Bianca menatap pria yang berdiri didepannya. Haidar Allan, suami dari kakaknya sekaligus tamu agung yang seharusnya belum sampai.
"Saya Bianca Anjani, salah satu staf yang bekerja di hotel ini." Bianca memperkenalkan dirinya pada Haidar dengan senyum yang sangat ramah.
"Haidar Allan, Daddy dari kedua anak kembar yang sekarang berdiri mengapitmu." Tunjuk Haidar pada kedua anaknya.
"Daddy enggak seru ah!." Seru anak perempuan yang menghentakkan kakinya tapi tetap sangat cantik dan lucu dengan rambut yang dikuncir kuda.
"Kita mau main petak umpat sama Daddy. Apa di tempat ini Daddy juga akan bisa menemukan kami?." Sambung si anak laki-laki yang bersiap berlari namun Bianca berhasil menahan tubuh kecil dengan rambut yang dibiarkan sedikit panjang sebahu.
Deg
Begini rasanya memeluk putranya setelah sekian lamanya, tubuh Bianca terasa lunglai dan akan melorot ke atas lantai jika saja tidak melihat pria itu mendekat kearahnya.
"Terima kasih, Nona Bianca. Mereka selalu berbuat sesuka hati tanpa memikirkan orang lain,selalu ingin mencari tantangan di tempat baru." Langsung saja Haidar menggendong tubuh Daniel kemudian di tangan yang lain ada Daniella. Di mana kedua anaknya yang saat ini sudah genap berusia lima tahun.
Haidar berhenti sejenak, mencium aroma wangi yang tidak asing untuk indra penciumannya dan tidak mungkin bisa dilupakan oleh dirinya.
"Mungkin ini hanya sebuah kebetulan semata." Batin Haidar sambil menatap wanita yang berdiri tidak jauh dari posisinya.
"Sama-sama Tuan Haidar."
Haidar berpamitan pada Bianca karena sudah harus ke kamar hotel. Pasti mereka sudah ditunggu oleh banyak orang.
Dan benar saja, di kamar hotel Roseline sedang memarahi Nanny yang selama ini menjaga kedua anaknya.
"Kerja begitu saja tidak becus, dasar bodoh!. Aku akan mengembalikan mu pada yayasan." Rasanya tangan Roseline sudah gatal ingin memberi pelajaran pada Nanny tersebut kalau saja Haidar dan kedua anaknya tidak datang.
"Mommy aku sudah pulang!." Dengan santainya Daniella duduk manis di sebelah sang Nanny yang sedang duduk tertunduk.
"Mana ada yang kuat dan betah kalau anak-anaknya bandel begitu. Apalagi sama Emaknya Mak Lampir." Tapi sayang hanya mampu dikatakan sang Nanny di dalam hati saja.
"Nanny tidak salah, Mommy. Itu kemauan kami berdua, kami bosan tidak melakukan apa-apa. Jadi aku dan Daniel tadinya mau main..."
"Sudah sayang, semuanya sudah baik-baik saja. Jadi sekarang biarkan Nanny nya istirahat bersama anak-anak." Potong Haidar menengahi keadaan yang memanas itu, supaya Daniella tidak berbicara yang dapat memicu kemarahan Roseline.
"Cepatlah bawa mereka ke kamarnya." Dengan manja Roseline meminta pada suaminya untuk mengantarkan mereka bertiga.
Seperti biasa Haidar hanya mengangguk sambil membawa kedua anaknya masuk ke dalam kamar yang bersebelahan dengan kamar mereka.
"Kalau ada apa-apa segera hubungi aku, jangan Roseline."
"Baik Tuan Haidar."
Haidar keluar dari kamar setelah mengecup kedua anaknya dan mengucapkan selamat malam.
"Tuan Haidar sangat tidak beruntung memiliki istri kaya Mak Lampir." Gumam Nanny sambil mengunci pintu dan langsung menemui kedua anak asuhnya.
Haidar berpapasan dengan Bianca yang baru saja akan pulang. Haidar dan Bianca sama-sama langsung memasang senyum ramah.
"Nona Bianca, bisa memberitahu ku di mana ruangan Pak Dewa?." Haidar langsung membaik tubuhnya dan menatap Bianca.
Bianca menghentikan langkahnya setelah melewati tubuh Haidar untuk beberapa centi.
Dengan senyum yang kembali menghiasi wajah cantiknya, Bianca memberikan arah rute pada Haidar. Tapi rupanya pria itu lebih memilih meminta untuk diantarkan.
"Kalau boleh, mungkin Nona Bianca bisa mengantarku keruangan Pak Dewa?."
"Mari!." Ajak Bianca yang sudah berjalan di depan Haidar.
Kembali Haidar dapat mencium aroma wangi yang menguar dari tubuh Bianca.
"Apa mungkin dia wanita itu?." Lagi-lagi Haidar membatin namun kali ini tatapannya tidak lepas pasa Bianca yang ada berjalan didepannya.
Setelah mereka selesai berganti pakaian, keduanya berbaring di tempat tidur yang berbeda. Namun mereka belum ingin tidur karena ada yang harus mereka bicarakan.
"Sebenarnya apa yang sedang kalian berdua rencanakan?. Nanny hadir diantara dua bocah yang sedang menatap satu lembar foto.
"Sssstttt..." Daniella menempelkan telunjuk pada bibirnya.
"Itu siapa?." Tanya Nanny dengan setengah berbisik sambil menatap keduanya.
"Seorang penjahat." Jawab Daniel dengan sorot mata penuh kebencian.
"Iya, kata Mommy. Wanita ini suka membuang bayi dan kami ingin menyelamatkan bayi-bayi itu." Jelas Daniella.
"Benarkah?."
Kedua anak asuhnya mengangguk bersamaan.
Nanny menatap lekat wanita yang ada di dalam foto tersebut dan memang baru pertama kali dilihat oleh dirinya. Guna memastikan lagi apa yang dikatakan oleh kedua anak asuhnya. Tapi jika dilihat sekilas, wajah polos dalam foto itu tidak mungkin seperti yang dikatakan oleh Nyonyanya pada Daniel dan Daniella.
Dania ikut terlibat dalam obrolan penting yang terjadi antara Haidar dan Dewa sampai pukul 11 malam. Untung saja Bibi Tuti bisa menginap malam ini dirumahnya.
Selesai obrolan penting mereka, ketiganya keluar dari ruangan kerja Dewa. Dewa dan Bianca yang terlebih dulu berpamitan pada Haidar, sehingga Haidar mencoba menebak hubungan mereka.
"Apa kalian sepasang kekasih?."
Dewa tersenyum sambil merangkul pinggang Bianca dengan cukup posesif.
"Tebakan Tuan Haidar sangat tepat sekali. Bahkan sebentar lagi kami akan menikah."
"Oh, selamat kalau begitu. Semoga semua acara kalian berjalan lancar sampai hari kalian tiba." Dengan tulus Haidar mengatakan itu pada kedua orang yang sedang menjalin kasih tersebut.
"Terima kasih Tuan Haidar." Dewa melepaskan tangannya dari pinggang Bianca dan berjabat tangan dengan Haidar, begitu juga dengan Bianca.
Haidar menatap keduanya yang baru saja berlalu dari hadapannya. Lalu Haidar mengikuti mereka sampai lobby karena Haidar mencari sesuatu yang bisa diminumnya. Dan pilihannya pada wine yang beralkohol rendah karena memang dirinya tidak terlalu bisa banyak minum.
Lamunannya terbang pada kejadian beberapa tahun silam saat perjalanan bisnisnya ke Bali. Di bawah pengaruh obat perangsang yang diberikan lawan bisnisnya, Haidar meniduri gadis yang masih bersegel. Namun sayang, Haidar tidak bisa melihat wajah tersebut karena keadaan kamar yang gelap gulita. Hanya aroma wangi tubuhnya yang masih teringat jelas di dalam indra penciumannya.
Sekian lama Haidar tidak menemukan pemilik aroma wangi yang sampai sekarang dicarinya, guna memastikan kehidupan wanita itu setelah dirinya mengambil mahkotanya. Apa dirinya meningalkan kehidupan lain pada gadis itu atau tidak?.
Kini Haidar dapat mencium aroma wangi itu ada apa Bianca, wanita yang sudah memiliki kekasih dan akan segera menikah.
Apa memang benar wanita itu adalah Bianca?. Pertanyaan itu kembali membawa lamunan Haidar pada sosok Bianca yang baru tadi pagi ditemuinya.
"Aku harus segera memastikannya sendiri sebelum pernikahan mereka berlangsung."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments