Setelah makan siang, Davin datang dengan membawakan kunci kendaraan yang dipesan oleh Vincent. Kunci tersebut langsung diterima oleh Vincent dan Davin kembali meninggalkan mereka berdua.
“Ayo, Alle! Kita langsung mencari tempat yang pas untuk iklan produk kita,” ajak Vincent yang sudah bangun dari tempat duduknya.
“Hah? Kita pak?” tanya Alle sambil mengerutkan dahinya.
“Iya, kita! Davin masih harus mencari dan menghubungi crew untuk pembuatan iklan. Bagi tugas agar pekerjaan ini cepat selesai,” jawab Vincent yang mulai melangkahkan kakinya.
“Trus, maksud bapak saya yang jadi supir bapak gituh? Gak mungkin kan bapak malah jadi supir saya?” tanya Allegra lagi sambil mengejar langkah Vincent.
“Lihat saja, nanti!” Vincent tampak enggan menjawab pertanyaan Allegra dan Allegra pun kini diam seribu Bahasa sampai mereka keluar dari restoran dan menuju ke tempat parkiran.
Betapa terkejutnya Allegra saat Vincent berdiri di dekat motor sport berwarna merah yang sudah tersedia dua helm di atasnya. Bayangan Allegra mereka akan pergi dengan mengendarai mobil, tapi yang ia lihat bukanlah seperti yang ia bayangkan.
“Kita pergi naik motor ini, Pak?” tanya Allegra saat Vincent mulai mengenakan helm miliknya.
“Kenapa? Apa kamu keberatan jika kita naik ini?” tanya Vincent dan Allegra langsung menggelengkan kepalanya.
“Bukannya gituh, Pak. Bapak yakin bisa bawa motor?” Pertanyaan Allegra kali ini terdengar begitu menyangsikan atasannya untuk mengendarai motor sport yang ada di depannya.
Tidak perlu banyak ucap, Vincent pun memperlihatkan surat kendaraan yang tertulis namanya di dalam surat tersebut. “Kamu bisa lihat sendiri kan motor ini punya siapa?” tanya Vincent kemudian dan Allegra langsung menganggukkan kepalanya.
“Sekarang pakai helm milikmu dan segera naik ke atas motor!” titah Vincent.
Mau tidak mau, Allegra pun mengambil helm yang satunya lagi dan segera memakainya. Namun, setelah itu ia tidak langsung naik ke atas motor karena dirinya masih bimbang harus bagaimana nantinya jika mereka berdua sama-sama naik di atas motor yang sama.
‘Duh, ini serius Pak Bos mau boncengin aku naik motor sport ini?’ tanya Allegra dalam hati. ‘Keren, sih, memang. Tapi aku takut jatuh. Gak mungkin kan aku pegangan sama Pak Bos.’
‘Allegraaa, kenapa makin kesini masalahnya semakin rumit aja sih?’ batin Allegra menggerutu.
“Ayo, Allegra! Tunggu apa lagi?” Suara bariton Vincent membuyarkan lamunan Allegra.
“Tapi, Pak … Kalo nanti saya jatuh gimana?” tanya Allegra yang masih belum memenuhi ajakan Vincent.
“Yaa, pegangan yang kenceng. Jangan sampai jatuh, Alle! Meski ada jaminan perusahaan untuk membayar biaya di rumah sakit, tetap saja harus diusahakan untuk tidak sakit,” jawab Vincent yang terdengar seolah tidak ada beban sama sekali.
“Beneran nih, Pak? Saya pegangan sama bapak?” tanya Allegra lagi membuat Vincent menghela nafasnya panjang.
“Kalo kamu gak cepet naik ke atas motor, saya bisa potong bonus kamu karena sudah mengulur waktu, Allegra!” ancam Vincent yang sudah sangat tidak sabar untuk berdekatan dengan Allegra.
Sedangkan Allegra yang mendengar ancaman Vincent pun cepat-cepat naik ke atas motor dan tangannya memegang ujung baju yang di kenakan Vincent.
“Pegangan yang kenceng, Allegra! Jangan malah bikin baju saya kusut, dong!”
Allegra cepat-cepat melepaskan tangannya dari baju Vincent dan merasa sangat tidak enak. “Ma-maaf, Pak! Saya tidak bermaksud membuat baju bapak kusut. Saya Cuma gak tahu gimana caranya pegangan yang kenceng.”
Akhirnya tanpa ba bi bu lagi Vincent menarik gas motornya sedikit kencang dan membuat Allegra sangat terkejut sampai refleks memeluk Vincent dengan erat dari belakang. Bibir Vincent pun langsung tersenyum penuh kemenangan mendapati Allegra memeluknya dengan sangat erat.
Sedangkan dari kejauhan, Davin hanya tersenyum melihat atasannya yang kini tengah berbunga-bunga karena akhirnya bisa berduaan dengan gadis pujaan hatinya. “Have a nice your day, Pak Bos. Saya akan segera mencari crew yang tepat untuk launching produk kita kali ini.”
Allegra’s Point of View
‘Oh My God! Aduh, gimana ini? Pak Vincent bawa motornya kenceng banget. Mana aku jadi kepedean gini meluk dia dari belakang?’ gumam Allegra dalam hati.
‘By the way, parfum yang dipakai Pak Vincent itu apa yaa? Wanginya soft banget dan bikin nyaman.’
Vincent yang sengaja tidak mengenakan jaket membuat tangan Allegra merasakan lekukan perut atletisnya yang terasa seperti roti sobek yang begitu keras.
‘Gilak! Badannya Pak Vincent kekar banget ternyata. Aku yakin, deh kalo Pak Vincent pasti rajin nge-gym sampe tubuhnya berotot kayak gini. Ya Ampun, ini mah bener-bener kayak meluk cowok yang ada di iklan susu suplemen. Beneran gagah banget.’
‘Pantes aja semua cewek pasti tergila-gila sama cowok berbadan atletis. Baru nyentuh kayak gini aja bikin jantung dag dig dug serr.’
Tanpa Allegra sadari, tangannya justru semakin erat memeluk Vincent. Hal ini tentunya membuat Vincent benar-benar seperti terbang ke langit yang paling tinggi. Sesuatu yang dulunya hanyalah angan-angan dan harapan yang sangat tidak mungkin, kini justru menjadi kenyataan.
Vincent pun mulai memelankan laju motornya agar ia bisa menikmati pelukan Allegra lebih lama lagi.
‘Astaga! Apa yang udah terjadi sama aku? Kenapa aku malah jadi makin erat sih melukin Pak Vincent? Aku pasti udah mulai gak waras ini gara-gara Bisma sialan itu!’
Perlahan Allegra mulai mengendurkan pelukannya dari Vincent. Namun, Vincent kembali membuat laju motornya menjadi kencang dan Allegra kembali memeluknya dengan erat. Tak lama kemudian mereka berdua pun sampai di pantai yang nantinya akan digunakan sebagai tempat pengambilan iklan produk.
Vincent sengaja mengambil latar di pantai karena produk yang launching kali ini adalah kosmetik yang digunakan untuk melindungi kulit dari pancaran sinar matahari. Setelah memarkirkan motornya, Allegra cepat-cepat turun dari motor dan melepaskan helmnya.
“Maaf, Pak! Saya tadi sudah sangat lancang pegangan sama bapak,” ucap Allegra sambil menundukkan kepalanya.
“Itu wajar, kok! Bahkan lebih baik seperti itu dari pada nantinya kamu kenapa-napa!” balas Vincent yang berusaha untuk sedatar mungkin. Padahal di dalam hatinya ia sedang bersorak-sorak gembira.
Sedangkan Allegra sendiri mencoba untuk tidak kikuk di hadapan bosnya dengan mulai membahas latar yang dipilih oleh Vincent.
“Oh iya, Pak! Ini tempatnya pas banget loh buat iklan produk perusahaan. Pemandangannya juga sangat indah dan tentunya membuat iklan ini terlihat sangat menarik,” ucap Allegra yang mulai berjalan lebih dulu.
“Kalau begitu, coba kamu cari spot yang pas untuk pengambilan gambarnya, Allegra!” pinta Vincent sambil mengiringi langkah Allegra.
Allegra mulai mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan pandangannya kini tertuju pada spot yang pemandangan langitnya tampak sangat indah dengan kumpulan awan putih yang berkumpul dan dipadukan dengan warna langit yang sangat cerah.
“Di sana, Pak! No backlight dan saya yakin hasil tangkapan gambarnya pasti bagus.” Allegra menunjuk ke arah yang sebenarnya juga diminati oleh Vincent.
“Boleh, kalau gitu coba kita ke sana dan saya akan coba take gambar kamu untuk melihat hasilnya,” balas Vincent.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Rita
wah gercep jg pak bos alasan make kerjaan ngambil foto Ale tanpa candid
2023-10-05
1
Rita
aaaahhhhhhhh gemeshhhhh
2023-10-05
1
Rita
lama2 tak jorokin jg nich si Alle g tau apa pak bos sdh g tahan pgn dipeluk 🤣🤣🤣🤣🤣jd gemesh ma 2 orang nich
2023-10-05
2