Akhirnya harapan Allegra untuk menikmati cuti pertama kalinya harus pupus karena ketahuan berbohong dan naasnya lagi dengan anak pimpinan perusahaan. Ia sama sekali tidak bisa mengelak dari Vincent dengan alasan tidak siap untuk dipecat.
Baginya, pengajuan cutinya selama satu minggu ini lebih baik hangus daripada nantinya justru gajinya yang hangus. Jangankan menenangkan diri, yang ada Allegra justru akan semakin disibukkan oleh persiapan launching produk baru perusahaannya.
“Pak Davin, kok Pak Bos bisa ada di sini, sih?” tanya Allegra saat memasukkan kopernya ke dalam bagasi mobil.
Davin hanya mengedikkan bahunya sambil memasukkan koper milik Vincent dan juga miliknya.
“Jangan-jangan kalian sengaja buat ngebuntutin aku?” tuduh Allegra yang masih belum beranjak dari Davin, asisten pribadi Vincent.
“Ya Ampun, Pak! Ini tuh liburan saya yang pertama kalinya selama enam tahun memeras keringat di Perusahaan Wijaya Group. Masa’ bapak tega sih ngebiarin saya gak menikmati masa liburan,” gerutu Allegra dengan mimik wajah yang tampak sangat kusut.
“Alleee!” panggil Vincent dengan suara baritonnya. “Cepat masuk ke dalam mobil dan kita mulai membahas materi untuk meeting!”
Perintah Vincent barusan membuat Allegra hanya bisa menghela nafasnya panjang dan menuruti perintah anak dari pimpinan perusahaan. Allegra masuk ke dalam mobil dan duduk di samping Vincent untuk membahas materi yang akan dibicarakan. Sedangkan Davin duduk di samping sopir dan mobil pun mulai berjalan mengantarkan mereka menuju ke Swiss Belhotel yang letaknya dekat dengan bandara.
Perjalanan yang ditempuh sekitar 15 menit membuat Allegra langsung menguasai materi yang akan dibahas saat rapat nanti. Allegra yang memang sudah lihai mengenai pembuatan iklan produk dan teknik pemasaran memang sangat diandalkan oleh perusahaan.
Hal ini yang membuat tabungan di rekening Allegra sangat banyak karena tips khusus perusahaan atas meledaknya pemasaran produk yang diurus oleh Allegra. Meskipun begitu, Allegra bukanlah tipe wanita yang suka menghambur-hamburkan uangnya. Sebab, impiannya adalah menikah dengan design ala negeri dongeng.
“Saya sangat menyukai ide brilian dari kamu, Allegra. Jika launching produk baru kali ini bisa meledak di pasaran, maka seperti biasa, perusahaan akan memberikan tips khusus untukmu!” puji Vincent dengan nada yang datar seraya menjanjikan bonus untuk Allegra.
“Terima kasih, banyak, Pak!” balas Allegra sambil menundukkan kepalanya.
Sesampainya di hotel yang dituju, Allegra menuju ke bagian resepsionis untuk mengambil kartu kamar sudah dipesan oleh Davin sebelumnya. Kali ini Allegra dipesankan di kamar yang sama tipenya dengan kamar milik Vincent. Sedangkan Davin justru memesan kamar yang standar dan letaknya cukup jauh dari kamar Vincent.
“Pak Davin!” panggil Allegra mendekat ke arah Davin sambil memegang kartu kamar miliknya. “Apa maksudnya ini?” tanya Allegra dengan berbisik. “Kenapa kamar saya justru berdekatan sama kamar Pak Vincent?”
“Biar kita lebih mudah untuk membahas pekerjaan!” jawab Vincent yang sudah berdiri di belakang Allegra.
“Hah? Emangnya berapa lama kita di sini, Pak?”
“Satu minggu saya rasa sudah cukup untuk menayangkan iklan produk ini!” jawab Vincent membuat Allegra menghela nafasnya panjang.
‘Bener-bener gila! Persiapan Launching cuma satu minggu dan tidak banyak melibatkan banyak staff dari kantor perusahaan? Ini mah sama aja dengan ngebunuh aku secara cepat, bukan perlahan-lahan lagi!’ batin Allegra menggerutu kesal.
‘Mana belum cari model iklannya, tempat pengambilan shooting, belum lagi cari tim shoot dan editing iklannya. Aaarggghhh! Kenapa apes banget sih aku ini?’ teriak Allegra dalam hati.
Ting! Pintu lift terbuka dan Davin keluar dari lift untuk menuju ke kamarnya.
“Loh, kok Pak Davin gak anterin Pak Vincent ke kamar, sih?” protes Allegra saat mendapati dirinya kini hanya berdua saja di dalam lift dengan anak pimpinan perusahaan tempat ia bekerja.
“Memangnya kamu pikir saya bayi yang harus diantar kemanapun saya pergi?” celetuk Vincent.
“Ups!” Allegra langsung menutup mulutnya rapat-rapat. “Maaf, Pak!”
‘Saya pikir kan bapak gak bisa dorong koper sendiri,’ lanjut Allegra dalam hati.
Diam-diam Allegra mencuri pandang ke arah Vincent yang tengah membalas pesan yang masuk ke dalam ponselnya. Namun, saat Vincent menatap ke arah Allegra, ia cepat-cepat memalingkan pandangannya ke sudut lift.
“Awas jatuh cinta loh kalo diem-diem perhatiin saya!” celetuk Vincent sambil kembali menatap ke ponselnya.
“Gak mungkin lah, Pak!” balas Allegra. “Lagi pula saya juga udah punya tunangan, kok!” dalihnya untuk menyelamatkan diri yang kepergok mencuri pandang ke Vincent.
“Oh, ya? Tunangan yang baru kamu putusin di taman kota kemaren gara-gara selingkuh sama manajernya?”
Deg!
Allegra menelan ludahnya kasar mendengar ucapan Vincent barusan.
“Hah?! Da-da-ri mana bapak tahu? Emang bapak kemarin juga ada di taman kota, ya? Atau bapak punya rekaman CCTV di sana? Wah, atau jangan-jangan masalah yang kemarin di Taman Kota itu udah sempat viral, ya?” serbu Allegra dengan berbagai pertanyaan.
Sayangnya, ia sama sekali tidak mendapatkan jawaban sama sekali dari Vincent karena pintu lift sudah terbuka. Vincent pun langsung melangkahkan kakinya menuju ke kamar yang ia pesan dan melewati Allegra begitu saja.
“Tunggu, Pak Vincent!” Allegra langsung berlari mengejar langkah Vincent.
“Tolong dong, Pak! Kasih tau saya dari mana bapak tahu kalo kemarin saya baru aja berantem sama tunangan saya di Taman Kota,” pinta Allegra.
Vincent pun menghentikan langkahnya dan memandang ke arah Allegra. “Kamu yakin mau tahu?” tanya Vincent dan Allegra cepat-cepat menganggukkan kepalanya.
“Saya lihat sendiri saat lari pagi!”
Blush! Jawaban Vincent membuat wajah Allegra memerah sempurna bak kepiting rebus. Betapa malunya ia saat mengetahui jika pertengkarannya kemarin tertangkap basah oleh atasannya sendiri.
“Bahkan saya juga sempat merekamnya secara penuh,” lanjut Vincent yang kemudian ia langsung membuka pintu kamarnya dan menutupnya rapat-rapat.
“Hah! Pak Vincent!” teriak Allegra sambil menggedor pintu kamar atasannya. “Aduh, Pak! Jangan disimpen dong videonya! Dihapus aja, Pak!” pinta Allegra sambil berteriak.
Ia lupa jika saat ini tengah berada di Kawasan kamar hotel dengan tipe kelas elit. Tentunya teriakan Allegra membuat yang kericuhan yang memalukan sampai pintu kamar yang ada di depan Vincent terbuka.
“Be quiet, please!” pinta seorang pria bule yang tampak mengenakan kaos oblong dan celana pendeknya. Ia tampak sangat terganggu dengan teriakan Allegra.
“I’m so sorry!” Allegra menangkupkan kedua tangannya sambil sedikit menundukkan kepalanya.
“Okey!” balas pria bule tadi sambil menutup pintu kamarnya kembali.
Dengan langkah gontai, Allegra pun menuju ke kamarnya. Sudah jatuh, tertimpa tangga pula. Peribahasa ini sangat tepat untuk disematkan pada Allegra saat ini. Berbagai masalah terus datang bertubi-tubi selepas mengetahui perselingkuhan Bisma.
Sedangkan di sisi lain, Vincent tengah tersenyum penuh kemenangan sambil menonton kembali video pertengkaran Allegra dengan Bisma.
“Lari pagi kemarin benar-benar sangat menguntungkan! Akhirnya, aku bisa melihat wanita pujaanku putus dengan tunangannya!”
“Allegra Chelsea, kali ini aku tidak akan lagi tersiksa karena harus terpesona dengan tunangan orang lain,” gumam Vincent pelan.
🧚🧚🧚
Wah, ternyata Vincent udah lama terpesona sama Allegra. Kok bisa, ya? Kira-kira dari kapan, sih?
Nah, yang penasaran Jangan lupa untuk klik like dan kasih komentar di bawah, ya. jangan lupa giftnya juga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Kenzi Kenzi
gaskeun mazeeehhhhh
2024-01-15
1
Ranita Rani
eee,,, ternyata oh ternyata bang vincen ya,,,,
2023-10-23
2
Isma Ismawati
baru sampai bab 3 nie bacanya 😍🙏
2023-10-16
1