episode 4

"Emm..., o ya, aku Rey. kamu?" tanyaku sambil mengulurkan tangan.

"Putri," jawabnya singkat dengan gaya khas.

Oh, my God! pujaku dalam hati saat melihat senyum dan gaya menatapnya yang perfect banget.

"By the way, kemarin kamu yang bikin aku terjatuh, kan?" tanyanya mengingatkan ku pada kejadian beberapa hari lalu.

"I...i...iya! Tapi, aku nggak sengaja, kok. Kemarin itu, aku lagi asyik ngobrol sama temenku dan aku nggak sadar kalau kakiku ngalangin jalan. Aku juga nggak tahu kalau kamu mau lewat dan aku bener bener nggak sengaja. Sekali lagi, sori banget, yah!" jelasku.

"Kok pake dan terus. Nggak ada penghubung lain, yah? Lagian, kemarin aku salah juga, jalan sambil baca buku. Maafin aku juga, yah! Tapi, lain kali jangan pakai dan terus, yah! Hehehe...," komentarnya.

Kami pun asyik berbincang. Tapi tiba tiba, kami saling diam untuk beberapa saat. Lalu tak sadar, telingaku fokus pada lagu yang di setel oleh Bang Komari, pelayan kantin ini.

Di kantin depan kelasku, di sana kenal dirimu....

Bang Iwan, si penyanyi, berceloteh.

""Wah, Bang Iwan ini ada ada saja. Tahu aku kalau lagi kenalan," kataku lirih.

"Apa, Rey?"

"Ah, nggak kok. Nggak apa apa. Cuma lagu itu aku suka banget" kilahku.

"Lagunya Bang Iwan, ya?"

"He-eh. Kamu suka juga?"

"Iya. Tapi, nggak begitu. Judulnya aku juga nggak tahu, tuh" jawabnya sambil tersenyum.

Lalu kami diam lagi mendengarkan lagu.

"Asyik juga ya," katanya kemudian.

Aku mengangguk.

Memang usia kita mudah, tapi cinta soal hati...

"Walah, kayaknya nyindir, tuh," kataku menggoda Putri sambil tersenyum.

"Maksudnya?" tanyanya.

Aku tak menjawab, hanya tersenyum saja.

"Yah..., habis deh," kataku. "Bang Komar, putar lagi, dong!"

"Apanya?"

"Yaelah, tadi itu. Lagunya Bang Iwan yang 'memang masih muda, tapi soal hati...' "

"Oh..., beres!"

Putri tersenyum melihat ulahku. Lagu diputar lagi. Sambil mendengarkan, aku dan Putri terus ngobrol hingga bel tanda masuk kelas memaksa berpisah.

Hari hari berikutnya, setiap kali ke kantin dengannya, aku selalu meminta lagu "Buku Ini Aku Pinjam" untuk di putar hingga Bang Komar hafal ulahku. Tiap kali ke kantin bersama Putri, belum sempat meminta lagu itu untuk diputar, dia selalu mendahuluiku. Ia berkata, "Memang masih muda tapi soal hati, kan?!"

Aku hanya tersenyum dan mengangguk. Putri geleng geleng melihatku begitu. Apalagi, Anggi yang selalu numpang minta ditraktir sering menyebutku narsis.

Sebulan telah berlalu. Sejak perkenalan itu, aku merasakan ada hal yang semakin aneh, yang belum pernah kurasakan sebelumnya. inikah cinta itu? tanya ku dalam hati.

Aku tak dapat mengingkari dan membantah perasaan dan kata hatiku. Aku bener bener jatuh cinta untuk pertama kali. Cinta yang benar benar cinta dan bukan cinta biasa. It's perfect and truly love.

Sore itu setelah kegiatan ekstrakurikuler, seperti biasa aku dan Putri menunggu bus di halte dekat sekolah.

"Put, ntar malam, aku main ke rumah kamu, ya."

"Boleh... boleh. Tapi, ada syaratnya!"

"Apa itu, Put?"

"Harus bawain aku oleh oleh, oke! Hehehe. Bercanda, kok! Just kidding!"

Canda tawa menghiasi sore itu. Kulihat bus jurusan ke rumah Putri datang. "Put, itu bus kamu dah datang!" Kutunjuk bus dari arah kanan.

Putri pun naik. Sedang, aku masih menunggu bus jurusan arah rumahku. Kulihat Putri melambaikan tangan dari dalam bus. Aku tersenyum sambil melambaikan tangan juga. Saat ini, ada semacam perasaan yang membuatku bahagia sekali. Entah dari mana datangnya.

Sore itu, aku datang ke rumah Putri di daerah Semanggi, Solo.

Angin, udara, dan perasaan mengiringi langkahku, perjalanan ke rumah Putri. Kulihat bulan sabit dan sekerumunan bintang menyapa, mengucapkan salam, seolah mendoakan niatku. Kuteguhkan keyakinan dan kutepis keraguan untuk mengungkapkan cinta.

Kulihat sebuah bangunan modern dengan sentuhan klasik. Terkesan indah, teduh, dan tenang. Merebak wangi bunga bunga menghiasi ketenangan rumah ini. Kuucapkan salam dan kudengar salam dari dalam menyambutku. Dengan ramah, seorang wanita mempersilakan ku masuk dan duduk di sebuah sofa cokelat.

"Bentar ya, Rey, Tante panggilin Putri dulu," kata Tante Arum.

"Iya, Tan. Makasih!" jawabku

Sesaat kemudian, seseorang menutup kedua mataku dari belakang. "Pasti Putri!"

"He..., dah lama nunggunya?" sapa Putri ceria seraya duduk di sampingku sambil tersenyum.

"Belum. Baru juga satu jam. Hehehe...," jawabku mencoba bercanda.

Terlarut kami dalam senda gurau hangat ditemani segelas Coca Cola. Mulai dari cerita saat bertemu, berkenalan, hingga saat ini. Bercerita juga kami tentang ini dan itu dan tentang semua hal yang dapat diceritakan. Mulai dari yang masuk akal sampai pada khayalan tingkat tinggi. Kutub utara sampai ke selatan, semua terbicarakan dengan indah.

Di balik senda gurau dan asyiknya obrolan, kurasakan debar debar jantung yang semakin menggila, seperti perasaan senang, takut, dan juga ragu. Semua menggayuti perasaanku. Gelak tawa dan canda masih menghangatkan suasana malam ini hingga pada akhirnya, kami tiba tiba terdiam dan saling membisu. Suasana hening. Kutatap wajah Putri dan kuberanikan diri untuk ungkapkan segala yang aku rasakan.

"Put, aku pengen bilang sesuatu ke kamu," kataku pelan.

Putri menatap ku dengan tatapan mencari tahu atas apa yang ingin aku katakan. Sejenak, aku terdiam menatap matanya yang juga menatapku tajam, menanti aku berbicara. Segera aku katakan apa yang ada di dalam hati dan otakku.

"Semenjak aku masih kecil sampai segede ini, aku belum pernah merasakan apa yang aku rasakan akhir akhir ini. Ada sesuatu perasaan yang aneh. Seperti perasaan senang, berbunga bunga, seperti saat aku mendapatkan sesuatu yang aku inginkan. Lebih malah. Namun, terkadang perasaan itu berubah menjadi sejuta kegelisahan dan ketakutan akan kehilangan atas apa yang aku harapkan. Perasaan itu juga terkadang bercampur aduk antara senang dan kegelisahan. Saat itu pula, kurasakan kerinduan mendalam.

"Aku nggak tahu kenapa bisa seperti itu. Sebenarnya, perasaan macam apa itu? Hanya satu hal yang aku tahu. Sejak pertama kali melihatmu, kemudian berkenalan, hingga sekarang bisa sedekat ini, dalam hidupku, kurasakan ada perasaan bahagia dan damai, serta ketenangan yang nggak pernah aku rasakan sebelumnya dari siapa pun saat aku bersamanya. Baru kali ini, aku merasakannya sejak berjumpa denganmu.

"Aku ingin sekali menyayangi, mengasihimu terus dan terus. Sungguh aku nggak bisa untuk menepiskannya. Sebuah rasa di mana aku ingin berbagi kasih sayang dan kebahagiaan. Sebentuk rasa ingin mencurahkan isi hati dan segenap rasa di hatiku. Hanya untukmu dan denganmu."

Sejenak, aku terdiam dan menatap mata Putri yang kini kulihat ingin mengatakan sesuatu juga atas apa yang telah aku katakan. Sebelum dia mengatakan itu, aku kembali meneruskan perkataanku.

"Put, aku mencintaimu!"

_bersambung_

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!