BAB 5. Sandiwara Dan Tatapan Rindu.

“Aira, saya boleh minta tolong?” suara Diki, atasan Aira, membuat gadis itu menoleh padanya.

“Boleh, Pak. Ada apa, Pak?”

“Tolong ambilkan berkas di Pramana. Mereka sudah selesai memperbarui kontrak.” Perintah Diki.

Aira terdiam sebentar. Ia ragu. Pergi ke sana berarti ia akan bertemu dengan Maham. Rasanya ia ingin memutuskan hubungan dengan lelaki itu.

“Nanti, kamu bisa menemui Kendy. Berkas itu ada padanya.” Terang Diki lagi.

Aira nampak menghela nafas lega. Ia tidak tau yang mana yang namanya Kendy, tapi yang jelas, itu bukan Maham. Seketika rasa malasnya menghilang. Ia yakin tidak akan bertemu dengan lelaki itu.

Aira menyambar tasnya dan bersiap-siap untuk pergi ke gedung Pramana. Ia di antar oleh tatapan iri dari Jessy. Aira hanya terkekeh saja melihat wajah Jessy yang merengut.

Sepanjang perjalanan, Aira terus berharap semoga ia tidak bertemu dengan Maham. Ia benar-benar ingin mengakhiri hubungan pribadi apapun dengan lelaki itu. perlahan, Aira berjalan masuk ke dalam loby gedung. Ia berjalan menuju meja resepsionis dan bertanya kepada pegawai disana.

“Maaf, ada yang bisa kami bantu, Bu?”

“Saya dari RH construction ingin bertemu dengan bapak Kendy. Saya di minta mengambil berkas dengan beliau.” Aira memberitahu.

Resepsionis itu kemudian menelfon seseorang. “Ibu bisa menunggu disana, Pak Kendy akan segera menemui anda.” Resepsionis itu menunjuk pada sebuah sofa yang ada di loby. Aira hanya mengangguk kemudian mengikuti arahan dari resepsionis itu.

Sofa yang ada di pinggir jendela yang menjadi pilihan Aira untuk duduk. Sambil menunggu, ia memperhatikan keadaan sekitarnya dan mencari sosok Kendy. Sekitar lima menit kemudian, seorang pria berkacamata dan berlesung pipi datang menghampirinya. Aira ingat siapa itu. Ia pernah bertemu dengan Kendy ketika rapat kemarin.

“Maaf, ibu Aira?” sapa Kendy ramah.

“Iya. Saya Aira.”

“Saya Kendy. Asisten Pak Maham.” Kendy mengulurkan tangan dengan senyuman manis dan di sambut oleh Aira. Lelaki itu lantas duduk di hadapan Aira. Ia menyerahkan berkas kepada Aira. “Ini berkas yang sudah di perbarui. Semoga kali ini sudah sesuai dengan apa yang diinginkan RH.”

“Terimakasih, Pak. Akan saya serahkan kepada atasan saya. Karna bukan kapasitas saya untuk memeriksa ini.” Aira menerima berkas itu. “Kalau begitu, saya permisi dulu Pak Kendy.”

Aira dan Kendy menyudahi pertemuan itu. Bahkan Aira sedang bersiap-siap untuk beranjak ketika Maham tiba-tiba datang entah darimana.

“Ikut aku. Ada yang ingin aku katakan,” ujar Maham begitu saja. Tanpa basa-basi terlebih dahulu. Bahkan Kendy yang ada disana saja heran melihat sikap Maham. Ia menebak, kalau ternyata Maham dan Aira pasti sudah saling mengenal satu sama lain.

Sementara Aira, ia terkejut dan mengernyit heran kepada Maham. Lelaki itu, tidak ada sopan-sopannya kepadanya. “Maaf, Pak. Tapi urusan saya disini sudah selesai.” Aira menolaknya dengan halus.

“Ini penting, Ai. Ayo kita makan siang.”

Kalimat itu mampu membuat Kendy mengernyitkan keningnya. Menatap bergantian antara Aira dan Maham.

Malas memperpanjang urusan, Aira memutuskan untuk mengikuti Maham keluar dari kantornya. Mereka menuju ke gedung hotel yang ada di seberang kantor Maham. Disana, Maham memesankan paket makan siang untuk mereka berdua.

“Karna ini di luar kantor, jadi aku boleh berbicara santai kepadamu, kan?” Aira membuka mulut.

Maham hanya mengangguk. Bahkan sejak tiba di restoran ini, tatapan Maham selalu terfokus ke arah lain. Aira bisa melihat itu adalah sebuah tatapan kerinduan dan putus asa.

“Kau ini lihat apa? kau mengajakku kesini, tapi mengabaikanku?” Aira protes.

Sekali Aira mengikuti arah pandang Maham tapi ia tetap tidak menemukan apa yang di lihat Maham sampai sepias itu. Selain hanya beberapa pasangan yang memang sedang makan siang juga di belakang mereka.

Maham masih terdiam. Fokusnya benar-benar teralihkan dari Aira. Hal ini membuat gadis itu tersinggung dan kesal.

“Maham?” panggil Aira. “Kau ingin bicara apa? ku bilang penting?

Kali ini, Maham merespon panggilang Aira. Ia mengalihkan wajahnya kepada Aira. “Kata Mama, kemarin kalian bertemu?”

“Em.” Jawab Aira singkat. Ia sudah terlanjur malas. Memang pada dasarnya ia malas bertemu dengan Maham.

“Kalian bicara apa?” tanya Maham.

“Bukankah Tante Desi sudah memberitahumu?”

Maham terdiam. Pandangannya kembali teralihkan.

“Maham? Kau disini?” suara seorang wanita membuat Aira ikut menoleh. Di samping mereka, telah berdiri seorang wanita dengan wajah cantik dan penampilan yang anggun.

“Ya.” Jawab Maham singkat. Ia segera mengalihkan tatapanya kepada piring makanan yang ada di hadapannya.

Aira bisa melihat tatapan pias dari netra Maham.

“Ini siapa?” tanya wanita itu lagi.

“Kenalkan, ini calon istriku.”

Seketika mata Aira membola. Maham sedang memperkenalkannya sebagai calon istri tanpa persetujuannya.

“Calon istri?” gumam wanita itu kembali.

Sudah kepalang tanggung, akhirnya Aira berusaha untuk tersenyum ramah kepada wanita itu.

“Sayang, kenalkan, ini Elyen, teman kuliahku.” Maham memperkenalkan Aira kepada wanita itu.

Aira terpaksa menjabat tangan Elyen ramah meskipun hatinya sedang merutuki Maham saat ini karna memanggilnya sayang tanpa aba-aba terlebih dahulu. Wanita bersama Elyen itu nampak canggung menyambut tangan Aira.

“Hai Elyen. Aku Aira,” ujar Aira.

“Senang berkenalan denganmu. Kau pasti gadis yang sangat istimewa karna bisa meluluhkan hati Maham. Semoga kalian bahagia selamanya.”

“Terimakasih. Apa kau sendiri?” tanya Maham kembali.

“Tidak, aku bersama dengan tunanganku. Dia sedang di kamar mandi.”

Aira memperhatikan interaksi antara Maham dan Elyen. Melihat dari tatapan Maham, ia faham siapa Elyen. Wanita itu pastilah masalalu Maham yang pernah di ceritakan oleh Desi kemarin. Dan bodohnya dia yang tidak bisa menolak sandiwara Maham yang mengatakan bahwa dirinya adalah calon istri lelaki itu.

“Kapan kalian akan menikah?” tanya Elyen.

“Dalam waktu dekat.” Maham yang menjawab. Lelaki itu tidak peduli dengan tatapan tidak terima dari Aira.

“Aku menunggu undangannya,” entah kenapa wajah Elyen nampak tidak senang dengan jawaban Maham. Walaupun ia tetap tersenyum untuk menutupinya.

“Nanti kami beri undangan untuk kalian,” jawab Maham.

“Sekali lagi, selamat atas pernikahan kalian.” Suara Elyen terdengar bergetar. Entah Maham menyadarinya atau tidak, tapi Aira bisa merasakannya.

Rasanya bosan sekali melihat sandiwara antara mantan kekasih ini. Entah kenapa Aira menjadi kesal dengan Maham. Ia kesal karna Maham melibatkannya dalam hal ini. Ia faham kalau Maham sedang memanfaatkannya untuk memanas-manasi Elyen.

“Baiklah kalau begitu. Aku permisi dulu.” Elyen segera bangun dan pergi menghampiri kekasihnya yang sudah memanggilnya. Kepergian Elyen tak lepas dari tatapan Maham dan juga Aira. Elyen nampak sangat mesra dengan kekasihnya. Dan itu membuat wajah Maham semakin memerah. Sementara Aira, nafsu makannya sudah menghilang entah kemana. Ia kesal karna di manfaatkan.

Terpopuler

Comments

Fi Fin

Fi Fin

bagus Aira pertahankan sifat mu beri pelajaran maham bila perlu

2024-03-24

0

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

tak payah terus kan kalau Maham saja masih terikat dengan mantan kekasih nya

2024-03-22

0

ike

ike

sumpah deh, pengen banget ngejitak krpala maham , aira lho juga punya hatj🤔🤔

2023-12-26

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1. Takut Salah Memilih Lelaki.
2 BAB 2. Menolak.
3 BAB 3. Masih Terjebak Dengan Masalalu.
4 BAB 4. Bujukan Desi.
5 BAB 5. Sandiwara Dan Tatapan Rindu.
6 BAB 6. Pelampiasan Kecemburuan.
7 BAB 7. Menerima Dengan Ragu.
8 BAB 8. Setia Bisa Begitu Menyakitkan.
9 BAB 9. Ada Sebuah Ragu.
10 BAB 10. Teman Lama.
11 BAB 11. Tidak Bisa Menjanjikan Apapun.
12 BAB 12. Tidak Ada Yang Bisa Di Salahkan.
13 BAB 13. Aku Faham Kau Masih Berusaha.
14 BAB 14. Cinta Itu Masih Utuh.
15 BAB 15. Hal Sepele, Tapi, Menyenangkan.
16 BAB 16. Cukup Tau Diri.
17 BAB 17. Awal Mula Sikap Baik.
18 BAB 18. Makan Malam Keluarga.
19 BAB 19. Soal Perasaan.
20 BAB 20. Jadi Seperti Ini Rasanya? Bahaya!
21 BAB 21. Ketegaran Yang Menyedihkan.
22 BAB 22. Menerbangkan Dan Menghempaskan.
23 BAB 23. Tidak Melihat Rasa Sakit.
24 BAB 24. Kalau Tidak Ada Rasa, Mau Bagaimana?
25 BAB 25. Sebut Saja Bodoh.
26 BAB 26. Bukan Tidak, Tapi Belum.
27 BAB 27. Lantas, Bagaimana Dengan Lukaku?
28 BAB 28. Memberi Kesempatan.
29 BAB 29. Buang Sakit Yang Lalu.
30 BAB 30. Rumitnya Masalah Hati.
31 BAB 31. Terlalu Cepat.
32 BAB 32. Hati, Kenapa Sulit Sekali?
33 BAB 33. Lidah Tidak Bertulang.
34 BAB 34. Masih Setengah.
35 BAB 35. Hanya Sedang Bersabar.
36 BAB 36. Bukan Yang Di Harapkan.
37 BAB 37. Ada hal-Hal Yang Tidak Bisa Di Ubah.
38 BAB 38. Amarah.
39 BAB 39. Hanya Saling Menyakiti.
40 BAB 40. Pelukan Kerelaan.
41 BAB 41. Puncak Rasa Kecewa.
42 BAB 42. Kehilangan Istri Dan Sahabat.
43 BAB 43. Salah Kaparah.
44 BAB 44. Hatimu Lebih Penting.
45 BAB 45. Senyumnya Menggetarkan.
46 BAB 46. Hanya Waktu Yang Bisa Membunuh Kenangan.
47 BAB 47. Hanya Waktu Yang Tidak Tepat.
48 BAB 48. Lega Dan Selesai.
49 xtra part.
50 xtra part.
51 xtra part.
52 xtra part.
Episodes

Updated 52 Episodes

1
BAB 1. Takut Salah Memilih Lelaki.
2
BAB 2. Menolak.
3
BAB 3. Masih Terjebak Dengan Masalalu.
4
BAB 4. Bujukan Desi.
5
BAB 5. Sandiwara Dan Tatapan Rindu.
6
BAB 6. Pelampiasan Kecemburuan.
7
BAB 7. Menerima Dengan Ragu.
8
BAB 8. Setia Bisa Begitu Menyakitkan.
9
BAB 9. Ada Sebuah Ragu.
10
BAB 10. Teman Lama.
11
BAB 11. Tidak Bisa Menjanjikan Apapun.
12
BAB 12. Tidak Ada Yang Bisa Di Salahkan.
13
BAB 13. Aku Faham Kau Masih Berusaha.
14
BAB 14. Cinta Itu Masih Utuh.
15
BAB 15. Hal Sepele, Tapi, Menyenangkan.
16
BAB 16. Cukup Tau Diri.
17
BAB 17. Awal Mula Sikap Baik.
18
BAB 18. Makan Malam Keluarga.
19
BAB 19. Soal Perasaan.
20
BAB 20. Jadi Seperti Ini Rasanya? Bahaya!
21
BAB 21. Ketegaran Yang Menyedihkan.
22
BAB 22. Menerbangkan Dan Menghempaskan.
23
BAB 23. Tidak Melihat Rasa Sakit.
24
BAB 24. Kalau Tidak Ada Rasa, Mau Bagaimana?
25
BAB 25. Sebut Saja Bodoh.
26
BAB 26. Bukan Tidak, Tapi Belum.
27
BAB 27. Lantas, Bagaimana Dengan Lukaku?
28
BAB 28. Memberi Kesempatan.
29
BAB 29. Buang Sakit Yang Lalu.
30
BAB 30. Rumitnya Masalah Hati.
31
BAB 31. Terlalu Cepat.
32
BAB 32. Hati, Kenapa Sulit Sekali?
33
BAB 33. Lidah Tidak Bertulang.
34
BAB 34. Masih Setengah.
35
BAB 35. Hanya Sedang Bersabar.
36
BAB 36. Bukan Yang Di Harapkan.
37
BAB 37. Ada hal-Hal Yang Tidak Bisa Di Ubah.
38
BAB 38. Amarah.
39
BAB 39. Hanya Saling Menyakiti.
40
BAB 40. Pelukan Kerelaan.
41
BAB 41. Puncak Rasa Kecewa.
42
BAB 42. Kehilangan Istri Dan Sahabat.
43
BAB 43. Salah Kaparah.
44
BAB 44. Hatimu Lebih Penting.
45
BAB 45. Senyumnya Menggetarkan.
46
BAB 46. Hanya Waktu Yang Bisa Membunuh Kenangan.
47
BAB 47. Hanya Waktu Yang Tidak Tepat.
48
BAB 48. Lega Dan Selesai.
49
xtra part.
50
xtra part.
51
xtra part.
52
xtra part.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!