Ya Allah semoga saja Sabi menerimanya, aku tidak punya cara lain selain ini ya Allah. Hanya pada Sabi tumpuan harapanku.
Dania memohon dengan sangat kepada adik sepupunya agar apa yang diinginkannya dipenuhi oleh Sabiyah.
Aku harus membujuk Sabi bagaimana pun caranya. Karena hanya dia gadis yang paling pantas dan layak menjadi istri keduanya mas Fayyad.
"Apa kamu tau apa yang aku rasakan ketika aku memintamu untuk menjadi istri sirinya mas Fayyadh? Bagaimana rasanya hatiku ini mengemis pada perempuan lain?" Tanyanya Danish Najida.
Sabi menatap ke arah dalam bola matanya Dania Najida dan berusaha untuk membaca makna yang tersirat dari dalam matanya.
"Kamu tau sakit, hancur berkeping-keping dan hidupku terasa tidak bernafas lagi. Tetapi, aku berfikir kalau wanita lain aku pasti tidak akan rela berbagi suami dengan wanita lain itu. Berbeda dengan kau yang hanya akan menikah dengan Mas Fayyad dalam jangka waktu setahun saja," Dania berbicara dengan nada suara yang cukup tinggi.
Tubuhnya Sabi terhuyung ke belakang saking kagetnya mendengar perkataan dari kakak sepupunya itu. Yang mengatakan bahwa dia sedih dan tidak rela berbagi suami dengan wanita lain sebenarnya.
Hanya saja ini jalan keluar yang paling terbaik dari solusi cobaan dan takdir rumah tangganya. Kemelut rumah tangga yang tidak pernah terfikirkan sebelumnya ketika menerima pinangan kekasih pujaan hatinya.
Sejujurnya ia hanya bahagia mendengar perkataan dari Dania yang mengatakan jika dia akan mendapatkan banyak imbalan dan hadiah dari tawaran permintaan Dania dan Fayyad. Dia tidak menampik jika ia tergiur dan tergoda dengan tawaran tersebut.
Tetapi,disisi lain ia tidak ingin menjadi perusak rumah tangga orang lain dan menjadi pelakor didalam rumah tangga kakak sepupunya itu.
Aku sangat ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, tapi bukan begini caranya ya Allah. Disisi lain aku tidak ingin melihat keluarga kakak sepupuku ini diambang kehancuran, bahkan akan berantakan dan hancur jika ia tidak segera memiliki anak.
Aku sungguh kebingungan harus berbuat apa, aku semakin kesulitan untuk memilih apa yang terbaik untuk kami. Aku juga tidak mungkin melihat saudariku menderita seperti ini.
"Dek Sabi aku mohon dengan sangat padamu, insha Allah kamu tidak akan rugi dengan permintaan kami ini. Dek apa kamu tidak ingin melihatku bahagia? Pada siapa lagi aku meminta, karena hanya kamu saudariku yang bisa aku percayai," bujuknya Dania.
Dania berucap sambil mengambil kedua tangannya Sabi dengan penuh harapan. Sabi yang melihat bulir demi buliran air matanya Dania semakin sedih dan tak berdaya. Karena ia kesulitan untuk menentukan apa yang seharusnya dilakukannya.
Posisinya sekarang tersudut dan terpojok tak bisa berkutik lagi. Ia dalam keadaan dilema, kebingungan dan kebimbangan antara menolong saudaranya sendiri dan menjadi orang ketiga di dalam rumah tangga kakaknya sendiri.
"Sabi, kebahagiaanku ada di dalam genggaman tanganmu dek. Hidup matiku pun ada padamu kamulah yang sekarang menentukan kebahagiaanku ataukah kehancuran hidupku kelak," imbuhnya Dania.
"Tapi, tidak begini caranya juga Mbak. Mana mungkin saya menjadi orang ketiga dalam rumah tangganya Mbak dan saya tidak ingin dicap sebagai pelakor. Apalagi memanfaatkan ketidakberdayaan Mbak," tolaknya Sabiya.
"Terus bagaimana caranya agar aku tidak diceraikan oleh suamiku dan ditendang oleh keluarga mertuaku!? Aku hanya bisa memilihmu menjadi istri siri rahasia suamiku daripada melihat dengan terang-terangan pria yang aku cintai hidup dengan wanita lain," teriaknya histeris Dania Najida.
Sabi membalas memegang tangannya Dania. "Aku tidak sanggup melihat Mbak Dania bersedih, tapi saya juga tidak mau dicap pelakor mbak, gimana kalau orang-orang mengetahui jika saya menikah dengan suaminya Mbak, bisa-bisa saya diviralkan di sosmed dan pastinya akan ada yang melaporkan saya ke pihak yang berwajib," ucapnya Sabiya yang mulai ketakutan memikirkan segala kemungkinan yang bisa terjadi.
Fayad yang mendengar perkataan dari Sabi hanya mengangkat alisnya sebelah.
"Kamu tidak perlu takut dengan semua yang sudah kamu pikirkan yang bakal tidak akan jadi kenyataan, aku dan istriku," Fayad memeluk tubuhnya Dania di depannya Sabi, "aku tidak akan pernah ijinkan ataupun biarkan ada orang lain yang mengetahui rencana kita ini hingga kamu berhasil melahirkan putra untukku."
Dania melingkarkan tangannya di depan matanya Sabi, "dek tidak ada yang bakalan mengetahuinya, tidak ada yang perlu kamu takutkan atau risaukan yang paling penting kamu bersedia dan setuju dulu untuk menikah dengan suamiku terlebih dahulu."
Sabi paling kesal jika melihat ada pasangan suami istri yang memamerkan kemesraan di depannya, makanya dari itulah dia dikenal sampai tamat sekolah menengah atas, tidak memiliki kekasih satupun.
Sabi menatap jengah ke arah pasangan suami istri itu dengan membuang muka ke samping. Ia memang seperti itu terhadap siapapun bukan karena cemburu, tetapi memang risih melihat orang yang bermesraan di depan umum.
"Gimana caranya orang-orang bakal tidak tau jika saya nantinya menikah dengan suaminya Mbak? Mana mungkin bisa saya tutupi rahasia besar ini kedepannya," Sabiyah tidak habis pikir kenapa ada orang yang bisa melakukan segala macam cara untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.
"Kami sudah mengatur segalanya dengan terorganisir, jadi bakal tidak akan ada yang mengetahui apa yang terjadi pada rumah tanggaku," imbuhnya Dania.
"Kamu akan tinggal satu komplek perumahan dengan istriku Dania Najida, tetapi tidak bertetangga hanya saja supaya kamu bisa diawasi oleh kami berdua." Sahutnya Fayyadh.
"Kamu itu akan tinggal berjauhan denganku untuk mencegah orang lain curiga, enggak jauh-jauh amat juga. Kami sebelum ke Makassar sudah mengatur segalanya, jadi kamu mantapkan saja keyakinan kamu untuk menerima lamarannya kami," tuturnya Dania.
Sabiah terdiam memikirkan segala sesuatu kemungkinannya bisa terjadi, dia masih muda dan belia tapi pola pikirnya lebih cepat dewasa dibanding dengan anak remaja seusianya.
Gimana tidak, diusianya yang baru dua belas tahun harus hidup sebatang kara karena kedua orang tuanya telah meninggal dunia. Sedangkan ayahnya juga adalah anak tunggal sehingga tidak ada sanak saudara dari keluarganya yang bisa menjaganya.
Hanya ada keluarga dari pihak ibunya termasuk Dania dan kedua adiknya saja, tetapi karena mereka juga tinggal diam Jakarta sehingga Sabi harus berjuang keras tinggal seorang diri.
Untungnya para tetangganya menyayanginya seperti anak mereka sendiri. Mengingat kedua orang tuanya yang baik selama masa hidup keduanya Du dunia ini.
"Yang paling penting saya kedepannya tidak mau ketahuan oleh orang lain,kedua saya tidak ingin dicap pelakor. Ketiga tolong penuhi syarat-syarat yang seperti yang kalian katakan sebelumnya,' ujarnya Sabi.
"Jadi kamu setuju dengan persyaratan kami dan bersedia untuk menikah secara siri dengan suamiku?"
Sabi dengan berat hati mengiyakannya dengan menganggukkan kepalanya itu.
"Bismillahirrahmanirrahim Insha Allah saya setuju menerima segalanya,"
Sabi berkata seperti itu tanpa memikirkan masalah kedepannya jika anaknya kelak tumbuh dewasa.
Kedua bola matanya Dania berbinar binar terang, "syukur alhamdulilah, Hari ini kita langsung berangkat ke Bali Denpasar dan besok kamu harus secepatnya menikah dengan Mas Fayyad," tuturnya Dania dengan penuh kegembiraan.
"Apa! Besok!?" Reaksinya Sabi yang sungguh diluar dugaan.
Untungnya suasana kafe itu cukup ramai sehingga perbincangan ketiganya tidak diperhatikan oleh pengunjung kafe lainnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Dwi Setya Rini
kata Dania ga rugi" amat
trus ntar kalo dia dah lahiran dicerai
statusnya bakal dipertanyakan sama calon suami nya kelak🤔
2024-04-24
1
Mamah Kekey
lanjut kk tambah seruu
2024-02-12
1
Daeng Ji
next saja aku suka
2023-10-14
1