Aiden menatap nanar pada wanita yang baru saja memberikan pengalaman pertama indahnya bercinta, walaupun Aiden terpengaruh obat, tapi Aiden sadar jika dirinya sudah menyentuh seorang wanita yang tidak seharusnya Aiden lakukan.
Malam pertama yang Aiden impikan tidak Aiden lakukan bersama dengan wanita yang di cintainya, tapi malah bersama dengan wanita yang tak begitu Aiden kenal.
"Aku akan memberikan uang kompensasi untukmu, dan jangan menuntut ku untuk bertanggung jawab. Karena dari awal aku sudah memperingatkan mu, dan aku juga sangat mencintai kekasihku" ucap Aiden terdengar menyakitkan bagi wanita yang masih terisak di bawah selimut.
"Setelah malam ini, aku tidak ingin melihat wajahmu lagi! Enyahlahhh dari kota ini" kata Aiden kejam.
"Kak, aku tahu aku bersalah. Dan aku tidak akan menuntut apapun darimu, bahkan satu rupiah pun. Karena aku tidak menjual tubuhku" kata wanita itu menguatkan hatinya.
"Dan kau akan mengatakan segalanya pada kekasihku? Wahhh ternyata kau sangat licik seperti ibumu" tuduh Aiden.
"Aku juga tidak akan melakukan hal itu" sergahnya.
"Aku tidak perduli! Aku tidak ingin berurusan dengan mu, kita tidak saling mengenal dan lupakan tentang malam sialan ini!" seru Aiden meninggalkan wanita itu begitu saja.
Wanita itu kembali tergugu dalam balutan selimut tebal yang untuk menutupi tubuh polosnya. Sekalipun dirinya tidak pernah membayangkan kejadian malam ini, melewati malam panas dengan pria yang tidak mencintai nya.
🪻🪻🪻
"Cari tahu siapa yang memberikan obat laknat itu ke minumanku!" titah Aiden pada Frans di ujung telepon, tanpa mendengar jawaban Frans, Aiden mematikan ponselnya.
"Sial, sial, sial!!!! Apa yang sudah kulakukan?" geram Aiden frustasi, pria itu memukul stir mobil berulang kali meluapkan emosi nya.
"Bagaimana aku bisa menghadapi Ciara setelah ini?" gumam Aiden menjambak rambutnya.
Drttt...... drttt...... drttt.....
📞My Honey calling
Ponsel Aiden berdering, dan tertera nama gadisnya yang menelepon. Aiden menelan ludah dengan susah payah melihat nama yang ia sematkan di ponselnya.
"Kenapa harus sekarang" lirih Aiden menatap sendu benda tipis yang ada di tangannya.
"Honey, kau belum tidur?" ucap Aiden menjawab panggilan itu.
"Kau dimana? Apakah semuanya baik-baik saja? Kau tidak apa-apa kan? JAWAB AKU JANGAN DIAM SAJA AI" teriak Ciara di akhir kalimatnya.
"Honey, aku baik-baik saja" sahut Aiden jantungnya berdetak lebih cepat.
"Benarkah? Kau tidak sedang membohongiku kan?" kata Ciara terdengar khawatir.
"Untuk apa aku berbohong? Kau kenapa? Tiba-tiba saja bertanya seperti itu" tanya Aiden.
"Aku bermimpi jika kau pergi meninggalkanku dengan wanita lain hiks...." kata Ciara membuat Aiden membeku.
"Katakan padaku Ai, kau tidak akan melakukan hal itu kan? Kau sudah berjanji akan selalu mencintaiku seumur hidupmu, kau tidak akan lelah dan menyerah dengan penolakan ayahku, kau akan selalu memperjuangkan ku untuk menjadi milikmu. Iya kan?" Ciara mengingatkan semua janji yang pernah Aiden katakan.
"Tentu, aku akan menepati semuanya" kata Aiden namun ada keraguan dalam hatinya.
"Hiks.... Kau tahukan jika kau adalah satu-satunya pria yang aku cintai selain ayahku? Satu-satunya pria yang aku inginkan menjadi pendamping hidupku, aku tidak akan berpaling meskipun aku bertemu dengan pria yang lebih tampan ataupun lebih segalanya darimu, kau tahu itukan?"
"Hemmm, aku tahu dan aku percaya padamu" kata Aiden dengan mata berkaca-kaca, mengingat pengkhianatan yang baru saja dilakukannya.
"Tolong jangan sakiti aku, jangan pernah mengkhianati cintaku, karena aku tidak akan sanggup menerima semua itu hiks...hiks..." Ciara masih terpengaruh dengan mimpinya.
"Tidak akan Honey, jangan bersedih dan berhentilah menangis, itu semua hanya mimpi" ucap Aiden menenangkan Ciara, namun air matanya mulai mengalir.
"Tapi mimpi itu terasa begitu nyata hiks....ini membuatku gila, aku tidak....."
"Percayalah padaku" sela Aiden dadanya terasa sesak.
"Aku akan pulang besok, aku tidak akan meninggalkanmu lagi" kata Ciara.
"Besok? Bukankah seharusnya kau tiga hari di Bandung?"
"Ya, tapi mimpi itu membuatku tidak tenang jauh darimu" kata Ciara.
"Kau akan kelelahan jika pulang besok" ujar Aiden.
"Aku dan Kinara akan bergantian mengemudikan mobilnya" kekeh Ciara.
"Baiklah, terserah padamu saja. Aku menunggumu disini, dan hati-hati di jalan" kata Aiden menghapus air matanya.
"Hemmm, aku tutup dulu" ucap Ciara.
"Ya, I love you" kata Aiden.
"Love you too very well" sahut Ciara lalu memutuskan sambungan telepon itu.
🪻🪻🪻
Aiden mengguyur tubuh atletis nya dibawah shower, pria itu seakan jijik dengan tubuhnya sendiri karena melakukan hal kotor dan melanggar prinsip hidup juga menodai cinta sucinya pada Ciara.
Bahkan Ciara bisa merasakan pengkhianatan yang dilakukannya meskipun melalui mimpi, apa jadinya jika Ciara benar-benar tahu jika Aiden mengkhianatinya? Aiden tidak bisa membayar sehancur apa hidup gadisnya itu.
Drttt....drttt.....drttt.....
Ponsel Aiden berdering, dan itu panggilan dari Frans, asistennya.
"Katakan" ucap Aiden baru saja keluar dari kamar mandi, tubuhnya hanya di balut handuk putih melilit di pinggang.
"Tuan, saya belum menemukan apapun" lapor Frans.
"Jadi apa yang kau kerjakan? BEGITU SAJA TIDAK BECUS" marah Aiden.
"Bagaimana dengan wanita itu?" tanya Aiden.
"Dia sudah kembali kerumahnya" sahut Frans.
"Aku tidak ingin dia ada di kota ini lagi! Bagaimana pun caranya" seru Aiden mematikan ponselnya.
"Sial!" umpat Aiden mendudukkan dirinya diatas ranjang dengan kasar.
Aiden sungguh takut jika Ciara tahu tentang kejadian laknat malam ini, memikirkan hal itu membuat kepala Aiden terasa mau pecah.
"Maafkan aku Honey, semua terjadi begitu saja diluar kendaliku. Sungguh aku tidak berniat mengkhianati cinta kita, sekeras apapun ayahmu, aku tidak akan berpaling pada wanita lain. Semoga kau mengerti akan ketidak berdayaanku" ucap Aiden menatap sendu bingkai foto yang ada gambar dirinya dan Ciara dengan pose mesra penuh cinta.
...
Di kota Bandung, tepatnya disalah satu Hotel berbintang, seorang gadis tidak bisa memejamkan matanya setelah bangun karena mimpi buruk. Berulang kali gadis itu meyakinkan dirinya sendiri jika semuanya akan baik-baik saja, tapi hatinya tetap gelisah akan mimpi tersebut.
"Cia, kau belum tidur?" tanya Kinara yang memang tidur sekamar.
"Maaf karena mengganggu tidurmu" sesal Ciara.
"Tidak, bukan itu. Kau kenapa belum tidur?" tanyanya.
"Aku mimpi buruk, sangat buruk hingga aku tidak bisa tidur lagi" jawab Ciara dengan nada sendu.
"Why?" Kinara mendudukkan dirinya.
"Aku bermimpi jika Aiden meninggalkan karena wanita lain, Aku tahu jika ini hanya mimpi. Tapi semuanya terasa begitu nyata hingga dadaku begitu sakit hiks...hiks..." Ciara kembali menangis.
"Apakah menurutmu aku lebay dan kekanak-kanakan? Aku sungguh ingin melupakan mimpi ini tapi entah mengapa tidak bisa hiks....hiks...." Ciara menutup wajahnya frustasi.
"Kau tidak lebay dan kekanak-kanakan, tapi begitulah hati wanita. Sekarang katakan apa yang paling kau inginkan?" tanya Kinara.
"Bertemu dengan Aiden, memeluknya dengan erat dan melihat wajahnya" kata Ciara.
"Baiklah, kita pulang malam ini" ujar Kinara, Ciara membuka tangan yang menutup wajahnya.
"Tapi ini sudah pukul dua malam" kata Ciara melihat jam didinding.
"Tetap disini juga tidak akan membuatmu tidur tenang" Kinara berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan bersiap kembali ke Ibu Kota.
🪻
🪻
🪻
🪻
🪻
TBC 🌺
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments