"Oh, kamu cantik sekali, Sayang." puji Niken pada calon menantunya, saat melihat gaun pengantin pilihan Alana melekat di tubuhnya.
"Mama yakin Bayu akan jatuh cinta sama kamu." kembali pipi Alana terasa panas, senyum tersungging di bibir gadis itu lalu tatapannya jatuh pada Bayu yang menatapnya dengan intens, entah apa yang di pikirkan pria itu namun tak lama raut wajah Bayu berubah dan pria itu tersenyum.
"Bolehkah, aku pilih gaun ini?" tanyanya pada Bayu.
"Tentu, pilih yang kau suka, dan gaun ini memang cantik."
Niken terkekeh "Benar bukan, Bayu bahkan menyukainya.." Alana mengangguk "Baiklah karena sudah di putuskan, Mama akan pulang.." Niken menghampiri Alana lalu mencium kedua pipi calon menantunya "Nikmati waktu kencan kalian ya!" Alana tersipu malu dan menunduk setelah matanya dan Bayu bersirobok.
Alana kembali ke ruang ganti untuk mengganti kembali pakaiannya.
"Mama berlebihan." Bayu mendengus saat Alana sudah tidak ada di sana dan tentu saja Alana tidak boleh mendengar ucapan mereka.
"Bersabarlah, kamu harus buat dia percaya lalu dapatkan tanda tangannya, Mama gak rela nanti kalau kalian bercerai dia mendapat sepeser pun harta kakekmu.." bisiknya lalu pergi setelah menepuk bahu Bayu.
Bayu menghela nafasnya, merasa hari ini sangat menyebalkan. Bagaimana tidak dia harus berperan seolah dia menerima perjodohan ini dan pergi menghabiskan waktu dengan gadis parasit itu.
Padahal jika di suruh memilih Bayu lebih memilih menghabiskan waktu dengan Marisa kekasihnya. Tapi, demi harta keluarga Adiyaksa dia harus mengalah, lihat saja jika waktunya tiba, Bayu akan buang gadis parasit itu jauh dari hidupnya.
"Mas aku sudah selesai." Alana muncul kembali dengan pakaian yang semula, gadis itu tersenyum lalu berjalan ke arah Bayu.
"Baiklah Ayo."
"Mas tidak pilih pakaian pengantin?" Alana merasa heran kenapa Bayu hanya diam dan tidak melakukan fitting baju pengantin seperti dirinya.
"Aku sudah melakukannya," Alana mengangguk, dia tak perlu bertanya lagi kapan tepatnya Bayu melakukan fitting baju pengantinnya.
Alana mengikuti langkah Bayu di belakang, menatap bahu lebar pria itu. Alana masih menerka bagaimana kepribadian pria itu, sejak keluar dari rumah dan pergi bersama Bayu, Alana tak bisa menebak raut wajah pria itu, kadang menampilkan wajah lembut, tegas bahkan tak terbaca seperti ketika pria itu melihatnya saat mencoba gaun pengantin, pria itu seperti marah, tapi setelahnya pria itu tersenyum sangat lembut.
Alana menghentikan langkahnya saat Bayu berhenti, pria itu menoleh dan meraih tangan Alana, "Kenapa berjalan di belakangku.. Kedepannya kita harus jalan beriringan." Alana merasakan hatinya menghangat lalu tersenyum.
"Terimakasih, Mas.."
Bayu tak menjawab dan melanjutkan langkahnya kali ini mereka berjalan beriringan hingga tiba di depan mobil.
Lagi- lagi Alana dibuat tersenyum saat pria itu membuka pintu untuknya, bahkan memastikan kepalanya tak terbentur dengan menahan kepalanya dengan tangan.
Merasakan perlakuan Bayu terhadapnya, bolehkan Alana berharap pernikahan ini akan berjalan baik?
...
"Terimakasih untuk jalan- jalannya Mas." Bayu mengantar Alana memasuki gang dan berhenti di depan rumah kecilnya, tentu saja bagi Bayu rumah itu terlalu kecil hingga dia rasa jika masuk Bayu akan sesak nafas.
Alana melepaskan jas Bayu yang pria itu sampirkan di bahunya tadi, satu lagi perlakuan manis Bayu pada Alana, pria itu menyampirkan jasnya karena takut Alana kedinginan, terlebih hari yang sudah larut malam, dan mereka berjalan- jalan di taman.
Hal yang manis meski kencan yang mereka lakukan tidak mewah tapi Alana menyukainya.
"Hmm, hari semakin larut masuklah." Alana tertegun saat Bayu mendekat dan mengecup dahinya.
Wajah Alana memerah, gadis itu mengangguk setelah selanjutnya melihat punggung Bayu menjauh.
....
Alana menyandarkan dirinya di pintu merasakan jantungnya berdebar, sudah lama sejak hari 'itu' Alana tidak pernah merasakan jantungnya berdebar berlebihan.
Sejak hari 'itu', Alana tak memiliki waktu menanggapi setiap pria yang mendekatinya, Ya, selama ini banyak pria yang selalu mendekat, namun Alana yang fokus memikirkan pendidikan Daniel memilih terus abai dan menghabiskan waktunya untuk bekerja, dan menghasilkan uang. Namun, siapa sangka pernikahan sudah di depan mata. Jadi Alana putuskan untuk membuka hatinya setelah sekian lama menutupnya rapat.
Dan Alana rasa pernikahan ini tidak akan semengerikan yang dia bayangkan.
Pernikahan tanpa cinta, bisa saja berubah jika mereka saling berusaha untuk mencintai.
Dan melihat perlakuan Bayu, tidak membutuhkan waktu lama Alana mungkin akan jatuh cinta pada pria itu.
"Sudah Papa bilang, cucu Tuan Adiyaksa anak yang baik bukan?" Abraham muncul dari dalam kamarnya dengan senyum penuh godaan pada Alana.
Alana tersenyum, mengangguk "Semoga saja semua berjalan baik."
"Ini, Mas bayu belikan makanan untuk Papa dan Daniel, aku panaskan dulu ya." Alana menunjukan paper bagh berisi makanan yang di belikan Bayu tadi. Abraham mengangguk lalu pria paruh baya itu melihat Alana pergi ke dapur.
Abraham tersenyum, setidaknya dia merasa lega, rasa bersalahnya berkurang karena Alana menerima pernikahannya.
Abraham menyadari jika dirinya bersalah, ini seperti dirinya menjual putrinya demi uang 900 juta untuk melunasi hutangnya, Tapi setelah ini Abraham berjanji akan menjadi ayah yang baik untuk kedua anaknya, dia tidak akan menginjakan kaki di tempat haram itu lagi.
...
Daniel melihat Alana yang sedang menghangatkan makanan lalu menghampiri kakaknya itu.
Alana yang merasa seseorang menghampirinya pun mendongak "Dan?"
"Apa Kakak bahagia?" tanyanya pada Alana. Alana mengeryit tak mengerti dengan pertanyaan Daniel."Apa kakak bahagia degan pernikahan ini?" tanyanya lagi hingga Alana menghentikan gerakannya.
Alana mematikan kompor lalu memfokuskan tatapannya pada Daniel, "Mas Bayu baik, dan Keluarganya juga baik.. Kakak rasa kakak akan bahagia. Dan setelah kakak menikah kakak tidak perlu khawatir lagi tentang kamu, dan sekolah kamu. Tuan Adiyaksa berjanji akan menyekolahkan kamu hingga jenjang yang tinggi." ya, juga yang di janjikan tuan Adiyaksa selain melunasi hutang papanya, tuan Adiyaksa berjanji menyekolahkan Daniel hingga perguruan tinggi.
"Kita bisa pergi jauh dan tak perlu pedulikan Papa jika kakak tidak mau menikah, lagipula selama ini Papa juga tak peduli kita." Daniel menunduk, selama ini dia hanya diam tak berani bersuara, tapi kali ini dia rasa Papanya sudah keterlaluan, bagaimana bisa Papanya menjual Kak Alana.
Alana berjalan ke arah Daniel dan memegang bahu Daniel "Bagaimana pun dia Papa kita, dia ingin kita bahagia meski jalan yang dia pilih salah. Jangan pikirkan apapun, Daniel hanya perlu sekolah dan jadi orang hebat, itu sudah cukup buat kakak bahagia, buktikan jika pengorbanan Kakak tidak akan sia- sia."
Daniel memeluk Alana "Daniel janji akan belajar dengan rajin, dan membuat Kakak bangga." Alana mengangguk, matanya memanas lalu tanpa terasa air itu jatuh membasahi pipi, tak ingin Daniel melihatnya menangis dengan cepat Alana menghapus air matanya.
"Sekarang ayo makan, panggil Papa makanan nya sudah hangat." Daniel mengangguk lalu berbalik untuk memanggil Abraham.
Tanpa keduanya tahu, Abraham hanya bisa mematung di tempatnya melihat kedua anaknya berpelukan, ya, dia mendengar semua percakapan antara adik dan kakak tersebut, dan kini rasa bersalah yang telah hilang kembali muncul, dia benar- benar bukan ayah yang baik.
...
Like..
Komen..
Vote..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
💗vanilla💗🎶
alana didewasakan keadaan .. justru ortunya gak dewasa menghadapi keadaan
2023-10-17
0
Ulil Nur Qomariyah
lanjooot....
2023-10-07
0
Rabiatul Addawiyah
Lanjut thor
2023-10-07
2