Di tengah hutan, nampak bulan purnama yang terang menerangi kegelapan hutan nan sunyi. Hanya terdengar suara tiupan angin dan binatang hutan.
“SREEEKKKK….SREEKKKKKK….SREEKKKKK” suara tubuh Hilary yang di seret oleh seseorang berpakaian serba hitam menghadap ke depan.
Hilary yang mendapati dirinya di seret oleh sosok orang yang tak dikenal seketika berteriak histeris.
“Apa yang kamu lakukan kepadaku, lepaskan kedua kaki!” teriak Hilary.
Orang yang berpakaian hitam tak nampak wajahnya itu, masih menyeret tubuh Hilary tanpa berkata apapun.
“Tolong…!!! Tolong!!!” teriak Hilary.
Melihat orang yang menyeretnya tak merespon teriakannya, Hilary mencoba melepaskan diri dengan memegang semak – semak atau ilalang yang di laluinya.
Tapi kekuatan orang menyeretnya lebih kuat, kedua kaki Hilary yang terikat di pegangnya kuat dan di tarik menuju sebuah danau.
Pantulan sinar bulan nampak di tengah danau, kesunyian seakan mengikat suara Hilary yang tak bisa di dengar oleh siapapun. Hutan yang hampa itu hanya menjadi saksi bisu baginya.
“Apa yang akan kamu lakukan, lepaskan aku!!!” teriak Hilary.
Orang itu yang tak nampak wajahnya mengikat kaki Hilary dengan sebuah jangkar besar yang sangat berat. Di dorongnya jangkar itu lalu menenggelamkan Hilary.
Hilary tenggelam di dalam danau, dia tidak bisa melepaskan kakinya yang terikat oleh jangkar. Nafasnya mulai habis namun tiba – tiba saat dia berada di dasar ada sosok seorang wanita berambut merah mengulurkan tangannya kepada Hilary.
Matanya sangat sedih, dia mengenakan dress hitam dan wajahnya cantik.
“Tolong bantu aku” katanya lirih kepada Hilary.
Lalu matanya berubah menjadi merah darah, dan nampak darah keluar dari mulut. Hilary merasa takut tapi dia tak bisa melakukan apapun hingga air danau berubah menjadi merah.
DAMN!
Hilary terbangun dari tidurnya dengan wajah pucat pasif, nafasnya terengah – engah. Dia menatap sekitar, lalu melihat kedua kakinya memastikan bahwa kakinya tak terikat oleh jangkar.
Hilary tak menemukan suaminya di kamar, “Jarrod…Jarrod!” panggil Hilary dengan kencang.
Tak ada suara yang menjawab, sontak menambah kepanikan dirinya. Lalu Hilary keluar kamar, ruangan di ujung seakan ada yang membuka pintu dari dalam.
“CEKLEK”.
Pintu yang terbuka sedikit itu membuat Hilary penasaran, namun tak nampak cahaya dari dalam sana.
“Jarrod apakah kamu disana?” tanya Hilary memastikan sembari berjalan pelan – pelan menuju ruangan itu.
Masih tak ada suara, Hilary memastikan apakah benar suaminya ada di sana.
Saat dia mencoba meraih gagang pintunya, ada dua buah tangan yang memegang pinggangnya.
“HUHHHHHH…” ditiuplah wajah Hilary dari samping kanan oleh Jarrod yang berdiri di belakang.
“AAAAAAAA!!!!” teriak Hilary terkejut membuat langsung menarik tangan Hilary dan mendekapnya.
“Honey…ini aku, apakah kamu baik – baik saja?” tanya Jarrod memastikan kondisi istrinya.
“HOSH…HOSH…”
Dengan nafas terengah – engah Hilary memeluk erat suaminya.
“Darimana saja kamu, aku memanggilmu sedari tadi. Kamu membuatku takut” keluh Hilary.
Jarrod melepaskan dekapannya, lalu memegang wajah istrinya dengan kedua tangannya.
“Tenanglah honey, aku disini. Aku dengar kamu meneriakkan namaku tadi aku berada di lantai bawah untuk memasak” kata Jarrod.
“Aku kira kamu berada di ruangan ini, makanya aku kesini” kata Hilary sembari menoleh ke arah daun pintu yang ada di belakangnya.
Dia bingung mendapati daun pintu itu tertutup rapat.
“Tunggu…tadi pintu ini terbuka, aku yakin itu” kata Hilary mengamati pintu yang ada di depannya.
Lalu dia mencoba membukanya namun terkunci, di cobanya berkali – kali tapi benar – benar terkunci.
“Apa ini, tadi pintunya terbuka sedikit. Aku sangat yakin apa yang aku lihat” aku Hilary bingung.
“Sejak awal kita kesini ruangan itu memang terkunci, sudahlah jangan pikirkan mengenai pintu. Lebih baik kita makan malam di bawah saja sekarang” kata Jarrod menenangkan istrinya yang nampak panik.
Sebuah music classic mengalun dari piringan hitam yang di putar oleh Jarrod, di sajikannya makanan yang di masaknya ke atas meja makan. Di keluarkannya sebuah botol wine dan dua gelas, sebuah lilin yang cantik dinyalakannya. Seakan mengalihkan pikiran – pikiran Hilary dari mimpi buruk dan mengenai kasus pintu yang tadi memenuhi isi kepalanya.
“Ada apa denganmu, kenapa seromantis ini. Are you ok?” tanya Hilary heran melihat tingkah suaminya.
“Tentu, ini sebagai refleksi atas hubungan pernikahan kita yang akhir – akhir ini memburuk” aku Jarrod yang duduk di seberang Hilary.
“Terakhir kali kamu memperlakukan aku seperti ini, saat kencan terakhir kita sebelum hari pernikahan. Lalu keesokannya aku mendapatimu tidur di ranjang apartement personal assistantmu, menarik hidupku penuh dengan kejutan” sindir Hilary lalu meneguk wine yang ada di depannya.
“Aku sudah berkencan dengannya sebelum perjodohan denganmu, wajar kalau harus ada perpisahan sebelum hari pernikahan kita. Sudahlah itu hanyalah masa lalu” ucap Jarrod menyepelekan.
“Lantas setelah pernikahan, aku pun terus mendapatkan scandalmu dari model yang aku sewa untuk boutiqueku. Bisakah kamu mencari mangsa lain di luar sana yang tak mengganggu brandku” tambah Hilary lalu memakan makanannya dengan wajah kesal.
“Ok maaf kan aku, tapi mereka yang menggodaku terlebih dulu. Kamu tahu banyak wanita di luar sana yang menginginkanku dengan banyak motif seperti popularitas, materi dan lainnya. Bahkan kamu pun menikah denganku karena salah satu motif itu, bukan” Jarrod menimpali dengan senyuman mengejek.
“Kalau bukan karena keluargaku, aku tak mungkin menikah denganmu. Tapi aku tak bisa berbuat apapun untuk menolaknya” aku Hilary lalu meletakkan peralatan makannya.
Dia berjalan meninggalkan meja makan, dan duduk di sofa tak jauh dari meja makan. Menatap jendela ke arah luar, hutan yang gelap. Lalu dia mengingat kembali mimpinya yang barusan dia alami.
“TAP…TAP…TAP…” langkah Jarrod menghampiri istrinya yang sedang ngambek karenanya.
Di rangkulnya bahu istrinya, lalu diciuminya pipi dan leher istrinya. Di sandarkan kepalanya di pangkuan istrinya, bersikap manja.
“Hilary…kenapa kamu tak berdamai dengan masa lalu, ayolah pernikahan kita sudah 3 tahun” kata Jarrod mencoba berdamai dengan Hilary.
“Jarrod apakah kamu pernah bermimpi tenggelam ke dalam danau?” tanya Hilary yang masih terpaku dengan mimpinya tanpa memperdulikan omongan Jarrod.
“Apa…kenapa kamu membahas mimpi, kamu ingin ke danau? Disini ada danau, di belakang villa ini dan danaunya cukup bagus. Bagaimana kalau besok pagi kita berenang” jawab Jarrod.
Hilary menatap wajah suaminya yang ada di pangkuannya.
“Kamu bilang disini ada danau?” tanya Hilary merasa sebuah kebetulan yang janggal.
“Ya… ada, besok kita akan kesana. Pakailah bikini, sudah lama aku tak melihatmu mengenakan bikini pantai. Kamu terlihat sangat menggoda saat mengenakannya” kata Jarrod bercanda sembari memasukkan tangannya ke tengah dada istrinya yang menggunakan sleeping dress dengan belahan dada rendah.
“Hentikan Jarrod” kata Hilary mengeluarkan tangan Jarrod dari dalam pakaiannya.
XXXXXXXX
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments