RENCANA KEBERANGKATAN

Namanya

adalah Maxselouis, namun mereka lebih sering memanggil dia dengan sebutan Khodam.

Bukan tanpa sebab dia bisa mendapatkan julukan itu. Berawal dari salah satu aplikasi radio

online yang Andana dan teman-temannya pakai yang hanya sekedar untuk berkumpul dan bertukar cerita.

Dia masuk menjadi tamu disana, yang membuat Andana dan teman-temannya terkejut adalah, dia yang

datang tiba-tiba menerawang mereka satu-persatu. Mereka yang saat itu sedang

membawakan tema tentang cerita horror langsung ter distrack karena dia yang menebak mereka satu-persatu sedang melakukan apa saat itu. Agak horor emang awalnya, itu

sebabnya mereka menanggilnya kodham. Karna setiap mereka streaming dia selalu masuk

dan menerawang.

Hingga

akhirnya Andana mencoba meminta nomor ponselnya untuk menanyakan sesuatu padanya.

Andana yang memang tidak bisa basa-basi itu langsung saja bertanya tanpa babibu

lagi. Sejak itulah mereka dekat dan menjadi teman hingga saat ini. Dan entah

mengapa dia lebih suka memanggil Andana dengan sebutan Moy daripada nama aslinya An. Mungkin karna

badan Andana yang lumayan berisi.

“Bang,

liat deh. Cakep banget ya orang ini?” tanya Andana saat pertama kali mengenalkan

Prachaya pada Max.

“Cakepan juga aku,” jawabnya.

“Dih

ngaca!” celetuk An.

“Beneran

kok emang cakepan aku juga. Siapa itu?” tanya Max.

“Penasaran

juga kan kamu?” tanya Andana mengejek.

“Hahaha,

siapa Moy?” tanya nya lagi.

“Prachaya,”

jawab An singkat lewat pesan singkat padanya.

“Pasti

aktor Thailand, kan?” tebaknya.

“Iya,”

jawab Andana.

“Sejak

kapan kamu mengidolakan orang?” tanya nya lagi.

“Yaa,

sejak aku nonton series dia itu, hahha” jawab An lagi.

“Makin

gak waras kamu ya, An. Ini bukan kamu banget deh, aku jadi takut deh.” ucapnya lagi.

“Kamu

kenapa sih? Emang aku hantu sampai kamu takutin segala? Kan temen kamu hantu semua rata-rata.

Bukannya seneng temen kamu itu dah gak stress mikirin masalahnya lagi, malah kamu

takut. Aneh tau gak!” ucap An heran.

“Iya

aku itu senang Moy, tapi ini bukan kamu banget deh. Sejak kapan kamu mengidolakan

orang? Sejak kapan kamu jadi kepo sama hidup seseorang? Sejak kapan juga kamu

ngefangirl?” tanya Max yang masih tak percaya.

“Hahaha,”

hal itu pun membuat Andana tertawa membaca apa yang ditulis olehnya.

Sebenarnya

Andana juga awalnya bingung mengapa sekarang ia jadi seperti ini. Tapi yang ia tahu

sekarang, ia bahagia menjalani semuanya.

“Bang,

aku mau ke Thailand, kamu mau ikut enggak?” tanya An masih melalui pesan singkat.

“Mau

ngapain kamu ke Thailand? Jangan bilang mau nemuin Prachaya?” balas Max yang

sepertinya sudah tau gelagat Andana itu.

“Hehehe,

iya. Tapi aku mau nabung dulu. Kamu mau ikut enggak? Kalo enggak, aku berangkat

sendiri deh,” balas Andana lagi.

“Seperti

kamu paham saja kalau disana nanti. Kamu akson Thailand saja belom hapal. Mau sok-sok an

kesana sendirian,” balas Max lagi.

“Yee,

kan ada google translate. Lagian kalo aku belom bisa Bahasa Thailand juga enggak

apa-apa kesana sendirian. Kan bisa pake Bahasa inggris,” jawab An lagi.

“Sekarang

aku tanya, Bahasa inggris kamu sampe mana? Berapa kosakata yang sudah kamu pahami

dan hapal?” tanya Max lagi. Dan itu membuat Andana terdiam.

Baru

An sadari bahwa jangan kan Bahasa Thailand yang sangat sulit ia pelajari.

Bahasa inggrisnya saja masih berantakan dan tak jarang masih menggunakan google

translate untuk menerjemahkan kalimat dalam Bahasa inggris.

Tak

lama dari itu ponsel An pun berdering, terlihat panggilan video dari Max. Dengan

malas Andanapun mengangkatnya.

“Apaan?”

tanya An ketus.

“Kenapa

gak dijawab chat aku?” ejek Max dengan memasang wajah cengengesan.

“Berisik

ah!” timbal An masih ketus.

“Hahaha,

Moy,,, Moy,, kamu itu kalau disuruh menghayal aku akuin paling the best lah.” Goda Max

sambil terkekeh.

“Terus

saja kamu bully aku. Sampai nanti kamu beneran liat kalau aku pasti bisa menggapai apa

yang aku impikan ini kelak.” Ucap An yang masih ketus.

“Hahha,

iya deh iya. Aku percaya sama kamu deh. Apa sih yang enggak buat kamu,” ucap Max

mengalah.

“Hallah,

mulai kan kalau kamu sudah gak bisa lagi debat ama aku,” ucap An dengan bibir mencibir.

"Enggak kok, emang kapan sih aku mau debat sama kamu, Moy?" Tanya Max lagi.

"Ada

aja, awal-awal dulu juga kamu sering adu argumen sama aku, sampai sekarang kalo

debat ama kamu gak pernah aku gak emosi," timpal An lagi.

Hanya

gelak tawa yang terdengar.

“Tapi

seriusan dah Moy, kamu kenapa sih kalo sama aku bawaannya emosi terus?” tanya Max

lagi.

“Karna

kamu menyebalkan, bikin emosi saja kalo ngobrol ama kamu,” jawab Andana.

“Tapi

kenapa kalo kamu punya masalah selalu saja ceritanya sama aku?” tanya nya lagi.

Andana

terdiam sejenak setelah mendengarkan pertanyaan Max itu.

“Gak

tau, udah ah aku mau kerja dulu,” jawab An lagi dan menyudahi panggilan itu.

Sedangkan

diujung panggilan itu Max hanya tertawa mendengar ucapan terakhir Andana.

*

“Mams,

jadi tidur dimana malam ini? Apa mau tidur ditempat aku saja?” tanya Gita saat

berjalan keluar dari bandara.

“Enggak

usah kayaknya Ta, Mams akan cari hotel di deket sini saja. Kamu gimana?

Barang-barang kamu sudah diberesin semua? Pastikan gak ada yang tinggal ya, Ta,”

jawab An sambil masih menarik kopernya.

“Sudah

kok tenang saja Mams, kenapa gak mau tidur ditempat aku aja, Mams? jadikan

sekalian bisa ngirit uangnya?” tanya Gita lagi yang masih merayu An untuk ikut

dia saja.

“Mams

gak enak sama bos kamu Ta, gak apa-apalah nyari penginapan deket sini saja. Lagi

pula kan pesawat kita besok lumayan pagi. Atau gak kamu saja tidur di penginapan

sama Mams, jadi kita besok langsung bisa berangkat bersama,” saran Andana

kemudian.

Terlihat

Gita sedikit berfikir sambil menunggu taksi online yang mereka pesan itu

datang.

Iya,

besok adalah hari keberangkatan Andana dan Gita ke Thailand, negara yang sangat ingin Andana

datangi semenjak Andana mengenal Prachaya. Andana mengumpulkan uang gajinya selama

satu tahun ini agar ia bisa berangkat kesana. Saat Andana mengatakan pada

teman-temannya bahwa ia ingin ke Thailand, Gita tiba-tiba menyarankan untuk

menabung tiap bulan agar bisa cepat kesana. Dari sekian banyak yang

merencanakan untuk ikut, hanya tertinggal Andana dan Gita yang siap dengan segala

sesuatunya. Itulah mengapa hanya ia dan Gita yang akan terbang ke Thailand

besok.

Andana

bersyukur karna itu Gita, yang menjadi teman perjalanan pertamanya untuk

mewujudkan impuiannya ini. Itu sebabnya ia sangat antusias untuk itu.

“Boleh

juga saran Mams itu, tapi anterin aku ambil barang-barang aku dulu ya Mams,

sekalian aku mau pamit dulu sama bos,” ucap Gita memutuskan.

“Siap,

ayo itu deh mobil kita kayaknya,” ajak An saat melihat mobil mendekat kearah

mereka.

Merekapun

langsung dibawa menuju tempat kerja Gita, sambil menunggu Gita berpamitan untuk

cuti kerjanya itu, Andana menunggu didepan gerbang sambil mengedarkan pandangannya

kesegala arah diarea tempat Gita bekerja itu.

*****

“Mams,

mau keluar gak?” tanya Gita saat melihat An hanya fokus pada notebooknya didalam

kamar penginapan.

“Mau

kemana, Ta? Mams kan gak tau wilayah disini. Eh kamu udah bikin list belom untuk

apa-apa yang akan kita lakukan di Bangkok nanti?” tanya An lagi saat ia

mengingat hal penting dari perjalanan ini.

“Hmmm

udah ada beberapa list Mams, tapi kalo mau ditambahin boleh banget jadi kita

nanti puas bener disana nanti.” jawab Gita yang lalu mengeluarkan note kecil

dari dalam tasnya.

“Mau

ke Phuket gak, Ta? Cukup gak waktunya kalo kita kesana untuk 2-3 hari gitu.

Kayaknya seru kalo kita kesana. Katanya Phuket disana indah banget,” saran An.

“Boleh

aja sih Mams, tapi kita bakalan naik bis kesananya. Soalnya kalo kita naik

pesawat pasti nambah biaya tambahan. Apa kita mau liat dulu berapa biaya dari

Bangkok ke Phuket itu?” tanya Gita lagi.

“Boleh

, kalo emang bisa kita lakukan, lakukan aja sekalian Ta, tapi yang paling

penting itu kamu tau kan. Acara ulang tahunya Prachaya harus kita datangi dulu.

Ini harus Mams kasih langsung sama dia,” ucap An sambil memegang kado yang sudah

ia siapkan untuk hadiah ulang tahun Prachaya.

“Siap

Mams, kan tujuan kita kesana juga untuk ikut acara itu. Aku gak sabar mau

ketemu sama dia. Aku juga tergila-gila sama dia,”jawab Gita antusias.

Larut

Andana dan Gita

dalam rencana yang tengah mereka susun hingga tidak terasa sudah jam 23:05. Andana

menyuruh Gita untuk menyudahi obrolan malam itu dan beristirahat. Sebab besok

pesawat mereka pukul 9:20 pagi, jadi mereka harus berangkat kebandara lebih pagi

lagi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!