"Luar pulau? Bagaimana Papa bisa kenal mereka?" Alan mulai penasaran dengan cerita itu.
"Perjalanan bisnis Alan. Papamu dapat proyek baru disana. Tidak menyangka bisa bertemu keluarga Alana." jawab Mama.
"Dimana itu? Tepatnya?"
"Mereka tinggal di pulau kecil. Namanya pulau Rotana. Cari keluarga Ellyasvega, semua orang disana tahu. Bawalah gadis itu kemari Alan. Mama juga ingin bertemu dengannya. Sudah lama sekali Mama tidak kesana." pinta Mama.
"Pulau Rotana? Baru ini Alan dengar. Apa gadis itu berasal dari desa?" nada Alan terdengar tak senang.
"Dari desa atau kota, hanya gadis itu yang pantas untukmu." Seolah tahu isi hati anaknya, "Percayalah pada Mama." ucap Mama memberi petuah.
Alan mengambil nafas panjang. Ia sepertinya akan terlibat masalah besar jika sampai menikahi gadis desa. Jujur, pernikahan ini begitu sulit untuknya.
"Segeralah kamu temui dia, Mama dengar, mereka akan pindah sebentar lagi." tutur Mama.
"Kenapa mereka pindah?" tanya Alan heran.
"Mereka ingin kembali ke tempat asal mereka. Mereka bertahan disana karena Papamu. Menunggu janjinya untuk menjemput putri mereka. Dan kamu yang akan menjemputnya, calon suaminya."
Ingin rasanya Alan tertawa. Ternyata keluarga gadis itu sudah tahu rencana ini. Hanya dia, hanya dia saja yang selama ini tidak tahu! Baiklah, ia harus melakukannya bukan. Ia juga penasaran tentang keluarga itu. Maka Alan putuskan untuk datang kesana.
^^
Alan mulai bersiap diri untuk pergi. Ia telah berpakaian rapi. Seperti biasa, pakaian formal kerja dengan setelan jas mahal, kaki yang tertutup sepatu mengkilat serta jam tangan Rolex keluaran terbaru. Ia lihat pantulan dirinya di cermin. Pria tampan dengan berjuta pesona diri, kini bersiap untuk menjemput gadis desa yang tak layak bersanding dengannya. Bukankah itu terdengar ironis? Alan tertawa kecut.
"Semua sudah siap?"
"Saya di lobi. Penerbangan kita 1 jam lagi." balas Felix diujung sambungan telepon.
"Hm, tiket tambahan sudah kamu siapkan?"
"Sudah. Kita langsung bisa berangkat."
"Bagus."
Alan merapikan dasinya sejenak, lalu berjalan keluar Apartemen.
Sang Bos memang tinggal di Apartemen pribadi miliknya. Memilih untuk hidup mandiri dari sang Ibu sejak memutuskan untuk mengurus perusahaan. Langkah yang harus ia ambil untuk menghindari hal yang didinginkan ketika bermulai bisnis. Apapun bisa terjadi padanya, dan Alan tak ingin ibunya merasa cemas akan hal itu.
Alan keluar pintu, diluar sudah bersiaga 1 orang bodyguard yang siap menerima perintah dari sang Bos.
"Kalian tetap disini. Aku akan pergi sendiri." titah Alan.
"Baik Pak." jawab mereka bersamaan.
Alan melangkah pergi menuju lift. Ia turun ke lobi dimana Felix sudah menunggu.
^
"Kita akan menempuh waktu panjang untuk sampai kesana. Kira-kira 12 jam." jelas Felix ketika mereka telah sampai di mobil.
"Perjalanan macam apa sampai butuh waktu selama itu?" tukas Alan.
"Jarak tempuh kapal ke pulau yang cukup lama. Kita akan singgah di pulau Dori lalu baru ke pulau Rotana. Setelah itu kita naik sepeda motor da-"
"You ****?! Kamu mau aku melakukan semua itu?" protes Alan.
"Pulau itu sangat kecil, jalan akses kesana cukup sulit. Kalau orang biasa pasti butuh waktu 2 hari. Untuk sampai kesana."
"Kamu pikir aku mau tahu hal itu?! Fucking ****!" terus mengumpat karena kesal, ia sudah terlihat rapi dan perjalanan mereka harus dilalui dengan tidak nyaman? Naik motor? Sejelek apa tempat itu sebenarnya?!
Felix hanya diam, dia tahu kapan harus bicara. Sang Bos harus tenang lebih dulu. Percuma membalasnya, ia hanya akan mendengar kata-kata kebun binatang setelahnya.
^
Apa yang dikatakan Felix benar adanya. Jalan menuju ke pulau itu memang tidak mudah. Pesawat mendarat di kota M, setelah itu mereka harus menuju ke dermaga. Butuh waktu satu jam menunggu kapal mereka siap berlayar.
Ketika sampai di Pulau Dori, mereka kembali berkendara kurang lebih 4 jam untuk sampai di dermaga yang berada di ujung timur pulau itu. Sampai disana pun, mereka diharuskan menunggu sebuah perahu kecil yang akan membawa mereka ke pulau Rotana. Waktu sudah menjelang sore, saat perahu mereka datang.
Alan sampai tertegun melihat bentuk perahu itu. Kata warga sekitar, hanya ada 2 perahu yang beroperasi disana. Dan itu harus bertumpuk dengan penumpang lain yang sudah antri jauh-jauh hari. Tak pernah dibayangkan, bagaimana sulitnya menuju tempat yang sedang ia tuju. Jika saja ia tahu seperti ini jadinya, Alan memilih untuk tidak ikut.
"Satu jam lagi kita sampai. Saya sudah sewa becak motor disana. Jadi perjalanan kita akan lebih cepat." jelas Felix.
"Lebih cepat katamu? Aku hampir terbakar disini, dan kita belum sampai tujuan?!!" geram Alan tertahan ditenggorokan. Rasanya ia ingin menceburkan asistannya itu ke laut supaya berhenti bicara omong kosong! Sejak tadi bilang akan segera sampai, sekarang saja mereka berada ditengah laut menjelang petang seperti ini! Berdesakan dengan para penumpang yang membawa barang-barang dagangan mereka. Alan yakin, mereka berniat kembali ke rumah mereka setelah selesai berjualan di Pulau tetangga. Alan tak bisa bayangkan bagaimana kondisi keluarga calon istrinya. Sama seperti mereka kah, orang-orang berpakaian lusuh dengan keringat masih menetes dikulit.
Ketika sampai di ujung dermaga, dan berniat turun dari perahu, seorang ibu-ibu tak sengaja hampir jatuh didepan Alan. Reflek, Alan menahan tubuh ibu itu. Wanita itu tersenyum senang saat ada pria tampan menolongnya.
"Terima kasih ya Tampan, astaga kamu tampan sekali!" seru ibu itu membuat mereka jadi pusat perhatian orang-orang disana.
Alan ingin melepas pegangan pada ibu itu tapi tangannya justru dipegang erat. Alan merasa risih, ia lirik Felix berniat meminta bantuan.
"Maaf Nyonya, bisakah Anda melepas tangan Bos saya?" ucap Felix seraya berusaha melepas cengkraman wanita itu.
"Duh, duh, udah ganteng, badannya Bagus, bos pula lagi. Beruntungnya wanita yang akan menikah denganmu." puji ibu itu sambil menjauhkan diri, masih senyum-senyum penuh kagum.
"Ih, bu Suli genit, tau aja laki-laki seger." celetuk wanita lain. Juga ibu-ibu pula.
"Iya nih, daun muda jangan diembat juga lho bu. Kasihan gadis yang masih muda. Belum dapet giliran. Ckck." saut teman lainnya.
Kini Alan jadi bahan bicara ibu-ibu desa itu. Mereka tak jauh berbeda dengan julidnya ibu-ibu komplek. Alan menarik nafas panjang mulai jengah dengan situasi saat ini.
"Mau kemana sih Mas? Kayak bukan orang sini." tanya bu Suli. Memperhatikan seksama penampilan Alan. Baru sekarang ada orang didesanya yang berwajah blasteran seperti Alan.
"Kami hanya berkunjung saja, ada teman disini." jawab Felix beralasan. "Kalau begitu kami pergi dulu, permisi."
Felix mengajak Alan pergi dari kerumunan ibu-ibu itu. Berjalan keatas menuju jalan Raya yang sudah terlihat.
"Mau kubantu Mas? Disini banyak penjahat lho. Tidak baik kalian berkeliaran disini. Sudah malam juga." Wanita bernama Bu Suli tiba-tiba mengikuti mereka. Menawarkan bantuan.
Alan memilih menjauh, membiarkan Felix yang menghadapi wanita genit itu.
"Tidak perlu, terima kasih atas bantuannya. Kami sudah memesan kendaraan." jawab Felix.
"Sini saya carikan mas." masih kekeh membujuk.
"Tidak perlu. Terima kasih."
"Tidak papa lho. Ayo mas."
Felix ingin menampik tangan ibu itu, namun disaat bersamaan terdengar langkah kaki orang mendekat.
"Bisa saya bantu? Apa kalian cari tumpangan?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
LISA
Siapa itu
2023-10-25
0