"Setahu saya, surat wasiat sangat sulit untuk diubah Pak. Saran saya, Pak Alan lakukan saja apa yang diinginkan ayah Anda. Wasiat orang tua yang telah meninggal akan lebih bijaksana jika dijalankan." jelas Tomi.
"Kenapa kita tidak cari tahu saja siapa gadis itu? Lagipula, kita belum tahu kenapa ayah Anda memilihnya?" saran Felix.
Alan mengambil nafas panjang, dua orang yang ia pikir bisa memecahkan masalahnya justru memintanya melakukan hal yang tak ingin ia lakukan.
Pernikahan dengan gadis bernama Alana itu seperti kutukan perjodohan untuknya, ia seumur-umur tak pernah berpikir akan menikahi wanita asing.
Apa yang dikatakan Felix ada benarnya, ia harus mencari tahu siapa wanita itu sebenarnya. Lalu apa hubungannya dengan sang ayah?
"Nanti malam aku akan menemui ibuku. Mencari informasi tentang wanita itu." ujar Alan pada akhirnya.
"Saya akan mencari tahu informasi lainnya. Beritahu saya jika Anda mendapatkan informasi baru." ujar Felix.
"Hm." Alan menyilangkan kakinya seraya berpikir, mengira-ngira apa tujuan ayahnya melakukan itu padanya.
Memang sejak dulu, Alan tidak terlalu dekat dengan sang ayah. Kesibukan yang selalu menghalangi kebersamaan mereka. Tapi Alan selalu mengidolakannya dan menjadikannya sosok panutannya. Saat Ayah Alan kecelakaan hingga merenggut nyawanya 15 tahun lalu, ia merasa kehilangan begitupun dengan ibunya. Saat itu ia masih sekolah, belum mengerti cara menggantikan Ayahnya di perusahaan. Hingga saudara sang ayah lah yang mengambil alih kepemimpinan.
Paman Jhon dan Bibi Elly, adik dari ayahnya dipercaya menggantikan dan mengurus kepentingan perusahaan. Selama waktu itu perusahaan menjadi kacau. Perusahaan yang awalnya mampu menggaet para investor menjadi tak mampu bersaing dengan rival perusahaan lawan. Selalu kalah dan mengalami kerugian cukup besar.
Banyak para pegawai di PHK dan hampir kolaps. Tak hanya itu, untuk membayar hutang perusahaan pun harus menjual beberapa aset milik perusahaan. Seperti itu kondisi terburuk yang dialami keluarga Giovano.
Melihat hal itu, Alan tidak tahan hanya diam tak melakukan apapun. Sang Ayah dulu telah mati-matian mendirikan perusahaan sampai sebesar itu dan kini malah berada diujung tanduk. Sebagai anak, ia tidak rela melepaskan begitu saja hasil jerih payah sang ayah. Sampai pada akhirnya, Alan memilih mengurus masalah perusahaan setelah lulus dari sekolah.
Alan memutuskan menghentikan pendidikannya dan bersama-sama dengan Felix, asistannya menangani masalah yang tengah dihadapi.
Felix dulu hanya seorang anak bodyguard, karena mereka seumuran Alan sering mengajaknya kemanapun ketika ia kesepian. Hingga pada akhirnya mereka sepakat untuk menyelamatkan perusahaan dengan bantuan orang-orang kepercayaan ayah Alan.
Kebusukan satu-persatu orang di perusahaan akhirnya terungkap. Paman Jhon dan Elly, bibinya terbukti melakukan penggelapan dana sekaligus pencucian uang yang mengakibatkan keuangan perusahaan kacau. Karena tindakan mereka, Alan terpaksa mengusir mereka dan menjadi pemimpin di perusahaan.
Selama kepemimpinannya, Alan harus menjadi Bos yang ditakuti. Banyak kaki tangan Paman Jhon yang masih berada dilingkungan perusahaan yang perlu ia singkirkan satu-persatu. Bukan hanya itu, Alan juga mendapat serangan dari rival bisnis ayahnya yang juga berencana menghancurkan bisnis sang Ayah. Banyak pengorbanan yang diberikan Alan pada perusahaan agar kembali bangkit. Meskipun, harus membunuh rasa kemanusiaannya.
Menjadi Direktur Utama Giovano Group bukan tujuan akhir Alan. Ia masih dibayang-bayangi wasiat dari sang Ayah. Sampai detik inipun, warisan milik keluarganya belum jatuh ke tangannya. Tomi mengatakan jika wasiat sang ayah akan ia beritahu pada keluarga besar saat umur Alan 30 tahun.
Setelah menunggu lama dan mendapat hal mengejutkan seperti ini, siapa yang tidak kesal? Ia merasa dicurangi jika saudara dari ayahnya ikut mendapat sebagian dari harta itu.
"Pak Alan?" panggil Tomi.
"Hm." jawab Alan singkat tanpa menoleh pada sang pengacara.
"Sebenarnya, didalam surat wasiat itu ada batas waktu pernikahan Anda." ucap Tomi, terlihat takut saat bicara.
"Apa maksutmu?" Dahi Alan mengernyit bingung. Felix ikut memperhatikan.
"Waktu Anda dalam melakukan pernikahan hanya sampai satu bulan sejak isi surat wasiat dibacakan. Itu artinya, dalam waktu kurang lebih satu bulan, Anda harus menikahi gadis bernama Alana Ellyasvega." selesai mengatakan itu, kepala Tomi tertunduk. Tidak tahu reaksi apa yang akan ia terima setelah mengucapkan hal yang dirasa akan mengancam nyawanya.
Brak!!
"What the ****!! Apa katamu!!?" teriak Alan emosi. Ia berdiri. Menatap geram pada Tomi. "You're crazy! It's impossible. Kalian mempermainkanku??! Fucking ****!!"
"Ti-tidak Pak. Ma-maaf saya ha-hanya menjalankan perintah. Saya harus mengatakannya disini. Sa-saya tahu jika mengatakan hal ini pada keluarga besar Giovano, Anda akan tersudut. Ma-maafkan saya.." jelas Tomi dengan suara gemetar. Badannya sudah lemas mendengar Alan marah.
"Tenanglah. Tomi tidak salah. Dia justru telah memberi kita peringatan awal. Lagipula, hanya kita yang tahu masalah ini. Kita harus bergegas menemukan gadis itu." saran Felix menghentikan amukan Alan.
"Arghh! Aku hampir gila! Kenapa ayahku bisa memiliki ide konyol seperti itu!?" geleng-geleng kepala dengan nafas memburu. Baru kali ini, Alan emosi tingkat tinggi. Biasanya ia mampu menguasai diri untuk tidak terpancing. Tapi semua hal ini sungguh diluar otaknya.
^
"Ma, Alan mau tanya siapa Alana itu? Kenapa Ayah memintaku untuk menikahinya?"
Mama Alan tersenyum, ia tahu jika putranya akan menanyakan hal ini.
Alan datang ke rumah besar malam ini bermaksud mencari tahu tenang wanita yang harus ia nikahi. Ibunya pasti tahu sesuatu. Sikap ibunya sekarang memang sepertinya tahu sesuatu.
"Kamu sudah putuskan untuk menikahinya?" tanya Mama Alan lembut. Tutur kata dan mimik wajah sang ibu begitu halus dan meneduhkan.
"Alan cuma mau tahu siapa dia?"
"Jika kamu cuma mau tahu saja, Mama tidak akan memberitahumu. Sama seperti Paman dan Bibimu kemarin. Mama akan katakan kalau kamu sudah siap." tutur Mama Alan seraya mengalihkan pandangannya ke buku yang ia baca. Alan menghela nafas, ia tahu tidak mudah membujuk ibunya.
"Apa Mama juga menginginkan aku menikahinya?" tanya Alan.
Mama Alan menoleh, mata sayu dengan bingkai kacamata itu kini berpendar cerah. Bibir tipis melengkung keatas. "Kamu mau?" tanyanya bersemangat.
"Jika itu yang Papa dan Mama inginkan, mana mungkin aku menolaknya?" runtuh sudah pertahanan kuat Alan. Melihat Mamanya seperti sekarang tentu saja ia tak bisa menolaknya. Wanita itu adalah kelemahan Alan sejak dulu. Ia tidak bisa lembut pada siapapun kecuali pada sosok wanita dihadapannya ini.
Mama langsung memeluknya, berkali-kali mengatakan terima kasih atas keputusan sang anak.
"Baiklah, sekarang katakan Ma, siapa wanita itu?"
"Ceritanya panjang Alan. Mama tidak akan menceritakannya sekarang. Intinya, orang tua Alana dulu berteman dengan Papamu. Karena itu, Papamu kerap ingin menjodohkan kalian." Mama mulai menjelaskan.
"Setiap malam, Papamu membicarakan hal itu pada Mama. Dia selalu bersemangat ingin melihat kalian menikah. Sampai-sampai Mama penasaran siapa Alana itu. Hingga suatu hari, Papamu membawa Mama kesana. Tempat dimana keluarga Alana tinggal."
"Lalu dimana tempat itu?" tanya Alan.
"Jauh dari sini Alan. Diluar pulau ini."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
LISA
Menarik jg ceritanya
2023-10-25
0