Setelah mobil berhenti tepat di depan rumah, Arsakha segera keluar dari mobil lalu berjalan masuk ke dalam tanpa peduli pada Adera yang ternyata terus mengikuti langkahnya hingga langkah keduanya berhenti tepat di depan pintu kamar Arsakha.
"Aku lelah! Untuk hari ini pulanglah!" Pinta Arsakha tanpa menoleh pada Adera yang berdiri di belakangnya.
Tangan Arsakha langsung membuka pintu kamarnya lalu melangkah masuk, disaat tangan Arsakha ingin menarik gagang pintu untuk menutup rapat pintu kamarnya dengan cepat tangan Adera langsung menahan agar pintu tidak tertutup rapat.
Keduanya saling menatap dalam waktu yang cukup lama hingga akhirnya Arsakha mengalah, ia membiarkan pintu tetap terbuka hingga membuat Adera kembali melangkah mengikutinya hingga ke dalam kamar.
Adera duduk di sisi ujung kanan tempat tidur menunggu Arsakha yang sedang berada di ruang ganti, beberapa menit menunggu akhirnya Arsakha keluar dengan mengenakan kaos hitam serta celana jeans selutut yang berwarna senada.
"Apa masih ingin meneruskan perdebatan antara aku dan Ren? Apa kamu ingin mewakilkannya untuk mencela ku?" Tanya Arsakha lalu duduk di sudut kiri tempat tidur, keduanya duduk dengan jarak yang cukup jauh.
"Aku sama sekali tidak tertarik dengan perdebatan kalian berdua, selama kalian tidak saling membunuh, ya bagi aku itu wajar. Tapi...!" Ujar Adera tertahan sambil sejenak menoleh kearah Arsakha yang masih duduk dengan menundukkan wajahnya ke lantai.
"Lanjutkan! Tapi apa?" Tanya Arsakha yang masih betah menatap lantai.
"Apa kamu sempat jatuh cinta pada Putri?" Tanya Adera yang bahkan langsung beranjak pindah ke sisi Arsakha.
"Maksud mu?" Tanya Arsakha yang spontan menoleh pada Adera yang kini berada di dekatnya.
"Apa kamu jatuh cinta pada Putri sampai kamu menolongnya waktu itu? Atau mungkin pada Maya? setelah aku pikir-pikir, ucapan Ren barusan ada benarnya juga." Jelas Adera setelah berpikir dengan keras apa yang tadi Rendra tuduhkan pada Arsakha.
"Jika kamu masih ingin membahas soal itu sebaiknya kamu pulang saja! Aku lelah." Tegas Arsakha yang bahkan langsung bangun dari duduknya lalu beranjak untuk berbaring keatas tempat tidur.
Adera ikut bangun, ia terus menatap sosok Arsakha yang kini bahkan sudah memejamkan matanya, dia bahkan tidak menghiraukan lagi keberadaan Adera di kamarnya.
"Ntah aku yang benar atau justru tuduhan Ren yang benar, aku nggak tau dan aku juga nggak peduli, tapi satu hal yang pasti, aku akan ikut Ren, aku akan mencoba menolong Zuha. Tidak, sebenarnya memang sejak awal aku harus menolongnya, aku sudah mengabaikan dia selama dua tahun ini, padahal aku tau sebenarnya dia sangat butuh bantuan dari kita semua. Istirahat lah, aku pulang!" Jelas Adera dan lekas keluar dari kamar tersebut.
Setelah pintu kamar di tutup rapat dari luar sana, Arsakha perlahan membuka matanya, menatap langit-langit kamar dengan tatapan sendu, berguling kesana-kemari dengan rasa kesal lalu di menit berikutnya berteriak lantang bersamaan dengan tubuhnya yang bangkit dari tempat tidur.
"Siaaaal!" Gumam Arsakha penuh kekesalan dengan kedua tangan yang di kepal kasar.
"Kenapa mereka harus ikut campur? Kenapa mereka tidak bisa membiarkan semuanya berjalan seperti biasanya saja, kenapa harus mengusik semua masalah ini, haissssh!" Arsakha semakin tidak bisa mengendalikan kekesalannya, tangannya bahkan beberapa kali memukul-mukul kasur dengan kasar.
_______
Bel berbunyi nyaring ke seluruh penjuru sekolah pertanda jam pelajaran akan segera di mulai. Sejak tadi mata Rendra hanya menatap kearah kursi milik Zuha yang masih saja kosong. Bahkan setelah semua murid berdatangan, Zuha belum juga tiba.
"Leher mu akan patah jika terus menatap kearah situ terus!" Jelas Vian dengan tangan yang langsung menyentuh bahu Rendra.
"Mungkin dia nggak masuk hari ini." Lanjut Aldo mencoba menyadarkan Rendra dari tatapannya.
"Mungkin ada urusan keluarga, ayo cepat keluarkan buku pelajaran mu!" Tegas Adera yang bahkan langsung menyentuh wajah Rendra lalu memandu wajah tersebut untuk menghadap kearah papan tulis yang ada di depan sana.
"Hmmmmmm!" Ujar Rendra lalu menurut pada Adera, ia segera mengeluarkan peralatan belajarnya.
"Siaaaal! Apa di sedang bermain dengan ku? Hei! Dimana teman mu? Apa dia kabur dari aku?" Tanya Hans dengan kaki yang langsung menendang kursi milik Zuha hingga membuat Ranum kaget seketika.
"Aku tidak tau." Jawab Ranum dengan suara yang terdengar jelas begitu ketakutan.
"Dasar gadis gila!" Gumam Hans yang perlahan mengeluarkan cat semprot dari dalam tasnya.
Tangan Hans yang hendak menyemprotkan cat ke meja Zuha dengan spontan kaki Rendra langsung menendang kaki Hans hingga membuat tubuh Hans terjatuh kelantai serta kaleng cat yang ikut menggelinding ke lantai.
"Kamu tau apa yang sedang kamu lakukan?" Gumam Hans kesal.
Hans langsung bangun dan segera menyerang Rendra. Dengan kasar tangan Hans langsung menarik kerah baju milik Rendra.
Melihat keadaan yang mulai memanas membuat Adera, Aldo dan Vian segera bangun dari kursinya namun gerak mereka langsung terhenti ketika Arsakha dengan cepat bangun dari kursinya lalu melangkah mendekati Hans dan Rendra. Sebelum Arsakha sampai di dekat kedua siswa tersebut tangan Zuha lebih dulu menyentuh ransel milik Hans yang masih terpasang di punggung kekarnya, Zuha sedikit menarik ransel tersebut hingga membuat Hans mengalihkan pandangannya kearah belakang lalu mendapati sosok Zuha yang menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca.
"Maaf, karena aku datang telat!" Ucap Zuha bersamaan dengan tangannya yang melepaskan genggamannya dari ransel milik Hans.
"Waaaaah! Untung kamu datang sebelum tinju ku melayang pada sasaran yang salah." Gumam Hans yang langsung mengalihkan tangannya yang awalnya menggenggam kerah baju Rendra kini beralih menggenggam kasar bahu Zuha hingga membuat sang empunya harus menahan rasa sakit pada bahunya.
"Hans..." Gumam Rendra yang mencoba mencegah Hans agar melepaskan tangannya dari Zuha.
"Ini..." Secepat kilat Zuha mengeluarkan uang dari saku bajunya lalu menyerahkannya pada Hans.
Tindakan Zuha seolah ingin membuat Rendra berhenti ikut campur dengan masalahnya.
"Wuiiiih! Okay, untuk hari ini segini aja cukup! Bye-bye..." Jelas Hans lalu mengambil uang tersebut dan lekas berjalan kembali ke mejanya.
"Zuha, kamu..." Ujar Adera tertahan, ia tidak hanya menghentikan ucapannya namun ia juga menghentikan langkahnya yang awalnya hendak mendekat kearah Zuha.
"Maaf, maaf dan juga tolong jangan hiraukan aku, terima kasih." Ucap Zuha bak sedang memohon pada Rendra yang kini berdiri tepat di depan Zuha.
"Haissssssh!" Teriak Rendra lantang hingga membuat siswa lainnya kaget lalu menatap kearahnya yang berjalan keluar dari ruang kelas tersebut.
"Selamat pagi semuanya..." Sapa pak Rizal sang guru Fisika yang baru saja memasuki kelas tersebut.
"Apa kalian akan terus berdiri di sana??" Tanya pak Rizal setelah meletakkan buku bawaannya keatas meja lalu matanya mendapati Zuha, Arsakha, Vian, Aldo dan Adera masih saja berdiri dalam diam yang begitu mencengangkan.
"Duduklah!" Pinta Ayu sambil menatap pada sahabatnya secara bergantian hingga membuat, Vian dan Aldo segera kembali ke kursi mereka.
Arsakha masih berdiri dengan terus menatap sosok Zuha yang perlahan berjalan kearah mejanya lalu duduk di tempatnya, namun mata Arsakha masih saja tidak berhenti menatap Zuha.
"Ar, Dera!" Tegur pak Rizal.
"Kembali ke kursi mu!" Pinta Adera yang segera kembali ke kursinya.
"Ar, kembali ke kursi mu!" Ulang pak Rizal.
"Iya pak." Jawab Arsakha yang akhirnya kembali ke mejanya.
Rizal pun segera memulai materi pelajarannya.
~~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Mukmini Salasiyanti
Dera-Sakha!! 🥰😘😍💐
2023-10-24
2