THERE HE IS

Tidak lama kemudian MC acara itupun mulai membuka

acara yang ditunggu-tunggu oleh para fans Prachaya. Riuh tepuk tangan dan

sorak-sorai dari para fans itu semakin menjadi apalagi saat Sang pembawa acara

itu memanggil nama Prachaya.

Telinga An berdenging mendengar itu semua dan kepalanya

semakin sakit. Tapi Andana mencoba untuk bertahan disana. An sangat ingin melihat

Prachaya berdiri diatas atas sana.

Dengan susah payah menahan sakit itu akhirnya

samar-samar Andana bisa melihat seseorang yang berjalan perlahan dari ujung

panggung itu ketengah. Dengan sunggingan senyuman manis khasnya, rentetan gigi

yang begitu rapi. Mata sipit seperli bulan sabit saat kedua bibirnya tertarik

berlawanan itu. Sang bintang yang selama 2 tahun ini sangat Andana idolakan.

Sekarang berdiri tak jauh dari tempat duduknya.

Andana hanya bisa terpana melihat siluet dirinya yang

ditabrak oleh cahaya lampu dari belakangnya. Meskipun membuat silau mata, namun

itu tidak mengurangi kesempurnaan dirinya.

"Gita, there he is," ucap An sambil meremas

lengan Gita.

"Yes Mams, there he is. He's real,"  jawab Gita yang juga tak kalah terpesona

melihat ketampanan Prachaya.

"Akhirnya aku menemukanmu," ucap An lagi.

Mata Andana terpana melihat mahluk yang selama ini sangat

ia kagumi, sosok yang mampu membuat hati dan pikiran terfokus hanya padanya.

"Mams, mata Prachaya kok kayak ngeliat kearah

kita terus ya?" Kata Gita mendekatkan wajahnya pada An. Sedangkan Andana yang

masih terpana akan apa yang tersuguh didepannya itu tidak mendengarkan ucapan

Gita. Hingga Gita mencoba menggoyangkan sedikit bahunya sampai ia tersadar.

"Heuh? Kenapa?" Tanya An linglung.

"Liat deh, matanya Prachaya kok kayaknya ngeliat

kearah kita terus," ulang Gita lagi.

Andana yang mendengar itu langsung kembali melihat kearah

depan dimana tempat dia berada. Dan memang benar, mata itu sering melihat

kearah mereka. Andana mencoba menoleh kebelakang mencari sesuatu yang mungkin

menjadi pusat perhatian Prachaya yang sebenarnya. Ia lihat fans-fans yang berada

di belakangnya semua histeris karena mereka juga merasa seperti di tatap oleh

Prachaya.

"Mungkin bukan melihat kearah kita, tapi

kebelakang kita. Coba lihat kebelakang bagaimana saltingnya mereka,"

jawab An kemudian.

"Masa sih Mams, tapi beneran kayak liatin Mams

deh," kata Gita heran.

"Heuh? Liatin Mams? Mana mungkin ah Ta, tapi,,,,

kalo emang gitu bagus dong. Mams jadi bisa foto dia dengan sempurna,"

jawab An sambil mengangkat kameranya dan membidik kearah Prachaya.

Andana terdiam terpaku saat ia melihat mata Prachaya yang bening

itu betul melihat kearah kameranya sambil tersenyum.

Cekrik,,

Tangan Andana reflek memencet tombol dikameranya namun

matanya masih tetap menatap Prachaya dibalik lensa kameranya itu.

Sesaat kemudian Andana mencoba menyadarkan dirinya dengan

menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Tidak-tidak, itu tidak mungkin dia menatapku,

tidak mungkin. Itu hanya perasaanku saja," batin An membantah.

"Ta, Mams ke toilet dulu ya," ucap An pada

Gita dengan nada sedikit keras.

"Mau aku temenin?" Tanya Gita.

"Gak apa-apa, kamu disini aja. Mams gak lama

kok," Tepis An lagi.

Gita hanya mengangguk dan  Andanapun beranjak dari

kursinya. Namun An seperti melihat bahwa mata Prachaya terus melihat kemana ia

melangkah. An mencoba untuk menyadarkan dirinya dan bergegas menuju toilet

disana.

An memandang dirinya dari pantulan kaca westafel toilet itu.

Dan membasuh wajahnya untuk mengembalikan kesadarannya agar kembali

berkonsentrasi.

"Aku kenapa sih hari ini, kok halunya tinggi

banget. Sampai menghalukan bahwa Prachaya menatapku, ck." Ucap An lagi

setelah ia membasuh wajahnya.

"Apa trauma dengan keramaian itu membuat aku jadi

kehilangan akal sehatku? Ayolah An, kamu sejauh ini sudah. Masa harus sia-sia

sih, Prachaya sudah didepan matamu." Tambahnya lagi.

"Kado,,, iya kadonya. Aduh gimana sih aku ini,

aku harus cepat-cepat agar bisa kasih kado ini sama dia," kata An lagi dan

bergegas untuk kembali ke tempat acara Prachaya.

An sedikit berlari karna acara itu akan segera

selesai. Namun sesampainya didepan ballroom itu An melihat semua fans sudah

mulai keluar dari sana. Dan Andana lihat Gita berdiri di ambang pintu menunggunya

sambil celingak-celinguk.

"Gita? Udah selesai ya?" Kata An dengan

terengah-engah.

"Iya Mams baru aja selesai, ayok kita pulang.

Udah malem banget ini," ajak Gita.

Andana yang masih mencoba mengatur nafasnya itu hanya bisa

tertunduk lesu.

"Kenapa Mams?" Tanya Gita yang melihat raut

wajah An.

"Ini," jawab An sambil menunjukkan kado yang

belum sempat ia berikan pada Prachaya.

"Yaaaahhhh, kok bisa lupa," ucap Gita yang

terkejut.

Namun Andana tidak menjawab, ia hanya menghela napas

lesu dan mengikhlaskan semua itu.

"Sudahlah, mau bagaimana lagi? Kalau memang jodoh

nanti bakalan ketemu lagi." Ucap An dengan lesu.

"Aduh, aku kira akan berjalan seperti yang kita

harapkan." Sesal Gita.

"Udah gak apa-apa kok Ta, mau gimana lagi? Yang

penting kita masih bisa ketemu dan menikmati acara ulang tahunnya Prachaya.

Untuk kado ini nanti kita pikirkan lagi cara buat kasih ke Prachaya."

Ucap An mencoba menenangkan Gita.

"Ya sudah ayo pulang Mams, sudah malem. Nanti kita

gak dapet taksi online lagi." Ajak Gita sambil menggandeng lengan An. Dan

Andana mencoba mengangguk sambil tersenyum.

Akhinya merekapun pulang kembali kehotel. Namun

sesampainya mereka di Lobi hotel, mereka terkejut karena begitu banyak orang yang

berdiri didepan sana. Terlihat dari banner yang mereka bawa itu adalah para

fans Prachaya. Yang semakin membuat mereka bingung adalah, mengapa mereka berdiri

didepan lobi hotel.

"Ta, kok rame?" tanya Andana pada Gita yang

tercengang melihat keramaian didepan kami.

"Gak tau Mams, ada apa ya? Kok fans Abang pada

disini? Apa ada abang disini?" kata Gita yang menera-nerka.

"Tapi kok kita gak tau kalo Abang ada acara

disini?" kata An kembali bertanya.

"Coba kita tanya Mams," ajak Gita kemudian.

Gita pun mencoba mendekati seorang wanita yang berdiri

tidak jauh dari tempat mereka berdiri.

"Excuse me, what is this? Is there a Prachaya event here?"

tanya Gita sambil menyungging senyumannya.

"Nothing, but we just wanted to see Prachaya

here. We got information that Prachaya is staying at this hotel for the next

few days," jawab wanita itu.

"Apa katanya Ta?" tanya Andana yang kurang

mengerti dengan apa yang mereka katakan.

"Mams," ucap Gita dengan mulut yang menganga

karna syok.

"Apa? Kenapa Ta? Ada apa?" tanya An mulai panik

melihat tinggah Gita.

"Mams, tau apa yang dia ucapkan?" tanya Gita

yang masih tidak percaya.

"Apa? Kenapa? Aduh jangan bikin panik deh Ta. Ada

apa?" tanya Andana bingung.

"Sebaiknya kita kekamar dulu aja Mams, bisa

bahaya kalau aku bilang disini. Yang ada kita gak akan bisa tidur nanti,"

kata Gita yang lalu menarik tangan An untuk menuju ke lift.

Sedangkan Andana yang masih bingung dengan apa yang

terjadi itu hanya mengikuti Gita saja.

"Mams tau gak, kayaknya kita hoki banget deh

ini," kata Gita membuka percakapan saat sudah berada didalam lift.

"Hoki gimana? Aduh kamu bikin bingung deh. Ada

apa sih Ta, jangan bikin penasara gini deh ah," ucap Andana sambil memasang

wajah cemberut pada Gita.

"Wanita itu tadi Mams, dia bilang bahwa Abang

tidur disini untuk beberapa hari kedepan," kata Gita memberi tahu.

"Haaaaaahhh??? Ti-ti-tidur disini bagaimana maksudnya? Ma-maksudnya Abang menginap di hotel ini juga? Serius ini? Ja,, jadi-jadi kita

satu hotel dengan Abang?" tanya Andana terbata-bata tidak percaya.

Gita hanya mengangguk berkali-kali sambil tersenyum

menatap Andana.

"Ini mimpi?" tanya An yang masih tidak

percaya.

Dan seketika Gita mencubit pipi cubby  Andana dengan

sedikit keras. Tentu saja An merasakan sakit.

"Aduuuhhh, sakit Ta," sungut An sambil mengusap pipinya.

"Gimana? Gak mimpi kan ,Mams? Ini nyata

Mams," jawab Gita yang masih dengan antusias.

"Iya nyata, gak mimpi." jawab Andana yang masih

bingung.

"Tapi Ta, kita juga kan tidak tau Abang ada di

kamar nomor berapa? Sama saja kan kita gak bisa ketemu dia," tambah An lagi.

"Ck, kan kita juga gak tau akan ada kejadian apa

lagi didepan nanti. Siapa tau mams bisa kasih kado Mams ini disini tanpa harus

mencari Abang lagi." tukas Gita sambil menepuk kado yang masih ku pegang

itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!