Berapa Harga Mu?

"Jadi itu gadis miskin yang akan menikahi Bayu?" Marisa melihat dari dalam mobilnya saat ini Alana tengah bekerja di toko kelontong.

"Sial, dia cantik juga rupanya." Marisa mendengus saat melihat rupa Alana jauh dari ekspektasinya, dia kira gadis miskin itu akan jelek dan norak. Tapi saat dia melihat Alana secara langsung Marisa merasa tersaingi, meski tetap saja dia merasa lebih cantik dari Alana, dan lihatlah penampilannya, benar- benar tak bisa di bandingkan dengannya. Tapi melihat Alana yang cukup cantik bukan tidak mungkin Bayu akan tertarik dan menyentuhnya, dan ketakutan Marisa selanjutnya Bayu akan ketagihan dan terus menyentuh istrinya lalu kedepannya akan mengabaikannya. "Tidak akan aku biarkan itu terjadi." Marisa mengetuk jarinya di dagu memikirkan apa yang akan dia lakukan agar Bayu tidak sudi menyentuh gadis itu, dengan begitu posisinya tetap aman dan tidak akan tersingkir.

Senyum sinis tersungging saat sebuah ide melintas begitu saja, "Bayu adalah milikku, dan selamanya akan menjadi milikku, tidak akan ku biarkan dia berpaling pada gadis miskin sepertimu."

Marisa menggelengkan kepalanya "Sayang sekali kau harus masuk dalam lingkaran kehidupanku dan mengusikku, Alana."

"Jalan!" Katanya pada supir dan langsung di ikuti perintah dari Nonanya tersebut.

...

Alana bergegas membuka pintu saat mendengar pintu rumahnya di ketuk, tiba di luar Alana tak melihat siapa pun, saat Alana akan kembali matanya melihat sebuah kotak tepat di depan kakinya, kotak pink yang di balut pita dengan warna senada, "Apa ini?" Alana memilih masuk dan membawa kotak hadiah tersebut sebelum membukanya.

Alana masih menimbang apakah dia akan membukanya atau tidak, tapi saat melihat tulisan namanya di dalam kartu Alana memutuskan untuk membukanya.

Alana membuka kotak tersebut dan menemukan sebuah gaun disana "Apa- apaan ini?" Gaun itu berwarna merah cerah beraksen gliter hingga terlihat berkilau, Alana semakin mengeryit saat gaun itu ia angkat dan ternyata itu sebuah mini dress yang jika di kenakan hanya batas setengah paha, bagian atasnya berlengan panjang, meski begitu Alana akan tetap risi saat menggunakannya.

Alana melihat merk ternama yang tergantung di bagian kerah, menunjukan jika pakaian di tangannya memang mahal, tapi siapa yang mengirim ini untuknya.

Tak berselang lama Alana mendengar ponselnya bergetar tanda pesan masuk.

Alana meraihnya dan melihat sebuah pesan.

[Kau suka dengan gaunnya, kenakan itu untuk malam ini, dan temui aku di resto xxx]

Alana mengedipkan matanya lalu melihat kembali ke arah gaun yang masih di genggamnya "Aku harus memakainya?" tentu saja Alana tak punya pilihan untuk menolak, bagaimana mungkin Alana menolak permintaan Bayu. Ya, yang mengirimkan pesan padanya adalah Bayu, dengan begitu Alana yakin gaun merah ini pun pemberian Bayu.

Alana menghela nafasnya lalu menempelkan gaun itu di tubuhnya dan bergerak di depan cermin "Tidak buruk, lagi pula ini juga merk ternama, sudah lama aku tidak mengenakannya " tentu saja keadaan Alana saat ini, mustahil dia bisa membeli gaun mahal seharga puluhan juta.

Lagi pula ini pemberian Bayu, dan demi menghargai pemberian pria itu Alana akan memakainya meski sedikit tidak nyaman.

...

Marisa tersenyum sinis di sudut bibirnya, melihat balasan Alana yang menyanggupi untuk datang dan mengenakan gaun yang dia berikan.

Ya, Marisa yang memberikan gaun tersebut, bukan Bayu. Mimpi saja Bayu memberikannya. Cih setelah ini Bayu bahkan tidak akan mau sekedar melirik pada Alana.

Setelah mendapatkan balasan dari Alana, Marisa segera menghapus pesan tersebut dan meletakkan ponsel Bayu kembali di atas nakas, pada saat yang sama Bayu baru saja keluar dari kamar mandi "Sudah selesai?" tanyanya pada Bayu.

"Ya," Marisa berjalan ke arah bayu lalu mengelus permukaan dada Bayu yang terbalut handuk kimono yang dia kenakan.

"Bay, pernikahanmu tinggal menghitung hari." Marisa mengerucutkan bibirnya, "Aku akan kehilangan banyak waktu bersama kamu.."

Bayu tersenyum lalu mengecup dahi Marisa "Kenapa berpikir begitu?"

"Tentu saja, kamu akan menghabiskan waktu dengan istrimu, dan melupakan aku."

"Tidak akan," Bayu memeluk Marisa "Aku bersumpah tidak akan pernah menghiraukannya,"

"Sungguh? Tapi bagaimana jika kau tergoda, lalu melakukannya dan melupakan aku, bagaimanapun kamu seorang pria." Marisa masih menampilkan wajah merajuknya, hingga membuat Bayu terkekeh "Maka aku memilih datang padamu, dan melakukannya denganmu." Tangan Marisa kini sudah menelusup dan mengelus dada bidang Bayu tanpa penghalang hingga membuat Bayu memejamkan matanya menikmati sentuhan tangan lentik kekasihnya itu.

"Baiklah aku percaya padamu." Marisa menutup kembali handuk Bayu dan berbalik. Saat hendak pergi Bayu mencekalnya dan mendesis.

"Kamu harus bertanggung jawab, dan meredakan tubuhku yang sudah menegang Baby." dengan sekali sentakan Bayu sudah membawa Marisa ke dalam gendongannya dan berjalan ke arah ranjang lalu melempar tubuh ramping itu.

Marisa tertawa dan menggerakkan jarinya seakan memerintah Bayu untuk mendekat.

Tanpa menunggu lama Bayu mengungkung tubuh kekasihnya itu dan mendekapnya penuh cinta.

Saat Bayu mendekapnya tatapan Marisa berubah menjadi tajam lalu senyum seringai kembali terbit di bibirnya.

Bayu akan selalu takluk padanya.

...

Satu jam kemudian Alana tiba di resto xxx, Alana mengedarkan pandangannya mencari dimana Bayu berada, namun dia sama sekali tak menemukan pria itu.

Alana merasa risi sejak masuk semua mata tertuju padanya, terutama mata para pria menatapnya seolah menelanjanginya, Alana memutuskan untuk duduk di sudut ruangan dimana tidak terlalu menarik perhatian.

Setelah mendudukan dirinya Alana membuka tas kecilnya untuk mengeluarkan ponsel dan menghubungi Bayu, namun beberapa kali Alana menghubungi pria itu tak juga mengangkat panggilannya.

Menghela nafasnya Alana memilih mengirimkan pesan,

[Mas, aku sudah sampai]

Semoga saja Bayu segera datang, karena jujur saja Alana tidak nyaman dengan pakaian yang ia kenakan saat ini, apalagi mata para pria hidung belang itu terus saja menatapnya.

Alana menarik unjung gaunnya ke bawah agar menutupi pahanya, namun percuma gaun itu tidak akan memanjang meski Alana terus menariknya, selain itu gaunnya terlalu ketat hingga Alana yakin para pria itu kini sedang memperhatikan tonjolan di tubuhnya.

Seorang pelayan menghampiri Alana dan menanyakan pesanan gadis itu, namun Alana berkata jika dirinya sedang menunggu seseorang, meski begitu Alana tetap memesan orange jus untuk menemaninya menunggu Bayu.

Alana sudah menghabiskan minumannya tapi Bayu belum juga datang.

Sudah satu jam Alana duduk di sana, tapi tidak ada tanda- tanda Bayu akan datang.

Alana bahkan belum mendapati pesannya terbaca oleh Bayu, kemana pria itu.

Alana kembali mencoba menghubungi Bayu, namun lagi- lagi tak ada jawaban, hingga beberapa saat kemudian sebuah pesan masuk, dan dengan segera Alana membukanya.

[Maafkan Aku Alana, aku lupa mengabari hari ini aku sangat sibuk, jadi kita batalkan saja pertemuannya, sebagai gantinya besok aku akan datang, Maaf aku harus kembali bekerja]

Alana menghela nafasnya, lagi- lagi dia merasa tak berhak untuk marah jadi dia hanya membalas pesan Bayu..

[Tidak apa Mas.. Jangan terlalu lelah bekerja]

Setelah yakin Bayu tidak datang Alana pun keluar dari resto setelah membayar pesanannya.

Alana menghela nafasnya hari sudah malam, tidak akan ada angkutan umum sedangkan uangnya sudah dia pakai untuk taksi dan membayar minuman tadi.

Alana yang merasa risi dengan pakaiannya memilih menaiki taksi saat datang tadi, letak restoran yang cukup jauh membuat Alana kehilangan beberapa uang berwarna merahnya, di tambah lagi restoran yang dia datangi adalah restoran bintang lima hingga untuk Orange jus saja terasa sangat mahal, dan siapa sangka jika Bayu membatalkan pertemuannya hingga uang Alana hanya tinggal beberapa lagi tak akan cukup untuk ongkos taksi, "Berjalan beberapa kilo lalu menaiki taksi agar lebih murah." Alana bergumam sambil melangkahkan kakinya.

Sepanjang jalan Alana hanya bisa meringis melihat dirinya, calon istri dari Bayu Adiyaksa salah satu keluarga kaya di kotanya, tapi tidak bisa membayar ongkos taksi, sungguh miris. Lagipula tidak mungkin Alana menjadi tak tahu diri hingga meminta uang diluar tuan Adiyaksa yang sudah memberinya 900 juta untuk hutang Papanya.

Alana melihat kesana kemari dan melihat sekelilingnya begitu ramai, para wanita bergaun seksi berseliweran di sekitarnya.

Alana mengeryit dengan langkah yang memelan memperhatikan sekitarnya, tempat apa ini? Merasa bulu kuduknya meremang Alana memilih melanjutkan langkahnya kembali menjadi semakin cepat. Namun, langkahnya tiba- tiba terhenti saat seorang pria menghadangnya..

"Hallo cantik, berapa hargamu?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!