#Hidup akan terus berjalan meski semua tak lagi sejalan dengan yang kau inginkan. Termasuk tentang cinta.#
*******************
Di bawah langit senja yang memerah Rayyan melangkah masuk ke dalam sebuah pemakaman umum. Berbekal setangkai bunga lili pemuda 27 tahun tersebut datang setelah sekian lama tak pernah lagi menginjakkan kakinya disana.
Intan Pradana Lestari
Sebuah nama yang tertulis rapih diatas batu nisan yang telah nampak usang. Perlahan tubuh tegap tersebut menunduk dan berjongkok disana. Untuk sesaat Rayyan terdiam memandang lekat batu nisan di mana nama sang mama tertulis disana.
Bayangan demi bayangan kilasan masa lalu nampak berlari indah diujung matanya membuat darah Rayyan kembali berdesir.
Pergi dengan menanggalkan nama besar ayahnya tak serta merta membuat Rayyan puas. Darah itu masih mengalir kental dalam dirinya meskipun dia tak lagi ingin mengakuinya.
Kevlin Sanjaya Prada
Sosok ayah sekaligus sosok yang paling dibencinya. 12 tahun dirinya bahkan tak sekalipun mencari kabar tentang lelaki itu. Rayyan benar-benar menganggap dirinya hidup sebatang kara.
Nama besar sang ayah sebagai seorang pengusaha ekspor impor tentu menjadi kebanggaan. Namun itu semua tak berlaku untuk Rayyan yang membenci nama tersebut.
Bayangan bagaimana sang mama merengang nyawa masih jelas diingatnya. Meski lelaki yang dipanggilnya ayah tersebut menangis kala itu tak membuat hatinya goyah.
"Ma, Rayyan datang menemui mama. Maafkan Ray karena baru sempat untuk menjenguk mama disini." Mata itu berkaca kaca dibalik kacamata hitam yang dia kenakan.
Diusapnya pelan batu nisan mengungkapkan kerinduannya pada sosok wanita lembut dengan senyum memenangkan tersebut.
Rayyan rapuh, siapapun yang mengenalnya selama ini tak akan mempercayai penglihatannya sekarang. Pemuda itu menangis meski dengan isakan lirih.
Saat pulang dari lokasi pembangunan Cottage tadi dirinya tiba-tiba merindukan sang mama. Untuk itulah Rayyan mengemudikan mobilnya menuju pemakaman umum yang jaraknya sedikit jauh dari lokasinya berada. Namun kerinduan itu kian menyeruak dalam hatinya hingga tak lagi memikirkan waktu.
Hingga mentari mulai tenggelam Rayyan masih setia bersimpuh disana. Memanjatkan doa yang entah sudah keberapa kalinya.
"Ma, Ray pamit. Entah kapan lagi Ray akan punya waktu untuk berkunjung. Yang perlu mama tahu, Ray akan selalu mendoakan mama. Jangan mengkhawatirkan Ray, karena sekarang Ray sudah menemukan keluarga yang baik. Mereka mau menerima kehadiran Ray tanpa pernah mengusik masa lalu Ray. Mama yang tenang disana, I love you Ma."
Rayyan beranjak dari tempatnya, beberapa kali pemuda itu menengok sebelum pada akhirnya benar-benar pergi dari area pemakaman tersebut.
Waktu telah menunjukkan pukul 7 malam. Rayyan melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Dia menikmati pemandangan kota B yang tak seramai ibu kota. Mengenang kembali masa lalunya yang pernah menjadi penguasa jalanan. Tak banyak berubah, jalanan ini tetap sama meski dikiri kanan jalan sudah nampak berdiri beberapa bangunan yang menjulang.
"Masih sepi, sama seperti dulu." gumamnya tersenyum tipis.
Rayyan menepikan mobilnya tak jauh dari sebuah jembatan. Masih berada didalam mobil kembali senyuman tipis itu terukir di sudut bibirnya. Disana, tempat pertama kali dirinya bertemu dengan Vino, Alvian dan juga Bagas. Tempat yang menjadi awal bagaimana seorang Rayyan dikenal sebagai raja jalanan.
Rayyan yang tak takut akan apapun kala itu banyak ditakuti oleh pemuda seumurannya. Rayyan yang kala itu hancur dan tak lagi mempunyai pegangan hidup menjadikan jalanan sebagai rumahnya. Meski tak pernah melakukan kejahatan namun dia sempat terlibat dalam beberapa perkelahian.
Rayyan menggelengkan kepalanya, mengingat kelakuan nya dulu membuatnya tak percaya jika memang dia pernah berada di titik terendah dalam hidupnya.
Lama dia berada disana hanya untuk kembali mengenang masa dimana dirinya mencari jati diri. Entah apa yang akan Raka dan keluarganya lakukan, andai mereka mengetahui bagaimana Rayyan sebelum bertemu dengan mereka.
Mobil kembali melaju membela jalan dan kembali berhenti di Supermaket. Jangan berpikir bahwa lelaki itu akan membeli sebungkus rokok karena Rayyan telah meninggalkan barang bernikotin tersebut sejak lama. Tepatnya kala dirinya mulai bekerja pada Raka. Pria dua anak tersebut selalu menerapkan hidup sehat. Mau tak mau sebagai asisten pribadinya Rayyan akan mengikuti pola hidup yang sama.
Dengan tas kresek di tangannya Rayyan kembali masuk ke dalam mobilnya. Beberapa camilan serta minuman kaleng telah berada dalam kresek yang ditaruhnya disamping kursi kemudi. Mobil kembali bergerak membela kesunyian malam.
.
.
"Ish, dia dimana sih." Seorang wanita nampak berdecak kencang sambil menghentakkan kakinya.
Satu jam lamanya dia telah berdiri di tempat itu. Mobilnya nampak terparkir dengan kondisi kap depan terbuka. Mogok, entah apa yang salah dengan mobil itu padahal dia rutin membawanya ke bengkel hanya untuk sekedar perawatan.
Jalanan yang mulai nampak lengang membuatnya bergidik ngeri. Pada akhirnya dia memilih untuk masuk kembali kedalam mobil. Kecemasan mulai nampak dalam hatinya mana kala ponselnya kehabisan daya.Sedangkan orang yang diharapkan kedatangannya tak juga kunjung mengangkat telpon darinya.
"Sejak awal aku sudah tak berminat mendatangi tempat ini. Tak hanya sepi tapi juga menakutkan." Kesalnya entah pada siapa.
Berkunjung ke kota B memang satu hal yang paling dihindari. Bukan pertama kali tapi kesan dari awal dirinya berkunjung dulu sudah tak menyenangkan membuatnya semakin enggan. Andai bukan karena terpaksa mungkin dia tak akan berada di tempat ini. Firasatnya kali ini benar, kesialannya telah mulai terjadi sejak dirinya menginjakkan kakinya tadi pagi.
Dari mulai kontrak yang tertinggal di penginapan sampai pertemuan yang harus ngaret hingga 2 jam lamanya.
"Bagaimana ini, masa iya aku harus menginap disini?" monolognya pada diri sendiri.
Tok tok tok
Ketukan dikaca mobilnya membuatnya berjingkat kaget. Huu, helaan nafas lega terdengar setelah melihat siapa yang mengetuk mobilnya.
"Huu, untung saja jantungku tak copot. Kenapa baru datang, aku sudah lama menunggumu disini." Cerocosnya setelah pintu mobil terbuka.
"Ada urusan yang tak bisa ku tinggal." jawab pemuda itu dengan entengnya.
"Kita tinggal saja dulu mobilmu disini, lagipula ini sudah hampir tengah malam. Tak akan ada bengkel yang buka." Lanjutnya setelah melihat kondisi mobil sebentar.
"Terserah lah, yang penting aku bisa kembali ke penginapan terlebih dahulu."
Ck, pemuda itu berdecak pelan sebelum melangkah menuju mobilnya yang terparkir tak jauh dari sana.
"Besok aku harus kembali ke ibu kota."
"Ha, lalu aku bagaimana?" Pemuda itu mengedikkan bahunya.
"Aku nggak tahu, tuan mudah tadi menghubungiku dan memintaku kembali karena ada hal penting yang harus kukerjakan." Lanjutnya sambil tetap fokus pada jalanan yang mereka lalui.
"Dia selalu semaunya saja."
Jimmy menatap sekilas pada gadis yang duduk di sampingnya. Rasa kasihan dan juga iba perlahan menyeruak dalam hatinya. Andai saja posisinya tak lebih dari bawahan mungkin Jimmy bisa melakukan tindakan lain untuk membantu gadis itu.
"Kau jaga dirimu baik baik selama aku pergi. Aku belum tahu akan selama apa aku disana."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 178 Episodes
Comments
⏤͟͟͞R ve
Syukurlah Ray ketemu dengan Raka...
2024-02-14
1
⏤͟͟͞R ve
Mamakk 😢
2024-02-14
0
@☠Arina
sediiih kan ya Rayy
2023-12-04
0