ITS MY DREAM

*****

“Eh

jadi kalian berangkat?” tanya Max yang sedang melakukan panggilan video Bersama

teman-teman yang lainnya.

“Jadilah,

gak liat apa AKU sama Gita udah ketemu begini,” jawab An sambil mengumpulkan dan

merapikan barangnya.

“Pengen

ikut wei, kalian jahat laah,” rengek Kak Rhya.

“Ikut

woy,” tambah Gyel dan Ainun.

“Ayo

lah pada nyusul, kita tungguin ini. Setengah jam lagi berangkat.” Ucap Gita

dengan muka songongnya.

Andana

hanya tertawa melihat Gita yang memamerkan keberangkatan mereka.

“Hati-hati

disana ya. Itu tempat asing, jangan sampai pisah kalian berdua,” nasehat Max tiba-tiba.

“Berasa

dinasehati sama orang tua deh kalo begini,” celetuk Andana.

“Aku

seriusan lho ini, gak lagi bercanda. Moy inget kamu disana gak sendirian,” kata

Max lagi.

“Lah

yang bilang aku sendirian siapa lho?” jawab An heran.

"Moy, aku tau sifat kamu, meskipun aku belom ketemu

sama kamu. Aku sebagai temen cuma mau ngingetin kamu saja. Jangan sampai kamu

bertingkah konyol," ucap Max dengan nada seriusnya.

Andana menatap layar ponselnya sejenak sambil memasang wajah datarnya dan hanya menghela napas mendengar apa yang dikatakan

Max.

"Kamu kenapa sih, Khodam? Aneh banget hari ini. Enggak

biasanya kamu pasang wajah serius begitu. Kita disana cuma seminggu lho. Kamu seperti itu karna gak jadi berangkat bareng kita, ya?" celetuk Gita.

"Bukan masalah itu bek, cuma perasaan aku gak

enak saja. Aku berharap ini cuma perasaan saja." Ucap Max lagi.

"Udah-udah, kenapa jadi tegang gini sih. Iya-iya

aku bakalan hati-hati disana ntar. Kamu gak perlu khawatir. Nanti kalo ada

apa-apa aku bakalan kabarin kamu deh," ucap Andana menyudahi perdebatan itu.

Sedangkan teman-teman yang lain hanya bisa terdiam

mendengarkan percakapan yang agak ambigu itu. Semua juga heran melihat tingkah

Max yang tidak seperti biasanya. Dimana biasanya dia pecicilan dan tidak pernah

mau serius dalam berbicara.

"Doain kita selamat dan balik lagi dengan keadaan

utuh ke Indonesia ya, nanti kalo udah sampai disana kita Video call lagi

oke." Tambah Andana.

"Iya, hati-hati yaa," ucap mereka bersamaan.

Dan Anpun menyudahi panggilan itu. Namun An masih

memikirkan perubahan sikap Max hari ini.

"Ada apa ya Ta sama Max? Gak biasanya dia seperti

itu," tanya An pada Gita.

"Gak tau tuh Mams aneh banget dia hari ini. Bikin

parno orang aja," jawab Gita yang masih membereskan barang-barang

miliknya.

"Ya sudahlah semoga aja gak terjadi apa-apa yaa,

nanti pas sampai Thailand coba Mams telpon deh. Nanya ada apa sama dia. Sekarang

ayok kita ke bandara. Takutnya nanti kita terlambat," ajak An kemudian.

"Iya ayo, Mams," jawab Gita dengan sunggingan

senyumnya.

Merekapun bergegas menuju bandara dengan memesan taxi

online.

Setelah melewati berbagai tahap pemeriksaan, akhirnya

merekapun sudah berada didalam pesawat yang akan membawa mereka ke negara gajah

putih itu.

"Kita doa dulu ya Ta, semoga selamat sampai

sana," ajak An saat sudah berada didalam pesawat. Gita pun mengangguk

dan mulai berdoa.

*****

Setelah melakukan perjalanan panjang yang nyaris 5 jam

itu, akhirnya pesawat mendarat dengan sempurna meskipun ada beberapa kali

mengalami turbelensi.

Andana pun tidak berhenti memandang kagum ketika ia

mulai keluar dari pesawat hingga ia keluar dari bandara itu. Bukan hanya Andana,

ternyata Gita juga terus berdecak kagum melihat negara itu. Bagaimana tidak,

beberapa tahun belakangan kami hanya mampu melihat negara itu dari layar ponsel

mereka saja. Dan sekarang mereka benar-benar ada dan menginjakkan kaki disana.

Rona bahagia tidak dapat mereka sembunyikan lagi.

Merekapun bergegas menuju penginapan yang sudah mereka pesan ketika masih di

Indonesia. Tentunya setelah mereka mengambil beberapa foto di tempat-tempat yang

menurut mereka keren.

"Aahhhhhh, akhirnya sampai," ucap Gita yang

melempar tubuhnya ke atas kasur empuk itu.

Sedangkan Andana mencoba untuk membuka tirai jendela yang

menutupi kamar mereka. An memandang keluar menikmati pemandangan baru yang ia

idam-idamkan beberapa tahun ini.

"Akhirnya aku kesini, aku benar-benar ada di

Bangkok. Aku benar-benar bisa menghirup udara yang sama dengan Prachaya, it's

my dreams," ucap Andana sambil menatap kota itu dari atas kamar mereka yang

berada di lantai 15 itu. Keindahan kota Bangkok dapat mereka nikmati dari sini.

Meskipun mereka mengeluarkan sedikit lebih banyak uang untuk menginap disini.

Tapi pemandangan disini benar-benar sepadan dengan apa yang mereka bayar.

Sebab, hotel tempat mereka saat ini tinggal adalah salah satu hotel yang sering di pakai para aktris atau aktor Thailand untuk istirahat. Itulah sebabnya Gita merekomendasikan hotel ini untuk tempat tinggal mereka selama disana.

"Mams, kita istirahat dulu ya, nanti sorean baru

kita keluar ya. Acaranya Prachaya juga kan nanti malam," pinta Gita yang

sudah terlihat lelah itu.

"Iya, kamu istirahat aja dulu ta, capek banget

keliatannya. Mams mau turun sebentar ya, itu ada penjual makanan gak jauh dari

hotel kita. Mams mau lihat jual apa. Kalau bisa kita makan Mams akan beli untuk

makan kita sebelum berangkat nanti. Kamu istirahat aja disini ya," ucap An

sambil melihat kebawah.

"Iya Mams, kalo ada Thai tea aku mau ya Mams pake

Boba," pinta Gita lagi sambil memejamkan matanya.

"Iya," jawab An yang berjalan mendekati

ransel nya dan meraih kamera yang sengaja ia bawa untuk mengabadikan acara ulang

tahun Prachaya nanti malam.

Andana berjalan menuju lift hotel itu untuk turun ke

lobby. Setelah itu Andana berjalan santai sambil sesekali memotret tempat yang

menurutnya epik. Hingga ia sampai ditempat yang ada beberapa penjual makanan

kaki lima tengah menjajakan dagangan mereka.

Anpun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. An

memotret beberapa makanan yang menurutnya lucu. Bahkan tak jarang penjual disana

tersenyum melihat tingkah An yang terpana melihat semua itu.

*****

"Ta, bangun ta, udah jam setengah 6. Makan dulu,

trus siap-siap." Kata An membangunkan Gita yang masih terlelap.

"Hmm? Jam setengah 6, Mams? Kenapa gak bangunin

dari tadi Mams? Bisa telat kita nanti. Harusnya kita berangkat dari jam 3 atau

4 tadi. Biar kita dapet sport yang bagus buat nonton," kata Gita yang

terperanjat dari tidurnya.

"Kamu kan tidur. Mams mau bangunin gak tega liat

kamu tidur nyenyak banget. Udah gak apa-apa, kalo memang udah rezeki kita, pasti nanti

kita akan dapatkan tempat itu. Sekarang makan dulu. Liat Mams tadi ketemu

ini," ucap An menenangkan Gita sambil menunjuk bungkusan di atas nakas.

"Apa itu Mams?" Tanya Gita sambil menatap

bungkusan itu.

"Som tum, asli enak banget," kata An setengah

berbisik.

Dan itu berhasil membuat senyum Gita terkembang

sempurna. Sebab salah satu yang akan mereka lakukan datang ke negara ini adalah mencicipi som tum asli negara Thailand.

Tak lama dari menyantap makanan itu, merekapun segera

bersiap dan berangkat ketempat dimana mereka akan bertemu dengan idola mereka. Siapa

lagi jika bukan Prachaya. Pria yang membuat Andana menabung satu tahun ini untuk

bisa bertemu dengannya.

"Ayo Mams buruan. Disana kayaknya sport nya pas

buat dokumentasi. Kita juga gak terlalu jauh dan bisa dengan jelas lihat

Prachaya," seru Gita saat menemukan tempat yang pas untuk mereka duduk.

Andana hanya menuruti Gita, dan mengikutinya dari

belakang. Karna jujur, saat ini begitu banyak orang dan begitu riuh suara

menggema didalam ballroom tempat di adakannya acara itu. Dan itu sangat

membuat An tidak nyaman. An tidak melepaskan lengan Gita hingga ia dan Gita

duduk ditempat yang mereka inginkan.

Andana berusaha mengatur nafasnya agar ia bisa lebih

tenang dan tidak panik. Keringatnya bercucuran dari pelipisnya. An merasakan

pusing dan mual, dadanya berdebar kencang, serta An merasakan menggigil. Gita

yang melihat wajah An memucat itupun bingung.

"Mams kenapa? Mams sakit?" Tanya Gita

khawatir.

"Ah enggak kok Ta. Cuma disini sangat riuh dan

ramai, Mams gak terbiasa ada ditempat seperti ini." Jawab An mencoba

tersenyum.

"Mams yakin bisa tahan dengan semua ini. Ini

acaranya belom dimulai lho. Nanti kalau sudah dimulai akan lebih riuh

lagi." Tanya Gita lagi.

"Mudah-mudahan gak apa-apa Ta, sayang juga kalo

kembali. Kita udah sejauh ini. Jangan cuma karna hal ini semuanya batal. Gak

apa-apa. Mams masih oke," jawab An mencoba meyakinkan Gita yang khawatir.

"Tapi kalo gak kuat bilang ya, kita lebih baik

nunggu diluar aja," pinta Gita lagi. Dan An hanya mengangguk untuk

menjawabnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!