Bab 4 D&D

Setelah sarapan dan membicarakan bisnis dengan Dewa dan kedua orang tuanya, Gustaf berpamitan untuk berjalan-jalan sebentar di area hotel itu.

Langkah kaki Gustaf membawanya pada bangunan perkantoran yang menjulang tinggi. Padahal dulunya adalah beberapa rumah sederhana yang berdiri di sana.

"Ada yang bisa aku bantu Tuan?." Tanya security pada Gustaf dengan begitu hormatnya.

Gustaf menatap lekat pada pria itu lalu mengajukan sebuah pertanyaan. "Kalau aku bertanya, apa kau bisa menjawabnya?."

"Kalau apa yang Tuan tanyakan pada ku, aku mengetahuinya, maka aku akan menjawab sejujurnya. Kalau pun tidak bisa, aku minta maaf.Berarti aku tidak bisa membantu Tuan."

Gustaf mengangguk lalu mengajukan pertanyaan lagi. "Kemana pindahnya orang-orang yang tinggal di sini sebelum gedung itu berdiri?. Kalau kau bisa memberitahu ku, aku akan memberikan sejumlah uang."

Wajah security itu menjadi serius, kira-kira siapa yang dimaksud pria itu?.

"Mereka semua pergi ke berbagai tempat. Yang sebagian aku tidak mengetahuinya, namun ada beberapa juga yang saat ini rumahnya berdekatan dengan rumah ku."

"Semoga saja orang yang dicarinya berada dekat dengan orang ini." Batin Gustaf sambil mengeluarkan sebuah foto dari dalam saku jasnya.

"Lihat wanita ini baik-baik, apa kau tahu?."

Security itu begitu sumringah ketika dia sangat mengenal baik wanita yang ada di dalam foto itu.

"Ini, Nyonya Belinda. Mommy nya Non Bianca. Kebetulan istri saya bekerja pada mereka." Jawab security jujur.

"Kau tuliskan alamatnya sekarang!." Gustaf meminta security itu untuk menuliskan alamatnya pada bagian belakang foto tersebut. Lalu security tersebut menerima imbalan yang cukup banyak dari informasi yang diberikannya.

Mobil hotel yang Gustaf kendarai sudah berhenti disebuah bangunan sederhana tapi sangat layak huni. Memang sangat jauh bila dibandingkan dengan mansion mewah miliknya yang ada dibeberapa negara.

"Belinda." Gumam Gustaf ketika melihat wanita yang duduk dikursi roda itu keluar dari rumah dan langsung membelakangi matahari. Menjemur tubuh bagian belakangannya.

Ada sebuah rindu dan kecewa yang sampai saat ini masih menyelimuti hati Gustaf. Semuanya tidak ada yang terucap karena merasa harga dirinya sebagai seorang suami diinjak-injak oleh mantan istrinya tersebut.

"Bian!, Mommy sudah berjemurnya." Seru Belinda sambil menggerakkan kakinya, namun sangat terasa sulit.

"Mommy mau makan di sini atau di dalam?." Bianca membantu mengikat rambut Mommy nya.

"Kamu tidak ke kantor?."

"Nanti siang Mom, aku sudah meminta izin. Bibi Tuti ada urusan sebentar."

Belinda mengangguk sambil mengusap lengan Bianca. "Kita makan di dalam saja."

"Baiklah, meluncur Mom." Bianca segera membawa masuk Mommy nya dengan mendorong kursi roda sang Mommy.

Interaksi keduanya tidak luput dari pengamatan Gustaf yang masih setia berada tidak jauh dari sana. Sehingga Gustaf dapat mendengar suara mereka yang sudah lama dirindukannya.

Setelah merasa cukup melihat keduanya, Gustaf kembali mengendarai mobil menuju hotel. Karena sudah terlalu lama dirinya berada di luar dan itu akan membuatnya kelelahan.

Bianca sudah tiba di kantor bersamaan dengan si kembar yang baru selesai makan siang di lantai tersebut.

"Nona Bian!." Seru Daniella sambil berlari.

Bianca menoleh sambil tersenyum kearah mereka yang menghampirinya.

"Masih ingat kami?." Tanya Daniella lagi.

"Tentu saja gadis cantik. Nona muda Daniella dan Tuan muda Daniel." Tunjuk Bianca pada keduanya.

"Tuan muda, Nona muda." Sambil ngos-ngosan Nanny mengatur nafasnya. Karena dirinya dikerjai oleh kedua anak asuhnya untuk menaiki anak tanggak sebanyak tiga lantai.

"Tidak baik mengerjai Nanny, jadi kasihan kan Nanny nya?." Bianca hendak mengusap rambut kepala Daniella tapi sayang diurungkannya karena Bianca melihat kedatangan Roseline dan Haidar.

"Selamat siang Tuan Haidar, Nyonya Roseline." Sapa Bianca sambil tersenyum dan menundukkan sedikit kepalanya.

"Selamat siang Nona Bianca." Sapa balik Haidar dengan senyum hangatnya. Namun tidak dengan Roseline yang bersikap angkuh dan sok tidak kenal pada Bianca. Padahal mereka memiliki darah yang sama yang berasal dari Belinda dan Gustaf.

"Sayang, kamu temani saja anak-anak berenang. Biarkan Nanny menemani ku di sini."

"Hore Daddy, kita berenang." Seru Daniella dengan begitu gembiranya. Kemudian Haidar mendekati Bianca untuk mengambil kedua anaknya yang berdiri di samping Bianca.

Lagi-lagi aroma wangi yang sama yang tercium oleh Haidar saat melewati tubuh Bianca. Pria itu sudah harus bergerak untuk mencoba satu kesempatan yang datang. Karena baru sekarang dirinya menemukan wangi yang sama dengan wanita yang pernah bermalam dengannya di Bali.

Sudah tidak ada siapa pun lagi di sana, kecuali Bianca dan Roseline serta Nanny yang diminta Roseline untuk segera kembali ke kamarnya.

Dengan angkuhnya wanita itu berbicara pada adik kandung yang dibesarkan oleh Mommy nya.

"Jangan sampai kamu mencari masalah dengan ku, Bian. Sudah bagus aku membesarkan mereka dan memberikan nama suami ku pada kedua anak yang tidak diketahui siapa ayahnya. Jangan melukai siapa pun dengan pengakuan atau cara apa pun itu untuk mengambil mereka dari tangan ku."

"Sampai kapan Kak?. Sampai kapan mereka akan menjadi milik mu?. Karena sudah sangat jelas kalau mereka berdua adalah milik ku bukan milik Kak Rose."

"Sampai aku mati, Bian. Kalau perlu sampai aku mati. Supaya aku tidak bisa melihat kebahagiaan mereka lagi karena telah berkumpul dengan ibu yang telah melahirkan mereka."

"Kak Rose sangat egois!."

"Tidak, Bian. Aku tidak egois. Kalau aku egois, tidak mungkin aku membawa mereka dan membiarkan kedua anak itu bertemu dan mengenal mu. Walau sebagai orang lain bukan ibu mereka."

Kemudian Roseline menatap pria yang mendekati mereka.

"Dad."

Deg

Untuk pertama kalinya lagi setelah sekian tahun, Bianca bertemu dengan sosok ayah yang tidak pernah menyayanginya.

Perlahan Bianca membalik tubuhnya guna melihat seperti apa sekarang sosok pria yang pernah dipanggil Daddy itu.

Gustaf masih ingat dengan wajah cantik yang sangat disayanginya namun dirinya begitu sulit untuk mengungkapkannya. Sangat berbeda pada Roseline yang kapan saja dirinya bisa menunjukkan bahasa kasihnya.

Kedua netra mereka bertemu dan untuk beberapa saat saling menatap hingga pria itu yang memutus dan menanyakan kedua cucunya.

"Di mana Neil dan Ella?."

Bianca tersenyum samar ketiak Mommy dan Daddy nya memiliki panggilan yang sama terhadap Daniel dan Daniella.

"Berenang bersama Daddy nya."

"Ayo kita kesan!."

Roseline dan Gustaf berjalan meninggalkan Bianca yang masih berdiri sana. Lagi-lagi Bianca yang harus ditinggalkan, kenapa?.

Satu pertanyaan simple itu sampai sekarang belum terjawab dan belum ada yang memberinya jawaban.

Dari lantainya bekerja, Bianca bisa menatap mereka yang selalu dikelilingi kebahagiaan. Senyum manis Bianca terlihat saat pandangannya tertuju pada Daniel dan Daniella. Dan itu bisa ditangkap langsung oleh Haidar yang sejak tadi tahu kalau Bianca berdiri di sana dan memperhatikan kedua anak kembarnya.

Terpopuler

Comments

Yanti Gunawan

Yanti Gunawan

syedih sekali jd bianca😭 bapk lucnut kakak lucnut ipar lucnut owh ☹😠

2023-09-30

0

Ayu galih wulandari

Ayu galih wulandari

Lanjuuut kak jgn lama2 ya...🤗😘😘😘😘😘

2023-09-30

0

Astri

Astri

eh, ipar e dewe tibak e

2023-09-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!