*****
“Eh
jadi kalian berangkat?” tanya Max yang sedang melakukan panggilan video Bersama
teman-teman yang lainnya.
“Jadilah,
gak liat apa AKU sama Gita udah ketemu begini,” jawab An sambil mengumpulkan dan
merapikan barangnya.
“Pengen
ikut wei, kalian jahat laah,” rengek Kak Rhya.
“Ikut
woy,” tambah Gyel dan Ainun.
“Ayo
lah pada nyusul, kita tungguin ini. Setengah jam lagi berangkat.” Ucap Gita
dengan muka songongnya.
Andana
hanya tertawa melihat Gita yang memamerkan keberangkatan mereka.
“Hati-hati
disana ya. Itu tempat asing, jangan sampai pisah kalian berdua,” nasehat Max tiba-tiba.
“Berasa
dinasehati sama orang tua deh kalo begini,” celetuk Andana.
“Aku
seriusan lho ini, gak lagi bercanda. Moy inget kamu disana gak sendirian,” kata
Max lagi.
“Lah
yang bilang aku sendirian siapa lho?” jawab An heran.
"Moy, aku tau sifat kamu, meskipun aku belom ketemu
sama kamu. Aku sebagai temen cuma mau ngingetin kamu saja. Jangan sampai kamu
bertingkah konyol," ucap Max dengan nada seriusnya.
Andana menatap layar ponselnya sejenak sambil memasang wajah datarnya dan hanya menghela napas mendengar apa yang dikatakan
Max.
"Kamu kenapa sih, Khodam? Aneh banget hari ini. Enggak
biasanya kamu pasang wajah serius begitu. Kita disana cuma seminggu lho. Kamu seperti itu karna gak jadi berangkat bareng kita, ya?" celetuk Gita.
"Bukan masalah itu bek, cuma perasaan aku gak
enak saja. Aku berharap ini cuma perasaan saja." Ucap Max lagi.
"Udah-udah, kenapa jadi tegang gini sih. Iya-iya
aku bakalan hati-hati disana ntar. Kamu gak perlu khawatir. Nanti kalo ada
apa-apa aku bakalan kabarin kamu deh," ucap Andana menyudahi perdebatan itu.
Sedangkan teman-teman yang lain hanya bisa terdiam
mendengarkan percakapan yang agak ambigu itu. Semua juga heran melihat tingkah
Max yang tidak seperti biasanya. Dimana biasanya dia pecicilan dan tidak pernah
mau serius dalam berbicara.
"Doain kita selamat dan balik lagi dengan keadaan
utuh ke Indonesia ya, nanti kalo udah sampai disana kita Video call lagi
oke." Tambah Andana.
"Iya, hati-hati yaa," ucap mereka bersamaan.
Dan Anpun menyudahi panggilan itu. Namun An masih
memikirkan perubahan sikap Max hari ini.
"Ada apa ya Ta sama Max? Gak biasanya dia seperti
itu," tanya An pada Gita.
"Gak tau tuh Mams aneh banget dia hari ini. Bikin
parno orang aja," jawab Gita yang masih membereskan barang-barang
miliknya.
"Ya sudahlah semoga aja gak terjadi apa-apa yaa,
nanti pas sampai Thailand coba Mams telpon deh. Nanya ada apa sama dia. Sekarang
ayok kita ke bandara. Takutnya nanti kita terlambat," ajak An kemudian.
"Iya ayo, Mams," jawab Gita dengan sunggingan
senyumnya.
Merekapun bergegas menuju bandara dengan memesan taxi
online.
Setelah melewati berbagai tahap pemeriksaan, akhirnya
merekapun sudah berada didalam pesawat yang akan membawa mereka ke negara gajah
putih itu.
"Kita doa dulu ya Ta, semoga selamat sampai
sana," ajak An saat sudah berada didalam pesawat. Gita pun mengangguk
dan mulai berdoa.
*****
Setelah melakukan perjalanan panjang yang nyaris 5 jam
itu, akhirnya pesawat mendarat dengan sempurna meskipun ada beberapa kali
mengalami turbelensi.
Andana pun tidak berhenti memandang kagum ketika ia
mulai keluar dari pesawat hingga ia keluar dari bandara itu. Bukan hanya Andana,
ternyata Gita juga terus berdecak kagum melihat negara itu. Bagaimana tidak,
beberapa tahun belakangan kami hanya mampu melihat negara itu dari layar ponsel
mereka saja. Dan sekarang mereka benar-benar ada dan menginjakkan kaki disana.
Rona bahagia tidak dapat mereka sembunyikan lagi.
Merekapun bergegas menuju penginapan yang sudah mereka pesan ketika masih di
Indonesia. Tentunya setelah mereka mengambil beberapa foto di tempat-tempat yang
menurut mereka keren.
"Aahhhhhh, akhirnya sampai," ucap Gita yang
melempar tubuhnya ke atas kasur empuk itu.
Sedangkan Andana mencoba untuk membuka tirai jendela yang
menutupi kamar mereka. An memandang keluar menikmati pemandangan baru yang ia
idam-idamkan beberapa tahun ini.
"Akhirnya aku kesini, aku benar-benar ada di
Bangkok. Aku benar-benar bisa menghirup udara yang sama dengan Prachaya, it's
my dreams," ucap Andana sambil menatap kota itu dari atas kamar mereka yang
berada di lantai 15 itu. Keindahan kota Bangkok dapat mereka nikmati dari sini.
Meskipun mereka mengeluarkan sedikit lebih banyak uang untuk menginap disini.
Tapi pemandangan disini benar-benar sepadan dengan apa yang mereka bayar.
Sebab, hotel tempat mereka saat ini tinggal adalah salah satu hotel yang sering di pakai para aktris atau aktor Thailand untuk istirahat. Itulah sebabnya Gita merekomendasikan hotel ini untuk tempat tinggal mereka selama disana.
"Mams, kita istirahat dulu ya, nanti sorean baru
kita keluar ya. Acaranya Prachaya juga kan nanti malam," pinta Gita yang
sudah terlihat lelah itu.
"Iya, kamu istirahat aja dulu ta, capek banget
keliatannya. Mams mau turun sebentar ya, itu ada penjual makanan gak jauh dari
hotel kita. Mams mau lihat jual apa. Kalau bisa kita makan Mams akan beli untuk
makan kita sebelum berangkat nanti. Kamu istirahat aja disini ya," ucap An
sambil melihat kebawah.
"Iya Mams, kalo ada Thai tea aku mau ya Mams pake
Boba," pinta Gita lagi sambil memejamkan matanya.
"Iya," jawab An yang berjalan mendekati
ransel nya dan meraih kamera yang sengaja ia bawa untuk mengabadikan acara ulang
tahun Prachaya nanti malam.
Andana berjalan menuju lift hotel itu untuk turun ke
lobby. Setelah itu Andana berjalan santai sambil sesekali memotret tempat yang
menurutnya epik. Hingga ia sampai ditempat yang ada beberapa penjual makanan
kaki lima tengah menjajakan dagangan mereka.
Anpun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. An
memotret beberapa makanan yang menurutnya lucu. Bahkan tak jarang penjual disana
tersenyum melihat tingkah An yang terpana melihat semua itu.
*****
"Ta, bangun ta, udah jam setengah 6. Makan dulu,
trus siap-siap." Kata An membangunkan Gita yang masih terlelap.
"Hmm? Jam setengah 6, Mams? Kenapa gak bangunin
dari tadi Mams? Bisa telat kita nanti. Harusnya kita berangkat dari jam 3 atau
4 tadi. Biar kita dapet sport yang bagus buat nonton," kata Gita yang
terperanjat dari tidurnya.
"Kamu kan tidur. Mams mau bangunin gak tega liat
kamu tidur nyenyak banget. Udah gak apa-apa, kalo memang udah rezeki kita, pasti nanti
kita akan dapatkan tempat itu. Sekarang makan dulu. Liat Mams tadi ketemu
ini," ucap An menenangkan Gita sambil menunjuk bungkusan di atas nakas.
"Apa itu Mams?" Tanya Gita sambil menatap
bungkusan itu.
"Som tum, asli enak banget," kata An setengah
berbisik.
Dan itu berhasil membuat senyum Gita terkembang
sempurna. Sebab salah satu yang akan mereka lakukan datang ke negara ini adalah mencicipi som tum asli negara Thailand.
Tak lama dari menyantap makanan itu, merekapun segera
bersiap dan berangkat ketempat dimana mereka akan bertemu dengan idola mereka. Siapa
lagi jika bukan Prachaya. Pria yang membuat Andana menabung satu tahun ini untuk
bisa bertemu dengannya.
"Ayo Mams buruan. Disana kayaknya sport nya pas
buat dokumentasi. Kita juga gak terlalu jauh dan bisa dengan jelas lihat
Prachaya," seru Gita saat menemukan tempat yang pas untuk mereka duduk.
Andana hanya menuruti Gita, dan mengikutinya dari
belakang. Karna jujur, saat ini begitu banyak orang dan begitu riuh suara
menggema didalam ballroom tempat di adakannya acara itu. Dan itu sangat
membuat An tidak nyaman. An tidak melepaskan lengan Gita hingga ia dan Gita
duduk ditempat yang mereka inginkan.
Andana berusaha mengatur nafasnya agar ia bisa lebih
tenang dan tidak panik. Keringatnya bercucuran dari pelipisnya. An merasakan
pusing dan mual, dadanya berdebar kencang, serta An merasakan menggigil. Gita
yang melihat wajah An memucat itupun bingung.
"Mams kenapa? Mams sakit?" Tanya Gita
khawatir.
"Ah enggak kok Ta. Cuma disini sangat riuh dan
ramai, Mams gak terbiasa ada ditempat seperti ini." Jawab An mencoba
tersenyum.
"Mams yakin bisa tahan dengan semua ini. Ini
acaranya belom dimulai lho. Nanti kalau sudah dimulai akan lebih riuh
lagi." Tanya Gita lagi.
"Mudah-mudahan gak apa-apa Ta, sayang juga kalo
kembali. Kita udah sejauh ini. Jangan cuma karna hal ini semuanya batal. Gak
apa-apa. Mams masih oke," jawab An mencoba meyakinkan Gita yang khawatir.
"Tapi kalo gak kuat bilang ya, kita lebih baik
nunggu diluar aja," pinta Gita lagi. Dan An hanya mengangguk untuk
menjawabnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments