Pukul tujuh Mada berangkat kerja, ia keluar dari pintu masuk restoran milik keluarganya. Rumah mereka berada diatas restorannya.
"Hai Mada, mau berangkat ya?" sapa gadis di seberang sana dengan di hiasi senyum cantiknya.
Mada menoleh dan membalas sapaan gadis itu. Gadis yang ia akui cantik dan menarik hatinya. "Regita? Iya aku baru akan berangkat."
"Ya sudah hati-hati ya." Gadis itu melambaikan tangannya pada Mada membuat lelaki dua puluh tujuh tahun itu tersenyum tipis malu.
Mada mengangguk dan masuk kedalam mobil pergi menuju kantor tempatnya bekerja.
Mada sampai di kantor lebih awal, baru beberapa karyawan yang datang di ruangannya.
Knock knock
Ketukan pintu kaca menyadarkan Mada dan seseorang itu masuk kedalam tanpa menunggu jawaban darinya.
"Nona Elea? Ada yang bisa saya bantu?"
Mereka sedang berada di lingkungan kantor jadi Mada sadar situasi bagaimana ia harus bersikap sebagai karyawan yang menghormati atasannya.
"Mada, bisakah kau ikut meeting di luar kantor setelah jam makan siang?" perintah Elea pada lelaki didepannya ini.
"Baik, nona." Mada mengangguk patuh membuat Elea tersenyum tipis. "Baiklah jangan terlambat, mengerti?" Mada mengangguk lagi tanda mengiyakan.
...****************...
Eleanor berbohong soal meeting diluar kantor. Mada kira meeting sungguhan ternyata ini meeting pribadi antara sang atasan dengan dirinya. Bahkan mereka sekarang berada di apartemen.
"Menurutmu aku harus berpenampilan seperti apa untuk bertemu tuan muda Jonathan itu?" tanya Elea mengabaikan perangai Mada yang sudah tertekuk kesal.
"El serius. Kau berbohong dengan alasan meeting hanya untuk membahas hal ini? Kau tau divisi tempatku bekerja sedang sibuk-sibuknya."
"Mada." panggilnya manja membuat Mada membuang muka.
"Padahal kau bisa meminta Jane untuk berdiskusi hal ini dengannya kalian sama-sama perempuan pasti Jane akan paham." Protes Mada pada gadis manja itu.
"Jadi kau tak paham. Kau tak bisa memahamiku? Percayalah Elea hanya mendramatisir ini.
"Bukan begitu. Hanya saja waktunya kurang tepat El, aku sampai bolos kerja loh." Mada berusaha memberi Eleanor penjelasan agar gadis itu mengerti bahwa tidak semua harus berjalan sesuai ego dan keinginan saja.
Eleanor marah ia memilih masuk ke kamarnya dan membanting pintu cukup keras.
"Astaga!!" Mada mengusap wajahnya frustasi. Hanya karena hal sepele.
Mada mengetuk pintu kamar Eleanor, sampai ketukan ketiga masih tak ada jawaban.
"Elea aku buka pintunya ya?" tanya Mada hati-hati.
Mada mencoba menekan kenop pintu dan terbuka. Eleanor berbaring di kasur memeluk boneka beruang berukuran sedang miliknya.
"Eleaa.." Mada mendekati Elea. Ia duduk disamping Eleanor yang membelakanginya.
"Pakailah pakaian yang membuatmu nyaman." Ucap Mada lembut sekali berusaha membujuk gadis itu.
Eleanor membalikkan badannya menghadap Mada.
"Kalau aku memakai pakaian yang kemarin malam, bagaimana?" Senyum jahil terbit di bibirnya.
"Itu kau gila namanya."
"Katamu pakailah pakaian yang menurutku nyaman."
"Ya tapi jangan seperti itu juga kau akan jadi tontonan banyak orang, bukankah kalian akan bertemu di restoran mewah?"
"Aku becanda. Lagipula aku merasa tidak nyaman juga."
"Bantu pilihkan ya? Di lemariku ada beberapa dress tertutup."
Mada membuka lemari Elea mengambil salah satu dress.
"Ini bagus dan dress nya cantik."
...****************...
Seseorang menepuk bahu Eleanor pelan. Elea berpikir ini pasti Jonathan Jesher, ia tersenyum dan membalikkan badannya.
"Ma-Mada??" Kagetnya, karena bukanlah Jonathan yang datang melainkan Mada.
"Bagaimana bisa kau yang ada disini? Kemana tuan muda itu?" tanya Elea celingukan ke arah belakang Mada mencari-cari dimana Jonathan berada.
"Jonathan pergi, dia berkata ingin membatalkan perjodohannya denganmu." ujar Mada langsung pada poinnya.
"Bahkan sebelum bertemu denganku?" tanya Haechan berdecak. Wah lelaki keturunan Jesher itu melukai harga dirinya.
"Dia sudah melihatmu sejak tadi." Mata Elea membola akan ucapan Mada.
"Kemana dia sekarang?" rasa penasaran putri Alexander itu bertambah. Apa lelaki keturunan Jesher itu pergi menemui kekasihnya?
"Pulang ke rumahnya."
"Tapi bagaimana kau tau?"
"Kau lupa? Aku sahabat Jonathan? Dia memintaku menemaninya takut terjadi hal yang tidak-tidak, seperti hal ini misalnya."
"Jadi dia menyuruhmu berpura-pura menjadi dirinya begitu?"
"Ya bisa dibilang begitu." jawab Mada.
"Tapi dia tidak tau kan kalau kita lumayan dekat, jangan kau bocorkan rahasia antara kita, mengerti??"
"Ya, tentu saja."
"Bagaimana Nathan tidak pergi, lihatlah penampilanmu? Begitu aneh, harusnya kau lepaskan kacamatamu itu dan juga apa itu alismu terlalu tebal. Make up buruk sekali. Kau sengaja, bukan? Padahal tadi siang sangatlah cantik."
"Hehehe, tapi berhasil kan?"
Eleanor membersihkan make up anehnya saat itu juga. Lagipula untuk apalagi rencananya sudah berhasil untuk membuat Jonathan tidak mau di jodohkan dengannya.
"Ayo pulang, Elea."
"Kok pulang sih? Ayo makan dulu."
"Baiklah."
...****************...
"Kau bawa mobil Mada?"
Mereka berjalan ke arah parkiran restoran.
"Tidak. Aku kesini bersama Nathan."
"Ayo ku antar kau pulang."
"Aku yang menyetir." Mada kembali memutari mobil dan duduk di kursi penumpang.
Eleanor menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang kearah apartemen bukan kearah rumah Mada. Mada yang sadar akan hal itu tentu saja protes. Tapi Elea tetaplah Elea, ia terus menjalankan mobilnya mengabaikan protes Mada Jeffrey.
"Aku ingin di foto malam ini." Ucap Elea setelah sampai di basemen apartemennya.
Elea mengambil paper bag di jok belakang mobilnya.
"Aku punya koleksi baru." Elea tersenyum senang. "Ayo turun." titahnya.
Mada turun mengikuti Elea yang sudah lebih dulu berjalan.
"Semoga saja koleksinya kali ini aman." Harap Mada.
"Mada, bisakah kau siapkan peralatannya? Aku belum menyiapkannya." pinta Elea sopan kalau ada maunya.
Mada langsung berjalan kearah studio mengambil peralatan yang perlukan. Ia duduk sebentar selagi menunggu Elea berbenah.
Sampai ponselnya berdering, kontak Eleanor terpampang adanya suatu panggilan telepon.
"Ya Eleaa?"
"Aku sudah selesai, kemarilah!"
"Baik, ku tutup ya!"
Mada berjalan kearah kamar Elea dengan peralatan yang ia bawa.
"Eleaa..??" Panggil Mada saat sampai di depan pintu.
"Bisa bantu aku membuka pintunya??"
Click
"El---"
Mada mematung tak percaya dengan apa yang ia lihat. Mada menggelengkan kepalanya memastikan lagi. Tapi benar penglihatan tidak salah kok. Apa Elea sedang menggodanya? Ini bahkan lebih seksi dari bikini.
"Apa yang kau pakai Elea?"
"Ini lingerie."
"Ayo Mada kenapa bengong!!"
"Apa kau serius?"
Lelaki itu berusaha mengedarkan pandangan kearah lain asal tidak menatap kearah Elea. Ingat, Mada itu lelaki normal kalau saja dirinya kekasih atau suami dari seorang Eleanor Iva, ia pasti akan menerkam Elea saat ini juga.
"Elea, maaf kalau aku tidak sopan dan kurang ajar." Mada berdehem sebelum melanjutkan. "Aku ingin bertanya, apa penglihatan ku yang kotor atau motif kainnya memang seperti itu atau kau memang tidak memakai apa-apa selain ****** ***** dibalik kain tipis yang kau kenakan itu, yang tidak ada gunanya sama sekali."
"Ah, dari tadi kau salah fokus rupanya. Hehe. Aku memang tak memakai apa-apa selain ****** *****. Kenapa?" Serius Elea masih bertanya kenapa, tidakkah ia merasa bahaya sedikitpun? Tidakkah ia berpikir kalau Mada bisa saja hilang kontrol karena nafsu melihatnya berpakaian sangat seksi seperti ini.
Mada menarik nafas dan menghembuskannya kasar. "You are fuckin' crazy, El. Ada ya orang yang mau membayar hanya untuk difoto setengah telanjang."
Eleanor tahu Mada tidak akan berbuat hal seperti itu padanya, karena Mada sudah di beri amanah oleh Januar Alexander untuk menjaga Elea, putrinya.
"Ada, salah satunya kan aku." senyum bangga terbit di bibir Elea.
"Apa kau percaya padaku?" tanya Mada penasaran sebenarnya. Apa Elea benar-benar percaya padanya atau tidak bahkan sampai tidak sungkan dengan beraninya berpakaian sangat minim sekali di hadapannya. Bisa saja kan Mada memiliki otak jahat dengan menyebarkannya, mungkin? Ah. Sepertinya tidak akan pernah Mada lakukan itu, karena Mada punya amanah dari ayah Elea dan juga ia mencintai Eleanor.
"Ya." jawab Elea langsung. Gadis itu berjalan kearah Mada. Mengusap dada Mada perlahan melepaskan jas biru dongker dari tubuh Mada.
"Cepat lakukanlah, Mada!!"
"Mada." Panggilan Elea yang berada di pintu studio.
"Kau melamun? Dari tadi aku panggil kenapa tidak menyahut? Sedang ada pikiran?" tanya Elea heran melihat Mada.
Buru-buru Mada menggelengkan kepalanya. Astaga lamunan Mada sangatlah kotor. Bisa-bisanya.
"Tidak. Ayo kita mulai."
"Kupikir sudah banyak fotomu dengan berbagai dress hitam." Ucap Mada setelah ia mengambil puluhan gambar Elea dengan berbagai pose.
"Ya memang aku suka warna hitam, terlihat elegan. Bagaimana menurutmu dress yang ini?"
"Selalu pas di tubuhmu, sangat cantik." Mada memuji jujur penampilan Elea, ia tidak bohong Elea begitu cantik dalam balutan apa saja yang ia pakai. Entah Mada yang sudah terlanjur jatuh akan pesona Eleanor dari dulu, atau memang Elea sudah dari sananya sangat menarik perhatian apalagi bentuk tubuhnya.
"Itu pujian yang jujur atau kau memang menyukaiku? Kau selalu memujiku cantik." Goda Elea terkekeh.
Mada terbatuk mendengar pernyataan Elea.
"Yak! Aku memang jujur. Entahlah semua yang kau pakai terlihat cantik dan menarik." Apalagi menarik perhatianku seperti kau menyuruhku jangan memandang gadis lain, aku berusaha mencintai Regita seutuhnya!! Lanjut Mada dalam hatinya. Mada harus segera menyatakan perasaan pada Regita sepertinya berhenti dari pekerjaan sampingannya ini agar ia bisa dengan mudah melupakan perasaan tidak tahu dirinya ini.
"Baiklah aku percaya itu."
Elea berjalan mendekati Mada, mengambil kamera ditangan Mada dan meletakkannya diatas meja riasnya.
Elea mengusap dada Mada perlahan ia melepaskan jas biru dongker yang masih melekat ditubuh Mada hingga jas itu terjatuh di lantai kamarnya. Ia melonggarkan dasi yang Mada
kenakan, lalu melepaskannya. Membuat lelaki itu menahan nafasnya mati-matian.
"El--- Eleaa apa yang lakukan?" tanya Mada bertambah gugup apalagi saat Elea melepas satu persatu kancing kemejanya.
Elea tidak melepas semua kancing itu, ia berhenti sampai diatas pusar lalu menggeser kain kemeja itu agar tak menghalangi bagian tubuh depan Mada Elea mendekatkan wajahnya lalu mengecupnya sekilas.
Mada memejamkan mata bersusah payah menahan nafas. Ada perasaan aneh dalam dirinya. Elea apa yang kau lakukan!! Batin Mada berteriak.
"Kemarin aku ingin melakukan itu, hehe. Terimakasih Mada sudah mau bekerja sama denganku."
Eleanor tersenyum miring menjauhkan diri dari Mada lalu duduk di ranjangnya.
"Kau gila Elea!! Aku seperti dilecehkan." Mada kesal sekali. Elea selalu saja mempermainkan perasaannya. Tidakkah gadis cantik itu berpikir bahwa yang ia lakukan berdampak besar pada diri Mada. Entah Elea melakukannya dengan ada perasaan lebih pada Mada atau hanya iseng semata. Mada merasa dirinya seperti mudah sekali di kendalikan dalam hal ini. Mada marah tentu saja pada dirinya sendiri dan juga Elea.
"Benarkah? Kupikir kau menikmatinya, aku melihatmu memejamkan mata keenakan."
Elea malah menggoda Mada dengan ejekan. Mada diam menatap gadis itu. Percuma. Ia akan kalah jika melanjutkan perdebatan ini. Mada memungut jas dan dasinya kemudian berjalan kearah kamarnya.
"Lucu juga." Kekeh Eleanor.
Mada berdiri di depan cermin menatap dirinya, ia bahkan belum mengancingkan kembali kancing kemejanya.
"Elea kurang ajar!! Akan ku beri peringatan nanti agar kau tidak seenaknya lagi." Senyum miring terlukis di bibir tipis Mada. Ia merencanakan ide yang akan membuat Eleanor kapok karena sudah menggodanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments