Pagi harinya, Karin sudah rapi dan bersiap-siap untuk berangkat ke kantor, Karin melihat dirinya di cermin yang terlihat sangat seksi, Karin menarik nafasnya berat, karena sebenarnya itu bukanlah dirinya.
Setelah memesan taksi online, Karin sudah sampai di perusahaan Dirgantara Group dan langsung menuju ke ruangannya.
Karin kemudian memeriksa beberapa berkas dan membawanya ke ruangan Alvin.
Karin mengetuk pintu ruangan Alvin, “Masuk” suara Alvin dari dalam.
Ternyata di dalam sudah ada Dion sedang membahas masalah pekerjaan.
“Saya akan datang lagi” ucap Karin, karena tidak ingin mengganggu mereka.
“Masuk lah Karin, kamu juga harus tau rencana kita kedepannya” ujar Alvin.
“Karin, kamu harus menemani Pak Alvin untuk perjalanan ke luar kota” sahut Dion.
“Baik Pak”.
“Mulai sekarang, kamu membantu ku di setiap pertemuan dan kunjungan, karena Dion punya tugas lain untuk di selesaikan” sambung Alvin.
“Baik Pak Alvin, ini ada berkas yang harus di tandatangani” balas Karin sambil menyodorkan berkas di depan Alvin.
“Dion, kamu boleh keluar” perintah Alvin sambil menandatangani berkas itu.
“Baik Bos” ucap Dion menunduk hormat pergi.
“Mereka terlihat terlalu formal” batin Karin dengan menatap kepergian Dion.
“Karin, kepalaku terasa sakit, kamu bisa membantu ku memijatnya” sambil memegang kepalanya.
“Baik Pak”.
Karin berjalan ke belakang Alvin dan mulai memijat lembut kepala Alvi, “Ternyata Pak Alvin, tidak susah untuk di dekati” batin Karin.
Sementara Alvin tersenyum miring, “Seperti nya wanita murahan ini sudah terjebak dalam perangkap ku, kita lihat apakah dia akan bertindak selanjutnya” batin Alvin.
“Sebelah sini Karin” ucap Alvin sambil menggenggam tangan Karin dan mengarahkan tangan Karin lehernya.
Karin langsung menegang dan tangannya sedikit bergetar, dia benar-benar gugup, tapi dia berusaha mengontrol dirinya dan mulai memijat Alvin dengan lembut.
Alvin menikmati pijatan Karin, tapi dapat merasakan tangan Karin yang sedikit gugup.
“Aku akan buat kan kopi Pak” ucap Karin untuk menghindari Alvin, kemudian berjalan meninggalkan ruangan Alvin.
Alvin menatap kepergian sekertaris nya, “Kenapa wanita itu, justru menjauhiku dan melewati kesempatan lagi” pikir Alvin.
Karin sedang membuat kopi dan menghela nafasnya, “Bodoh, kenapa aku menyia-nyiakan kesempatan emas ini”.
“Karin tenang, Pak Alvin tidak akan berbuat lebih padamu, dia hanya tertarik denganmu” ucap Karin pada dirinya sendiri, agar bisa lebih dekat dengan Alvin.
***
Beberapa hari telah berlalu, Alvin dan Karin melakukan perjalanan kerja ke luar Kota, mereka hanya pergi berdua.
Karin berada di kamar Alvin, untuk membantu membereskan pakaian Alvin dan membatu keperluannya.
“Karin, karena Dion tidak ada, kamu harus menggantikan tugasnya” ucap Alvin.
“Baik Pak, katakan saja jika butuh sesuatu”.
“Setelah membersihkan diri, kembali ke kamar ku, aku butuh bantuan mu”.
Karin tersenyum manis, “Baik pak”.
Karin masuk ke kamarnya dan segera membersihkan diri, setelah mengganti pakaiannya, Karin kembali ke kamar Alvin.
Karin sudah berada di depan pintu kamar Alvin dan menarik nafasnya berat, “Aku tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini lagi” ucap Karin lalu mengetuk pintunya.
Pintu pun terbuka dan terlihatlah Alvin yang hanya memakai jubah tidur dan celana pendek, dengan dada terbuka.
“Masuk lah” ucap Alvin, sambil memberi jalan pada Karin.
Karin berjalan masuk dan hanya diam saja, menunggu apa yang akan di perintahkan Alvin padanya.
“Karin, aku sangat capek dengan perjalanan di pesawat, pijatan mu sangat enak, bisa membantuku karena biasanya Dion yang melakukannya untuk ku” ucap Alvin dengan santai, sambil melepas jubah tidurnya dan berbaring tengkurap di atas ranjang.
Karin segera melihat ke sembarang arah, tapi pikirkannya teralihkan dengan pernyataan Alvin, kalau Dion sering memijatnya, “Sungguh mereka seintim itu, jadi tidak ada yang perlu kukhawatir kan lagi” batin Karin.
Karin kemudian duduk di samping Alvin dan mulai menyentuh pundak Alvin, diam-diam Karin mengagumi tubuh kekar Alvin.
Tidak bisa di pungkiri, pijatan Karin yang enak membuat Alvin menikmati sentuhan tangan Karin.
Sebagai laki-laki normal, Alvin tentu menegang dengan sentuhan tangan Karin yang menelusuri bagian tubuh.
Alvin mencoba menahan diri, tapi dirinya tidak bisa, Karin terlalu cantik untuk di sia-siakan.
Alvin kemudian menarik tangan Karin dan mengungkungnya di bawahnya.
Karin sangat terkejut dengan aksi Alvin yang tiba-tiba, “Pak Alvin, apa yang Anda lakukan?”.
Alvin menatap Karin tampa berkedip dan menikmati wajah cantik Karin lebih dekat, “Apa yang salah Karin, bukan kah hubungan atasan dan sekertaris pribadinya, adalah hubungan yang biasa terjadi” tutur Alvin dengan nada yang berat, karena pusakanya di bawa sana sudah semakin menegak, berada di atas tubuh Karin.
Karin tentu merasakan sesuatu yang mengganjal di bawah sana, “Ternyata dugaan ku salah, Pak Alvin adalah pria normal”. batin Karin.
“Aku akan memberimu bonus dan menjamin semua fasilitas mu, juga semua yang kamu inginkan” janji Alvin.
Karin tidak bisa berkata apa-apa, dia juga tidak bisa menahan tenaga Alvin yang sudah berada pas di atas tubuhnya, dia memejamkan matanya pasrah.
Alvin yang sudah tidak bisa menahan dirinya dan mulai mendekatkan wajahnya ke leleh Karin, tiba-tiba melihat air mata yang menetes di sudut mata Karin.
Karin dapat merasakan nafas Alvin yang semakin mendekatinya, tapi Alvin justru hanya berbisnis, “Apa kamu sungguh menolak tidur dengan ku?”.
Karin segera membuka matanya dan melihat wajah tampan Alvin yang begitu dekat dengan wajahnya.
Nafas Karin naik turun, tubuh dan pikirannya sudah tidak sinkron, bibirnya membeku dan tumbuhnya menegang.
“Bukan hanya fasilitas yang kamu dapatkan, dengan tidur dengan ku malam ini, kamu juga bisa lebih dekat dengan ku secara pribadi” Alvin kembali berbisik sambil menoleh pada wajah Karin, yang dari tadi diam saja, sambil mengusap pipi Karin dengan punggung jemarinya.
“Dekat dengannya memang tujuan utamaku sebenarnya, tapi bukan berarti aku harus menyerahkan kesucian ku padanya” batin Karin.
Alvin yang melihat Karin tidak bereaksi, mulai mendekatkan bibirnya ke bibir Karin, hingga menyisakan beberapa senti, tapi Karin segera memalingkan wajahnya tanda penolakan.
Alvin langsung menjatuhkan tubuhnya di samping Karin, dia juga tidak bisa memaksakan keinginannya.
Karin segera berdiri dengan air mata yang sudah menetes di kedua pipinya.
“Pergilah, aku tidak pernah memaksa wanita untuk tidur dengan ku” ucap Alvin tidak menatap Karin.
Tampa di suruh dua kali, Karin berlari keluar dan setelah kepergian Karin, Alvin segera masuk ke dalam kamar mandi dan menuntaskan hasratnya di dalam sana.
“Sial! Karin memang sangat menggoda, membuat ku harus bermain sendiri”.
Karin kembali ke kamarnya dan langsung mandi di bawa shower, tampa melepas pakaiannya, dia meluapkan tangisannya, karena hampir saja menyerahkan dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments