BAB 4. Bujukan Desi.

Siang ini, Aira sedang sibuk di  kantornya. Ia harus menyelesaikan pekerjaannya sebelum waktu istirahat siang agar nanti bisa pulang lebih awal. Konsentrasinya terpecah ketika ponselnya terus berdering. Ia melihat nomor tidak di kenal itu dan mengernyit. Siapa kira-kira itu?

“Halo?” sapa Aira mengangkat telfonnya.

‘Aira sayang, ini Tante Desi. Bisa Tante bicara denganmu sebentar?’

“Oh, iya, Tan. Bisa. Mau bicara apa, Tante?”

‘Bisa kita bertemu? Kebetulan sekarang Tante ada di cafe di depan kantormu. Kalau bisa, Tante akan menuggumu disini.’

“Ehm,” Aira berfikir sejenak. “Baiklah Tante. Aira akan segera kesana.”

Aira menghela nafas karna pekerjaannya ternyata tetap tidak bisa selesai sebelum waktu makan siang. Ia berfikir, kira-kira kenapa Desi ingin bertemu dengannya? Sepertinya ada hal yang sangat penting yang ingin di sampaikan oleh wanita itu. Apa ini tentang Maham?

“Ai? Mau kemana?” tanya Jessy yang melihat Aira buru-buru merapikan mejanya. Memang sudah waktunya istirahat makan siang, tapi, Aira nampak lebih buru-buru dari biasanya.

“Maaf, Jess. Aku ada janji makan siang,” ujar Aira yang kemudian bergegas keluar dari ruangannya.

10 menit berlalu dan Aira sudah sampai di cafe depan kantor. Ia mengedarkan pandangannya untuk mencari sosok Desi. Ia tersenyum setelah menemukannya. Nampak Desi melambai-lambaikan tangannya kepada Aira.

“Aira, sini!” panggil Desi dengan senyum lebarnya. Wanita itu anggun, cantik, ramah, murah senyum pula.

“Maaf, Tante. Apa Tante sudah menunggu lama?” tanya Aira sambil mendudukkan diri di depan Desi.

“Tidak, belum. Kamu mau pesan sesuatu? Ini waktu makan siang, kan? Ayo kita pesan sesuatu untuk makan siang.” Desi segera memanggil pelayan dan merekapun memesan makanan.

Baru dua kali bertemu, sosok Desi berhasil membuat Aira kagum. Desi dan Eva memang seumuran, tapi wajah Desi nampak jauh lebih muda dan segar jika di bandingkan dengan ibunya. Itu bisa terjadi karna ibunya harus bekerja keras seorang diri.

“Maaf, ya. Tante pasti menganggu waktumu.” Ujar Desi.

“Tidak, Tante. Tidak apa-apa. tolong jangan sungkan.”

“Sebenarnya, Tante ingin membahas tentang Maham. Apa kamu tidak keberatan?” sekali lagi Desi meminta pendapat Aira. Gadis itu mengangguk dengan senyuman.

“Memangnya, kenapa dengan Maham?” Aira mulai bertanya.

“Apa dia memberitahumu tentang kekasihnya?”

“Jadi, Maham benar sudah punya kekasih?” Aira menjawab dengan pertanyaan.

“Dia belum memberitahumu? Lantas bagaimana kamu tau kalau dia punya kekasih?”

“Aira hanya menebaknya, Tante. Raut wajah Maham menjelaskan, kalau dia tidak menginginkan perjodohan ini. Aku menebak, mungkin dia sudah punya kekasih.”

“Sebenarnya itu hanya masa lalunya. Mereka sudah lama putus dan perempuan itu juga sudah bertunangan dengan lelaki lain. Hanya saja, Maham sepertinya belum bisa membuka hati untuk wanita lain. Tante minta maaf kalau kamu tersinggung dengan sikap Maham ya, Aira?” raut wajah Desi jelas mengisyaratkan penyesalan yang mendalam.

“Tidak, Tante. Aira sama sekali tidak masalah dengan itu. Tante tidak perlu meminta maaf seperti ini. Tante bisa memberi Maham waktu. Aira yakin, ada waktunya Maham bisa membuka hatinya untuk wanita lain.”

“Kamu gadis yang baik. Tante tidak enak karna Maham harus bersikap kekanak-kanakan seperti ini. padahal sudah berbagai cara Tante coba untuk membujuk Maham. Dasar anaknya bodoh. Sudah disakiti berkali-kali, tapi tidak sadar juga.”

“Tidak apa-apa, Tante.”

“Aira, kalau nanti Maham bisa membuka hati untukmu, apa kamu mau menerimanya?” pertanyaan Desi sungguh di luar prediksi Aira. Gadis itu bingung dan hanya diam saja untuk beberapa saat. Jujur tidak pernah terfikir untuk menerima maham apalagi lelaki itu belum sepenuhnya lepas dari masa lalunya.

“Tante, aku.....”

“Tante sangat berharap kamu mau menerimanya, Aira. Tante akan mencoba membujuk Maham sekali lagi. Semoga saja hatinya mau tergerak.”

Aira hanya terdiam. tidak tau harus menjawab apa. Nampaknya Maham sangat mencintai mantan kekasihnya itu. Apa tidak masalah kalau ia tiba-tiba memaksa masuk ke dalam hati Maham?

Melihat ekspresi Aira, Desi tidak berani lagi melanjutkan pembicaraan itu. Ia paham kalau Aira juga butuh waktu untuk memikirkan semuanya. Ia juga tidak bisa memaksa Aira untuk menerima putranya dengan keadaan seperti ini.

“Jadi, apa kamu nyaman bekerja disini?” Desi mengalihkan pembicaraan.

“Begitulah, Tante. Rekan-rekanku sangat baik.”

“Itu melegakan. Padahal sekarang ini sangat sulit untuk mendapatkan lingkungan kerja yang nyaman.”

Obrolan itu berlanjut dengan pembahasan lain. Desi banyak bercerita tentang masa mudanya bersama dengan temannya, Eva. Dan Aira, sangat antusias mendengarnya. Dia jarang mendengar kisah ibunya ketika muda.

Waktu istirahat makan siang hampir berakhir. Aira tidak punya banyak waktu lagi untuk mengobrol. “Tante, maaf sebelumnya. Tapi waktu istirahatku sudah hampir berakhir.”

“Oh, ya ampun. Mengobrol denganmu benar-benar membunuh kebosanan. Makan siang kali ini biar tante yang traktir. Lain kali, kita mengobrol seperti ini lagi ya, Ai?”

“Boleh, Tante. Terimakasih untuk makan siangnya. Kalau begitu, aku permisi dulu.” Aira lantas bangun dan meninggalkan Desi.

Desi mengantarkan kepergian Aira dengan tatapan pias. Sungguh dia sangat menyayangkan sikap bodoh putranya itu.

Aira terus berfikir, betapa beruntungnya mantan kekasih Maham bisa di cintai oleh Maham sampai seperti ini. Maham adalah lelaki yang setia jika sudah mencintai wanita. Tapi, rasa cinta itu justru menjebaknya sedemikian dalam sehingga tidak bisa melupakan. Maham pasti sangat tersiksa dengan perasaannya sendiri. Ada sebuah rasa kasihan yang muncul di hati Aira.

“Kau dari mana, Ai?” tanya Jessy yang menghadang Aira ketika di pintu masuk ruangan kerja mereka.

“Cafe depan.” Jawab Aira singkat. Fikirannya masih di penuhi oleh Maham.

“Apa kau makan siang dengan calon suamimu? Kau sudah menerima perjodohan itu? apa dia tampan?” cecar Jessy dengan mata yang berbinar menantikan jawaban.

“Aku bukan makan dengan calon suamiku. Aku menolak perjodohan itu. Dan dia, tampan.” Aira menjawab sekaligus pertanyaan Jessy.

“Kenapa? Dia tampan kenapa kau tidak menerimanya?”

“Karna tampan saja tidak cukup untukku, Jess. Aku ingin menikah dengan orang yang aku inginkan dan menginginkanku.” Aira berlalu pergi setelah berkata seperti itu. Meninggalkan Jessy yang masih di terpa banyak pertanyaan di benaknya.

Aira kembali duduk di kursi kerjanya berniat untuk melanjutkan pekerjaannya yang tertunda. Wajah pias Desi terus saja terbayang-bayang di benaknya. Berganti dengan wajah dingin yang di tunjukkan Maham malam itu. Ia ingin menerima tawaran Desi. Namun jauh di lubuk hatinya, ia masih ragu. Mampukah dia merobohkan tembok yang di bangun Maham untuk melindungi hatinya? Nampaknya sangat sulit. Tapi bukan berarti mustahil, kan?

Aira memejamkan matanya untuk memanggil konsentrasinya kembali. Ia tidak ingin terlambat memberikan laporan kepada atasannya karna memikirkan masalah Desi dan Maham. Setelah berusaha keras, akhirnya ia mampu menyelesaikannya juga.

Terpopuler

Comments

ike

ike

aira gadis baik, benar yg desi bilang, maham bodoh klo menolak aira.....

2023-12-26

1

ria

ria

semangat aira..keputusan ada ditanganmu..
kalo memang maham jodohmu pasti takkan bisa dihindari😙

2023-10-08

0

jaran goyang

jaran goyang

𝑛𝑒𝑥𝑡..... 𝑠𝑒𝑟𝑢💪💯🥰💞

2023-10-04

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1. Takut Salah Memilih Lelaki.
2 BAB 2. Menolak.
3 BAB 3. Masih Terjebak Dengan Masalalu.
4 BAB 4. Bujukan Desi.
5 BAB 5. Sandiwara Dan Tatapan Rindu.
6 BAB 6. Pelampiasan Kecemburuan.
7 BAB 7. Menerima Dengan Ragu.
8 BAB 8. Setia Bisa Begitu Menyakitkan.
9 BAB 9. Ada Sebuah Ragu.
10 BAB 10. Teman Lama.
11 BAB 11. Tidak Bisa Menjanjikan Apapun.
12 BAB 12. Tidak Ada Yang Bisa Di Salahkan.
13 BAB 13. Aku Faham Kau Masih Berusaha.
14 BAB 14. Cinta Itu Masih Utuh.
15 BAB 15. Hal Sepele, Tapi, Menyenangkan.
16 BAB 16. Cukup Tau Diri.
17 BAB 17. Awal Mula Sikap Baik.
18 BAB 18. Makan Malam Keluarga.
19 BAB 19. Soal Perasaan.
20 BAB 20. Jadi Seperti Ini Rasanya? Bahaya!
21 BAB 21. Ketegaran Yang Menyedihkan.
22 BAB 22. Menerbangkan Dan Menghempaskan.
23 BAB 23. Tidak Melihat Rasa Sakit.
24 BAB 24. Kalau Tidak Ada Rasa, Mau Bagaimana?
25 BAB 25. Sebut Saja Bodoh.
26 BAB 26. Bukan Tidak, Tapi Belum.
27 BAB 27. Lantas, Bagaimana Dengan Lukaku?
28 BAB 28. Memberi Kesempatan.
29 BAB 29. Buang Sakit Yang Lalu.
30 BAB 30. Rumitnya Masalah Hati.
31 BAB 31. Terlalu Cepat.
32 BAB 32. Hati, Kenapa Sulit Sekali?
33 BAB 33. Lidah Tidak Bertulang.
34 BAB 34. Masih Setengah.
35 BAB 35. Hanya Sedang Bersabar.
36 BAB 36. Bukan Yang Di Harapkan.
37 BAB 37. Ada hal-Hal Yang Tidak Bisa Di Ubah.
38 BAB 38. Amarah.
39 BAB 39. Hanya Saling Menyakiti.
40 BAB 40. Pelukan Kerelaan.
41 BAB 41. Puncak Rasa Kecewa.
42 BAB 42. Kehilangan Istri Dan Sahabat.
43 BAB 43. Salah Kaparah.
44 BAB 44. Hatimu Lebih Penting.
45 BAB 45. Senyumnya Menggetarkan.
46 BAB 46. Hanya Waktu Yang Bisa Membunuh Kenangan.
47 BAB 47. Hanya Waktu Yang Tidak Tepat.
48 BAB 48. Lega Dan Selesai.
49 xtra part.
50 xtra part.
51 xtra part.
52 xtra part.
Episodes

Updated 52 Episodes

1
BAB 1. Takut Salah Memilih Lelaki.
2
BAB 2. Menolak.
3
BAB 3. Masih Terjebak Dengan Masalalu.
4
BAB 4. Bujukan Desi.
5
BAB 5. Sandiwara Dan Tatapan Rindu.
6
BAB 6. Pelampiasan Kecemburuan.
7
BAB 7. Menerima Dengan Ragu.
8
BAB 8. Setia Bisa Begitu Menyakitkan.
9
BAB 9. Ada Sebuah Ragu.
10
BAB 10. Teman Lama.
11
BAB 11. Tidak Bisa Menjanjikan Apapun.
12
BAB 12. Tidak Ada Yang Bisa Di Salahkan.
13
BAB 13. Aku Faham Kau Masih Berusaha.
14
BAB 14. Cinta Itu Masih Utuh.
15
BAB 15. Hal Sepele, Tapi, Menyenangkan.
16
BAB 16. Cukup Tau Diri.
17
BAB 17. Awal Mula Sikap Baik.
18
BAB 18. Makan Malam Keluarga.
19
BAB 19. Soal Perasaan.
20
BAB 20. Jadi Seperti Ini Rasanya? Bahaya!
21
BAB 21. Ketegaran Yang Menyedihkan.
22
BAB 22. Menerbangkan Dan Menghempaskan.
23
BAB 23. Tidak Melihat Rasa Sakit.
24
BAB 24. Kalau Tidak Ada Rasa, Mau Bagaimana?
25
BAB 25. Sebut Saja Bodoh.
26
BAB 26. Bukan Tidak, Tapi Belum.
27
BAB 27. Lantas, Bagaimana Dengan Lukaku?
28
BAB 28. Memberi Kesempatan.
29
BAB 29. Buang Sakit Yang Lalu.
30
BAB 30. Rumitnya Masalah Hati.
31
BAB 31. Terlalu Cepat.
32
BAB 32. Hati, Kenapa Sulit Sekali?
33
BAB 33. Lidah Tidak Bertulang.
34
BAB 34. Masih Setengah.
35
BAB 35. Hanya Sedang Bersabar.
36
BAB 36. Bukan Yang Di Harapkan.
37
BAB 37. Ada hal-Hal Yang Tidak Bisa Di Ubah.
38
BAB 38. Amarah.
39
BAB 39. Hanya Saling Menyakiti.
40
BAB 40. Pelukan Kerelaan.
41
BAB 41. Puncak Rasa Kecewa.
42
BAB 42. Kehilangan Istri Dan Sahabat.
43
BAB 43. Salah Kaparah.
44
BAB 44. Hatimu Lebih Penting.
45
BAB 45. Senyumnya Menggetarkan.
46
BAB 46. Hanya Waktu Yang Bisa Membunuh Kenangan.
47
BAB 47. Hanya Waktu Yang Tidak Tepat.
48
BAB 48. Lega Dan Selesai.
49
xtra part.
50
xtra part.
51
xtra part.
52
xtra part.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!