Hilary berjalan dari dapur menuju ruang tamu, dia memergoki suaminya sedang memegang paha mulus Elena yang duduk di sampingnya sembari melihat dokumen. Hilary yang berdiri tak jauh dari mereka memegang sebuah gelas berisi air mineral, hanya menenggak minumannya lalu mendekat ke mereka berdua.
“Jarrod” panggil Hilary sembari menatap suaminya dari samping.
Jarrod lalu menaruh tangannya di meja dan menatap ke arah Hilary yang berjalan dari samping.
“Ya…honey” jawab Jarrod dengan tenang sedangkan Elena mencoba menyibukkan diri merapikan berkas dan duduk agak menjauh dari bosnya.
“Kenapa kamu tak kembali saja ke London bersama Elena” kata Hilary kemudian duduk di depan Jarrod.
“Aku ingin bersamamu lebih lama lagi, semua dokumen penting pun sudah ku periksa dan ku tanda tangani. Tak perlu buru – buru untuk kembali ke London” kata Jarrod sambil tersenyum.
“Hari ini aku saja akan mulai menata satu ruangan untukku bekerja, mungkin ke depannya aku akan lebih sibuk menyendiri. Pergilah ke London, aku tak mau membuat keberadaan mu disini sia – sia” kata Hilary membalas senyuman suaminya sembari meletakkan gelas yang di pegangnya di atas meja.
“Jadi kamu tak ingin aku lebih lama disini menemanimu? Aku tidak sibuk, aku masih bisa beberapa hari melepas penatku disini bersamamu. Meski kamu mulai menyibukkan diri, tenanglah aku tak akan mengganggumu” kata Jarrod mencoba menanggapi dengan santai.
“Ayolah… aku tahu kamu sibuk, melihat banyaknya berkas yang kamu tanda tangani pasti ada beberapa schedule meetingmu yang kamu cancel mendadak karena ku. Aku tak mau mengganggumu” kata Hilary dengan penuh kepura – puraan.
Elena yang sudah memasukkan semua berkas ke dalam map menatap kedua majikannya itu.
“Elena pergilah… semua dokumen sudah selesai bukan, terimakasih untuk waktumu. Aku akan segera kembali ke kantor besok, kirim schedule besok via e-mail nanti malam” kata Jarrod meminta sekretarisnya itu segera pergi, dia tahu Hilary mencoba mengusirnya.
“Baik tuan, kalau begitu tuan dan nyonya saya pamit ke kantor” kata Elena berpamitan lalu bergegas keluar dari villa.
Setelah Elena pulang dengan wajah kesal Jarrod beranjak dari duduknya dan berkata “Honey sepertinya kita perlu bicara berdua”.
Keduanya lalu masuk ke dalam kamar dan menutup pintu dengan rapat bahkan Jarrod menguncinya dari dalam.
Hilary meletakkan semua goodie bag berisi pakaian suaminya di sudut ruangan dekat cermin panjang vertical.
“Apa maksudmu memintaku pergi, dan mengatakan keberadaan ku disini sia – sia. Kamu ingin memasukkan pria lain atau Willy diundang kesini dengan alasan pekerjaan” kata Jarrod yang merasa tersinggung oleh perkataan istrinya barusan.
“Aku hanya memberimu kesempatan untuk bebas bersama Elena, kamu bisa pulang bersamanya dan menikmati perjalanan penuh gairah hingga London. Aku memang akan sibuk mencari inspirasi dan menuangkannya ke dalam karya – karyaku, aku tidak ingin kamu bad mood seperti biasanya karena aku mengacuhkanmu untuk hari – hari ke depannya” ungkap Hilary dengan santai.
“Kamu cemburu atas sikapku kepada Elena. Maka dari itu kamu memintaku buru – buru pergi meninggalkan villa ini” tuduh Jarrod menganalisa sikap istrinya yang menjengkelkan baginya.
“Tidak, untuk apa aku harus cemburu. Bukankah sejak awal kamu memang bermain dengan wanita manapun. Ayolah Jarrod, hentikan perdebatan ini. Kamu membuatku lelah, haruskah kita bertengkar lagi hanya gara – gara ini” Hilary mulai lelah dengan sikap Jarrod meledak – ledak.
“Aku akan pergi besok, kamu puas. Aku bisa menahan gairahku kepada Elena tapi tidak kepadamu. Jadi konsekuensi dari apa yang kamu minta, puaskan aku sampai besok” kata Jarrod lalu menarik tubuh istrinya ke atas ranjang.
“Jarrod… lepaskan aku, kamu gila ini masih siang hari” keluh Hilary yang tak suka dengan sikap suaminya yang selalu memaksa untuk melayani hasrat sek$ualnya.
“Aku tidak peduli, kamu sudah menolakku tadi malam. Aku benar – benar menginginkanmu sekarang” aku Jarrod melepas pakaian yang di kenakan Hilary.
“AAAARRRRRGHHHH!” erangan Jarrod sembari menenggelamkan wajahnya ke samping leher istrinya, setelah dia menyalurkan hasrat yang sedari tadi menggebu – gebu.
“HOSH…HOSH” nafas Jarrod terengah – engah dengan penuh yang memenuhi tubuhnya.
Dia terbaring di atas tubuh Hilary sembari berbisik ke telinga istrinya “Aku mencintaimu honey, alasan satu – satunya bagiku tak bosan menjamah tubuhmu meski aku masih mencari kepuasan lain di luar sana”.
Bagi Hilary perkataan suaminya itu hanyalah omong kosong, sejak awal dia tahu Jarrod tak pernah benar – benar mencintainya. Tak ada kebahagiaan sedikit pun yang dirasakan selama tiga tahun pernikahannya. Dia hanya sebagai pelampiasan hasrat sek$ual suaminya.
Keduanya sering berselisih paham dan bertengkar meski hal kecil, Jarrod yang selalu mengekang membuat Hilary jenuh dan muak. Setiap Jarrod meninggalkannya tanpa kabar dengan alasan bisnis, dia menenggelamkan semua titik fokusnya untuk membangun brand dari boutique nya. Gigih mengejar karirnya yang sudah lama di rintis hingga sekarang. Hal itu lah yang membuat Hilary mati rasa dengan semua scandal yang di buat Jarrod.
Keesokannya Jarrod benar – benar pergi meninggalkan Hilary di villa sendirian, dengan tidak ada keberadaan suaminya Hilary leluasa untuk mengelilingi villa.
Dia meminta Berth menyiapkan satu ruangan di sebelah kamarnya di jadikan tempat kerjanya. kamar kosong yang di sulapnya menjadi tempat untuknya menelurkan karya – karyanya.
Hilary mulai sering mengajak ngobrol Berth serta Gerald dan ketiganya menyempatkan makan siang bersama di villa.
“Nyonya kami sangat canggung makan siang bersama anda” aku Berth.
“Aku senang ada kalian yang membantuku dan menemaniku disini, aku sangat berterimakasih atas kerja keras kalian berdua menyulap kamar kosong itu menjadi ruang kerjaku” kata Hilary.
“Kami juga senang bisa membantu nyonya, terimakasih atas makan siang yang enak ini” kata Gerald sambil tersenyum lalu menyuap makanannya.
Ketiganya mulai akrab satu sama lain, namun malam mencekam menunggu Hilary.
Hilary mimpikan lagi dan lagi sebuah scene yang sama, dirinya di seret oleh seseorang yang mengenakan baju serba hitam dan di tenggelamkan di danau. Dia pun terus mendengar suara “Tolong bantu aku” dari wanita berambut merah yang ada di dasar danau.
Dia pun terbangun di tengah malam dengan peluh memenuhi tubuhnya, menatap sekitar dengan wajah yang pucat dan nafas terengah – engah.
Dia memberanikan diri turun ke lantai bawah untuk memuat segelas kopi, saat dia sedang membuat kopi di dapur dia mendengar suara kursi kayu yang di seret di lantai atas.
“GREEEKKKKK…GREEEKKKKKK”.
“Apakah ada tikus yang mendorong kursi, atau mungkin aku berhalusinasi?” guman Hilary sembari mengaduk kopinya di cangkir.
Lalu dia berjalan perlahan – lahan menaiki anak tangga, memastikan langkah kakinya tidak terdengar.
“GREEEKKKK….GREEEEKKKKKK…”
Suara itu benar – benar terdengar di telinga Hilary, dia sadar bahwa dirinya tidaklah berhalusinasi.
Hilary yang berjalan mengendap – endap sudah ada di ujung anak tangga dia mengamati keadaan sekitar.
Dia mencoba membuka semua pintu dan hanya satu pintu yang tak dapat di buka yakni pintu kamar paling ujung. Tapi dia tak mendapatkan bekas kaki kursi yang di seret di lantai, atau menemukan kursi.
“Lantas suara apa barusan?” Hilary makin bingung mendapati situasi yang dirasa aneh itu.
Dia memutuskan untuk turun lagi ke lantai bawah mengambil kopinya dan tidur di sofa ruang tengah. Dirinya merasa takut untuk tidur di lantai atas, karena suara yang mengganggunya itu.
Meski pun suaranya hilang dan hanya sebentar, Hilary yang mencoba menenangkan dirinya tetap merasa cemas.
Lantas suara apakah itu?
XXXXXXXXXXX
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Sulas Madam
Ini antara hantu/orang wak, hihihi
2023-10-04
6