Beberapa tahun telah berlalu, Belinda sudah semakin tua dan sakit-sakitan. Yang mengurus dan menemaninya hanya Bianca, tanpa tahu luka hati Bianca yang disebabkan oleh dirinya.
Bianca memendam semuanya seorang diri tanpa ada yang bisa diajaknya bicara sampai beberapa tahun lalu. Tapi kini, satu tahun terakhir Bianca memiliki seseorang yang disebutnya sebagai kekasih yang setia menemani dan selalu ada untuk Bianca dalam hal apa pun.
Dewa Hartanto, kekasih Bianca yang sudah tahu semua cerita masa lalunya termasuk Daniel dan Daniella. Pria itu merasa iba terhadap gadis muda yang bekerja sebagai assisten pribadinya itu.
"Hotel kita akan kedatangan tamu kehormatan, orang itu salah satu orang yang paling berpengaruh dalam dunia bisnis untuk semua sektor. Jadi semuanya harus dipastikan tidak ada masalah apa pun." Dewa menyerahkan profil seorang pria yang wajahnya tetap tampan, namun rambutnya sudah di dominasi warna putih seperti milik Mommy nya.
Meski Bianca mengenali pria itu, tapi Bianca tetap menjadi Bianca yang seolah tidak mengenal pria tersebut. Itu akan jauh lebih baik bagi dirinya yang tidak pernah mendapatkan kasih sayang sedikit pun dari pria itu. Bahkan bisa dibilang, kalau dirinya sudah tidak menganggap orang itu ada di dalam hidupnya.
"Sendiri atau bersama rombongan?."
"Bersama anak, cucu dan menantunya."
Deg
Hampir saja layar berukuran sedang itu terjatuh dari tangan Bianca setelah mendengar apa yang dikatakan kekasih sekaligus atasannya.
Dewa memberitahu Bianca tentang semuanya hanya secara garis besarnya saja.
"Daniel, Daniella." Batin Bianca sambil meremas kuat ujung blazer yang dikenakannya. Seperti apa wajah mereka saat ini?. Bagaimana sekarang bentuk tubuh kedua bayi kembarnya yang dulu subur-subur?. Apa dirinya akan dapat mengenali kedua anak kembarnya?. Apa Daniel dan Daniella akan dapat merasakan kasih sayang dan kerinduannya yang terpendam selama bertahun-tahun lamanya.
"Bian, ada apa?. Apa kurang jelas apa yang aku katakan?." Dewa menyentuh lembut pundak Bian.
Dewa yang sejak tadi menceritakan tamu kehormatannya tidak didengar dengan baik oleh Bianca. Justru Bianca memiliki pikirannya sendiri yang tertuju pada anak-anaknya.
"Tidak, Dewa. Semuanya sudah sangat jelas." Hanya satu orang yang belum diketahui oleh Bianca secara baik, yaitu Haidar Allan yang menjadi suami kakaknya.
Dan itu bisa dicari Bianca melalui internet. Biasanya tidak susah untuk menemukan informasi mengenai orang-orang kaya yang berpengaruh di dalam dunia bisnis.
Bianca sudah pulang membawa mobilnya sendiri, karena Dewa harus mengecek ulang setiap kamar hotel yang akan digunakan oleh tamu agungnya. Sebab Dewa sendiri seseorang yang sangat perfeksionis dalam urusan apa pun, apalagi ini pekerja yang akan banyak mendatangkan cuan bagi perusahaan.
"Nyonya Belinda sudah mandi dan makan, minum obat juga sudah. Kalau Neng Bian mau makan, masih ada di meja makan lauknya." Bibi Tuti melaporkan pekerjaannya pada Bianca sebelum pulang ke rumahnya.
Untung saja rumah Bibi Tuti ada di belakang perumahan yang sekarang ditinggali Bian. Jadi tidak terlalu masalah kalau Bibi Tuti pulang malam. Karena Bian pasti akan memesankan ojek untuk mengantar Bibi Tuti sampai rumahnya.
"Iya Bi, terima kasih banyak sudah menemani dan merawat Mommy saat aku kerja."
Bianca merasa terbantu sekali dengan adanya Bibi Tuti dalam hidupnya, seolah Bibi Tuti menjadi ibu kedua bagi Bian di rumah itu.
"Sama-sama Neng Bian."
Bianca mengantar Bibi Tuti sampai depan, kemudian masuk lagi ke dalam rumah setelah ojek membawa Bibi Tuti pergi dari rumahnya.
Bianca masuk ke dalam kamar Belinda, setiap malamnya Bianca akan tidur di sana. Ingin menemani sang Mommy yang sudah jarang sekali berbicara padanya.
Malam ini terasa sangat lama sekali, padahal Bianca sudah sangat menantikan esok hari. Di mana untuk pertama kalinya Bianca akan bertemu dengan kedua bayi kembarnya.
"Kamu gelisah sekali, ada apa?."
Bian memiringkan tubuhnya hingga menghadap Mommy nya.
"Mommy percaya tidak, kalau besok aku akan bertemu dengan Niel dan juga Ella?."
Senyum hangat yang selalu bisa Belinda lihat dan rasakan setiap kali Bianca membicarakan Neil dan Ella. Cucunya yang sekarang sudah berpindah tangan meski pada anak pertamanya.
"Benar kah?, di mana?." Belinda menggerakkan jari-jarinya untuk mengusap air mata Bianca yang keluar dari sudut matanya.
Bianca mengangguk sembari mengecup telapak tangan sang Mommy.
"Di perusahaan tempat aku bekerja." Lanjut Bianca balik menyeka air mata Mommy nya.
"Mommy minta maaf karena sudah mengambil keputusan besar tentang mu tanpa bertanya terlebih dahulu pada mu."
Dengan cepat Bianca menggeleng lalu membawa tangan sang Mommy lalu diletakkannya di atas kepala Bianca.
"Bian sudah memaafkan Mommy dan sekarang Mommy harus selalu mendoakan Bian."
Dengan air mata yang terus mengalir, Belinda menganggukkan kepalanya sambil berusaha tersenyum pada putri yang sudah disakitinya.
Hari yang dinanti telah tiba, sebelum berangkat bekerja Bianca selalu menyempatkan diri untuk berpamitan dan memohon doa restu Mommy nya.
Terlebih hari ini akan menjadi momen yang paling bersejarah dalam hidupnya. Bianca mengendarai mobilnya untuk bisa sampai di hotel tempatnya bekerja.
Persiapan yang sudah sangat sempurna dilakukan oleh pihak hotel dan Bianca yakin tamu yang sudah ditunggu itu tidak akan merasakan apa yang namanya kecewa.
"Bian, katanya Pak Dewa mereka sudah dalam perjalanan." Kata Yuli yang mengekori Bianca.
"Semua orang sudah standby di tempatnya masing-masing?."
"Sudah, Bian."
"Baiklah, kau atur di sini, aku akan ke office ada yang harus aku ambil."
"Jangan lama-lama!." Yuli sedikit berbisik dengan penuh perintah ketika melihat Dewa yang baru datang bersama keluarganya.
Tamu yang mereka tunggu pun tiba juga di lobby hotel. Dewa dan keluarga berserta jajaran staf terbaiknya menyambut kedatangan mereka.
"Selamat datang Tuan Gustaf Alvaro, Tuan Haidar Allan dan Nyonya Roseline Allan." Sambut Dewa pada ketiga orang tersebut dengan mengajak mereka bersalaman. Namun sayang, tangan Dewa hanya disambut baik oleh Haidar. Sedangkan Gustaf dan Roseline mengabaikannya.
Meski begitu Dewa sudah cukup senang dan tetap memberikan pelayanan terbaiknya pada mereka.
Haidar meninggalkan mertua dan istrinya kala melihat Nanny nya mengajar anak kembarnya yang berlari menuju ke arah pintu lift yang terbuka.
"Tuan Haidar, maafkan saya..."
"Kau tunggu di sini dan jangan katakan apa pun pada Roseline." Haidar mengajar kedua anaknya melalui tangga darurat setelah melihat lantai yang dituju anak-anaknya.
"Apa yang sedang mereka cari?." Batin Haidar semakin melebarkan langkahnya sambil melepaskan kancing jas dan melonggarkan ikatan dasinya.
Dengan keringat yang bercucuran, Haidar sampai juga di lantai yang dituju dan langsung mencari keberadaan kedua anaknya. Senyum Haidar terbit saat melihat orang yang dicarinya berada tidak jauh dari dirinya.
"Daniel!, Dani!."
"Siapa kau?."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments