruntung Tuan. Sepertinya anda memang harus melihat versi aslinya."

"Maksudmu?"

"Nanti malam dia akan ada fashion show di Marriott Marquis. Beruntung sekali kau terlambat bangun pagi ini karena kau tak akan sia-sia dan memanfaatkan kesempatan untuk bertemu dengan nya lagi." Jelasnya.

Tak ada yang menarik dari kesempatan yang ditawarkan Ernest, tapi apa salahnya untuk membuktikannya.

"Oke." Pria itu membangkitkan tubuhnya berjalan meraih sampanye sialan yang membuat tidurnya benar-benar kelewat lelap. Memutar-mutar botolnya diudara lalu membuang begitu saja ke kotak sampah. Lalu memilih segelas air putih yang diberikan Ernest dan meminumnya.

"Owh iya ada yang ingin aku sampaikan." Ucap sang asisten lagi.

"Apa itu?"

"Tuan besar Robert Maxwell--ayah Dominic, sudah mengetahui jika kita berhasil menangkap Johan Louise--paman Laura."

"Lalu?"

"Beliau mengatakan jika kita harus menghentikan nya dan melepaskan dia."

"Apa-apaan ini? Aku tidak akan membiarkannya begitu saja, Johan yang sudah membunuh ibu ku dia juga harus mati ditangan ku. Tak akan ada yang boleh menghalangi ku, sekalipun ayahku." Tekadnya begitu kuat.

"Aku akan selalu mendukung mu Tuan." Balas Ernest.

Dominic masih terhenyak memikirkan kontra yang diindikasikan ayahnya, bagaimana bisa pria paruh baya itu menyuruhnya untuk menghentikan pembalasan kepada pembunuh istrinya sendiri.

'aku tidak mempedulikan itu, aku akan terus mendalami kasus ini. Jika sampai aku menemukan kaitannya dengan papah aku tidak akan memaafkan mu jika target selanjutnya yang harus aku bunuh adalah dirimu.' geramnya mengepalkan telapak tangan besarnya. Bukan karena tiba-tiba hasutan setan yang membuat nya berfikiran seperti ini, tapi memang sejak kecil perlakuan ayahnya terhadap sang ibu sudah cukup kasar.

Satu hal yang masih ia ingat betul adalah saat Dom kecil pernah berbuat ulah meracuni ternak kuda milik keluarga Maxwell dan saat itu juga ayahnya menyalahkan sang ibu karena gagal mengawasi Dom, ayahnya langsung menyeret sang ibu ke kandang kuda menyiramnya dengan kotoran hewan itu dan mencambuknya dengan kasar hingga membuat tubuhnya merintih kesakitan.

Saat itu tubuh Dom kecil yang dihukum diikat disebuah tiang

Terpopuler

Comments

Kaizar Kaizar

Kaizar Kaizar

ceritanya bagus

2023-10-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!