Pengantin Cadangan

Pengantin Cadangan

BAB 1. Takut Salah Memilih Lelaki.

“Kak, kalau kamu Mama jodohkan, mau?”

Pertanyaan itu langsung membuat Aira Anjana menoleh kepada ibunya yang duduk di sampingnya. Gadis berusia 26 tahun itu mengernyit heran dengan ucapan sang ibu.

“Maksud Mama apa? sekarang sudah tidak jaman main jodoh-jodohkan begitu, Ma,” jawab Aira sambil menyisipkan rambut lurusnya ke belakang telinga.

“Ada teman Mama, dia sedang mencari pasangan untuk anak semata wayangnya.”

“Memangnya dia tidak bisa mencari pasangan sendiri sampai di carikan oleh orangtuanya? Aneh sekali. Apalagi dia lelaki. Tidak cocok seperti itu. Mendengar saja, sepertinya dia anak yang manja,” keluh Aira.

Mendengar ada lelaki yang seperti itu, di benak Aira terlintas pasti lelaki itu adalah orang yang manja. Bahkan sampai jodoh saja di atur oleh keluarganya. Sama sekali bukan tipenya. Aira yang berjiwa bebas sama sekali tidak cocok dengan perjodohan semacam ini.

“Tapi anaknya ganteng, lho. Sudah mapan juga. Kamu tau kan kalau teman-teman Mama itu orang-orang hebat semua?” Eva masih berusaha untuk merayu putrinya.

“Mau ganteng, kalau manja, Aira tidak suka, Ma.”

“Dia tidak manja, sayang. Hanya saja, dia terlalu asyik dengan kesendirian. Jadi mamanya sampai khawatir. Kamu boleh kok bertemu lebih dulu. Setelah itu, baru kamu bisa mengambil keputusan. Mama tidak enak dengan Tante Desi. Mau, ya?” mohon Eva lagi.

Aira melihat wajah memohon sang ibu dan menjadi tidak tega. Hingga tanpa sadar, ia menganggukkan kepalanya perlahan. “Ya sudah. Aira mau. Tapi kalau Aira merasa tidak cocok, Aira boleh menolaknya, kan?”

“Tentu saja. Semua pilihan tetap ada di tanganmu, sayang.” Eva nampak senang dengan jawaban putri semata wayangnya itu. “Nanti Mama konfirmasi dulu sama Tante Desi. Setelah pas waktunya, nanti Mama kasih tau kamu.”

Aira hanya mengangguk sambil memasukkan sendok terakhir sarapan ke dalam mulutnya. “Yasudah, Ma, Aira mau berangkat dulu, ya,” ujar Aira sambil mencium pipi Eva.

“Iya, sayang. hati-hati bawa mobilnya.”

“Siap, Nyonya.” Aira melenggang keluar dari rumah. Mengemudikan mobilnya menuju ke tempat kerjanya.

Sudah sekitar 2 tahun Aira bekerja di sebuah perusahaan properti di ibukota. Dan dia sangat menyukai pekerjaannya. Lingkungan kerja yang nyaman dan teman-teman yang baik, itulah yang membuatnya betah bekerja disana.

Pagi ini ia harus segera sampai di kantornya karna ada meeting penting dengan perusahaan KJPP yang bekerjasama dengan perusahaannya. Sesampai di kantor, Aira segera menemui atasannya dan mereka pergi untuk meeting.

Sebuah gedung menjulang tinggi dengan nama PRAMANA TOWER, itulah yang menjadi tujuan mereka. Sesampainya disana, mereka langsung di arahkan untuk menuju ke ruang meeting.

Pertama masuk ke dalam ruang itu, mata Aira langsung terfokus kepada dua orang lelaki yang duduk di ujung meja. Keduanya tampan. Yang berlesung pipi dan berkaca mata nampak sangat manis. Sementara yang satu lagi nampak sangat mempesona. Gagah dalam balutan setelan jas berwarna hitam. Rahang tegas dan tatapan yang tajam.

Bahkan sepanjang rapat, Aira tak henti-hentinya mengagumi ketampanan lelaki itu. Aira baru tau kalau lelaki berjas hitam itu merupakan CEO di sini. Sudah tampan, kaya pula. Double strike bagi siapapun gadis yang menjadi istrinya kelak.

Perhatian semua orang tertuju kepada Aira, saking terpesonanya kepada ketampanan CEO itu, Aira sampai tidak sadar kalau ponselnya berbunyi dengan kerasnya. Dia lupa mematikannya tadi.

Salah satu rekannya menyenggol lengannya, barulah Aira sadar kalau ia telah mengganggu rapat itu. dengan menunduk dan meminta maaf, ia keluar dari ruangan itu dengan rasa malu yang luar biasa. Ia melipir ke ujung lorong yang dia rasa sepi.

Aira mendengus menatapi nama ‘Nyonya Rumah’ di ponselnya. Harus sekali ibunya menelfon di saat penting seperti ini?

“Ma? Kenapa menelfon? Aku sedang rapat, Ma...” protes Aira begitu telfon tersambung.

‘Kakak sayang, Tante Desi bilang, nanti malam kita makan malam bersama untuk mengenalkan kamu dengan anaknya. Bagaimana?’ suara Eva nampak sangat antusias.

Karna malas menanggapi berhubung ia masih ada pekerjaan penting, Aira hanya menyetujuinya saja tanpa berfikir panjang. “Terserah Mama saja.” Jawabnya singkat.

‘Oke. Sampai ketemu nanti malam, sayang.’ Eva segera mematikan sambungan telfon begitu mendapatkan kepastian dari putrinya.

Setelah menutup telfon, Aira bermaksud untuk kembali ke dalam ruangan, namun langkahnya terhenti ketika ia melihat seorang lelaki yang juga sedang menelfon di belakangnya. Suara bariton yang terdengar seksi.

“Terserah Mama saja. Aku ikut kemauan Mama.” Suara lelaki yang tak lain adalah CEO Pramana. Lelaki itu langsung menutup ponselnya dan melirik dingin kepada Aira yang berjalan melewatinya. Aira sedikit mengangguk sopan kepada lelaki itu kemudian ia menghilang masuk ke dalam ruangan.

Rapat kembali berlanjut ketika CEO Pramana masuk. Butuh waktu lama kemudian baru rapat itu selesai.

“Menurutmu, apa dia sudah punya kekasih?” bisik Jessy ketika mereka sedang membereskan berkas-berkas dari atas meja.

“Siapa?” Aira bertanya dan melihat kepada Jessy.

“Itu.” Jessy menunjuk dengan dagunya sehingga Aira mengikuti. Sekilas tatapannya bertemu dengan tatapan Pramana.

“Kenapa kamu ingin tau? Naksir?” tanya Aira.

“Bolehkah?”

“Terserah.”

“Hehehe. Tidak. Hanya mengagumi saja. Semuda itu tapi sudah menjadi CEO. Rasanya tidak mungkin kalau dia belum punya kekasih,” gumam Jessy kemudian.

Sebelum keluar dari ruangan, sekali lagi Aira melirik dan bertemu pandang dengan Pramana.

“Nanti malam, mau jalan-jalan?” tanya Jessy.

“Maaf, Jess, aku tidak bisa.”

“Kenapa?”

“Ada acara makan malam dengan Mama dan temannya.”

“Makan malam? tumben sekali kamu mau ikut. Biasanya juga selalu menolak.”

“Mama bilang kamu menjodohkanku.”

“Hah?!!” tanpa sadar Jessy berteriak. Suaranya memenuhi lorong.

“Sstttt. Jess. Pelankan suaramu.”

“Apa kau ini titisan Siti Nurbaya? Di jodohkan?”

“Belum pasti. Ini hanya sekedar perkenalan saja. Kalau tidak cocok, aku boleh untuk menolak,” jelas Aira kemudian.

“Kalau cocok?”

“Berarti aku akan menikah dengannya.”

“Kamu benar-benar sudah siap menikah?” tanya Jessy memastikan. Dia sangat tau betapa temannya ini sangat trauma dengan pernikahan. Kegagalan kedua orangtua Aira adalah alasan utamanya. Di tambah, ketika berpacaran, Aira tidak pernah menemukan sosok lelaki yang baik. Dia selalu di pertemukan dengan sosok lelaki yang menyakitinya. Entah itu ia di buat taruhan, atau sekedar coba-coba saja. Tidak pernah ada yang tulus padanya.

Aira hanya terdiam saja. Ia memandangi tombol di lift dengan fikiran yang melayang-layang. Jujur ia takut. Apalagi untuk menikah. Bukan takut menikah, tapi ia takut salah memilih lelaki. Pengalamannya selama ini sudah cukup membuatnya trauma.

Tapi, ketika melihat harapan besar ibunya semalam, ia tidak kuasa untuk menolaknya. Ia akan melihat seperti apa lelaki itu, baru ia akan memutuskannya nanti. Apa dia akan menerima atau menolak perjodohan ini.

selamat datang di karya terbaru mak. jangan lupa tinggalkan komentar, like, subscribe, vote, dan juga hadiahnya yaaa...

selamat membaca...

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

moga jodoh yang kekal....Aira

2024-03-22

0

ike

ike

menyimak thor, sepertinya seru 🥰

2023-12-23

0

NYAPU

NYAPU

Hadir menyapa Aira, smoga lancar makan malamnya🥰

2023-11-06

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1. Takut Salah Memilih Lelaki.
2 BAB 2. Menolak.
3 BAB 3. Masih Terjebak Dengan Masalalu.
4 BAB 4. Bujukan Desi.
5 BAB 5. Sandiwara Dan Tatapan Rindu.
6 BAB 6. Pelampiasan Kecemburuan.
7 BAB 7. Menerima Dengan Ragu.
8 BAB 8. Setia Bisa Begitu Menyakitkan.
9 BAB 9. Ada Sebuah Ragu.
10 BAB 10. Teman Lama.
11 BAB 11. Tidak Bisa Menjanjikan Apapun.
12 BAB 12. Tidak Ada Yang Bisa Di Salahkan.
13 BAB 13. Aku Faham Kau Masih Berusaha.
14 BAB 14. Cinta Itu Masih Utuh.
15 BAB 15. Hal Sepele, Tapi, Menyenangkan.
16 BAB 16. Cukup Tau Diri.
17 BAB 17. Awal Mula Sikap Baik.
18 BAB 18. Makan Malam Keluarga.
19 BAB 19. Soal Perasaan.
20 BAB 20. Jadi Seperti Ini Rasanya? Bahaya!
21 BAB 21. Ketegaran Yang Menyedihkan.
22 BAB 22. Menerbangkan Dan Menghempaskan.
23 BAB 23. Tidak Melihat Rasa Sakit.
24 BAB 24. Kalau Tidak Ada Rasa, Mau Bagaimana?
25 BAB 25. Sebut Saja Bodoh.
26 BAB 26. Bukan Tidak, Tapi Belum.
27 BAB 27. Lantas, Bagaimana Dengan Lukaku?
28 BAB 28. Memberi Kesempatan.
29 BAB 29. Buang Sakit Yang Lalu.
30 BAB 30. Rumitnya Masalah Hati.
31 BAB 31. Terlalu Cepat.
32 BAB 32. Hati, Kenapa Sulit Sekali?
33 BAB 33. Lidah Tidak Bertulang.
34 BAB 34. Masih Setengah.
35 BAB 35. Hanya Sedang Bersabar.
36 BAB 36. Bukan Yang Di Harapkan.
37 BAB 37. Ada hal-Hal Yang Tidak Bisa Di Ubah.
38 BAB 38. Amarah.
39 BAB 39. Hanya Saling Menyakiti.
40 BAB 40. Pelukan Kerelaan.
41 BAB 41. Puncak Rasa Kecewa.
42 BAB 42. Kehilangan Istri Dan Sahabat.
43 BAB 43. Salah Kaparah.
44 BAB 44. Hatimu Lebih Penting.
45 BAB 45. Senyumnya Menggetarkan.
46 BAB 46. Hanya Waktu Yang Bisa Membunuh Kenangan.
47 BAB 47. Hanya Waktu Yang Tidak Tepat.
48 BAB 48. Lega Dan Selesai.
49 xtra part.
50 xtra part.
51 xtra part.
52 xtra part.
Episodes

Updated 52 Episodes

1
BAB 1. Takut Salah Memilih Lelaki.
2
BAB 2. Menolak.
3
BAB 3. Masih Terjebak Dengan Masalalu.
4
BAB 4. Bujukan Desi.
5
BAB 5. Sandiwara Dan Tatapan Rindu.
6
BAB 6. Pelampiasan Kecemburuan.
7
BAB 7. Menerima Dengan Ragu.
8
BAB 8. Setia Bisa Begitu Menyakitkan.
9
BAB 9. Ada Sebuah Ragu.
10
BAB 10. Teman Lama.
11
BAB 11. Tidak Bisa Menjanjikan Apapun.
12
BAB 12. Tidak Ada Yang Bisa Di Salahkan.
13
BAB 13. Aku Faham Kau Masih Berusaha.
14
BAB 14. Cinta Itu Masih Utuh.
15
BAB 15. Hal Sepele, Tapi, Menyenangkan.
16
BAB 16. Cukup Tau Diri.
17
BAB 17. Awal Mula Sikap Baik.
18
BAB 18. Makan Malam Keluarga.
19
BAB 19. Soal Perasaan.
20
BAB 20. Jadi Seperti Ini Rasanya? Bahaya!
21
BAB 21. Ketegaran Yang Menyedihkan.
22
BAB 22. Menerbangkan Dan Menghempaskan.
23
BAB 23. Tidak Melihat Rasa Sakit.
24
BAB 24. Kalau Tidak Ada Rasa, Mau Bagaimana?
25
BAB 25. Sebut Saja Bodoh.
26
BAB 26. Bukan Tidak, Tapi Belum.
27
BAB 27. Lantas, Bagaimana Dengan Lukaku?
28
BAB 28. Memberi Kesempatan.
29
BAB 29. Buang Sakit Yang Lalu.
30
BAB 30. Rumitnya Masalah Hati.
31
BAB 31. Terlalu Cepat.
32
BAB 32. Hati, Kenapa Sulit Sekali?
33
BAB 33. Lidah Tidak Bertulang.
34
BAB 34. Masih Setengah.
35
BAB 35. Hanya Sedang Bersabar.
36
BAB 36. Bukan Yang Di Harapkan.
37
BAB 37. Ada hal-Hal Yang Tidak Bisa Di Ubah.
38
BAB 38. Amarah.
39
BAB 39. Hanya Saling Menyakiti.
40
BAB 40. Pelukan Kerelaan.
41
BAB 41. Puncak Rasa Kecewa.
42
BAB 42. Kehilangan Istri Dan Sahabat.
43
BAB 43. Salah Kaparah.
44
BAB 44. Hatimu Lebih Penting.
45
BAB 45. Senyumnya Menggetarkan.
46
BAB 46. Hanya Waktu Yang Bisa Membunuh Kenangan.
47
BAB 47. Hanya Waktu Yang Tidak Tepat.
48
BAB 48. Lega Dan Selesai.
49
xtra part.
50
xtra part.
51
xtra part.
52
xtra part.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!