Ivana menolak tawaran Nenek Puspa.
" Maaf Nek. Bukanya saya tidak mau hanya saja, Saya tak enak hati dan juga tak ingin nantinya orang lain beranggapan bahwa saya tinggal bersama Anda disini hanya untuk menikmati harta anda Nek."
" Cantik tidak usah memikirkan apa yang akan orang lain katakan, biarlah mereka berbicara sesuka hati mereka. Tidak perlu di dengar."
" Tapi Nek, Aku sungguh tak enak hati," Ucap Ivana.
" Cantik, apa kamu tidak kasihan Nene tua ini sudah lama hidup sendiri,Kesepian, Cucu dan Anak-anak nenek jarang menjenguk mereka selalu sibuk," Ucap Nenek dengan memasang wajah sedih.
Ivana tersentuh dengan ucapan Nenek Puspa. Dia baru pertama kali bertemu kepada seseorang dan langsung timbul rasa sayang.
" Baiklah Nek, Saya mau."
" kamu serius? tidak bercanda kan?" mendengar jawaban Ivana, Nenek begitu bersemangat.
Ivana pun menggunakan kepalanya.
" Iya Nek, "
"Terimakasih sayang,akhirnya Nenek tua ini tidak kesepian lagi," Nenek Puspa langsung memeluk Ivana.
....
Sementara di kediaman Pak Bram.
" Tuan, Ini sudah hampir tengah malam tapi Nona Ivana belum juga pulang," Bibi Sri menghampiri pak Bram, yang sedang duduk santai di ruang keluarga.
Bi Sri sangat khawatir, Ivana belum juga pulang tidak seperti biasanya.
" Memangnya pembawa sial itu kemana Bi?" Mex yang kebetulan lewat mendengar ucapan Bi Sri.
" Seperti biasa Den, Nona Ivana kerja. Tapi sekarang sudah hampir tengah malam belum pulang."
"Baguslah. Mudah-mudahan dia tidak pulang lagi," ucap pak Bram datar.
" Tunggu-tunggu, Ivana kerja? memangnya dia kerja apa? kok selama ini aku tidak tahu?" Mex kaget,Dia baru tahu bahwa Ivana selama ini kerja.
" Dia bekerja sebagai pelayan di Restoran XX," Pak Bram kembali bersuara.
" Ck, hanya seorang pelayan. Tapi Benar juga kata Ayah kalu dia tidak pulang dan benar-benar pergi ...
Ahhh Aku bahagia sekali, kuman yang menempel bertahun-tahun akhirnya pergi dengan sendirinya!"
teriak Mex.
Dibalik kebahagiaan atas kepergian Ivana, Bi Sri sangat sedih dan kecewa.
" Percuma aku datang ke pada Tuan, berharap mencemaskan Nona Ivana yang belum juga pulang. Ternyata mereka begitu senang Nona Ivana pergi dari rumah ini," ucap Bi Sri dalam hati.
Melihat raut wajah Bi Sri yang sedih, Pak Bram kembali membual suara.
" Bibi sebaiknya Istrahat. Tidak perlu menunggu pembunuh itu pulang!"
" Tapi Tuan."
" Bi, Pembawa sial itu tidak akan pulang lagi kesini.Mungkin saja dia sudah sadar bahwa dia itu hanyalah benalu dalam rumah ini."
Mendengar itu Bi Sri akhirnya pamit untuk ke belakang, Akan tetapi dalam hati Bi Sri terus saja mengkhawatirkan Ivana.
" Baiklah Tuan, Den. Saya pamit mau kebelakang dulu."
Malam itu Mex dan ayahnya tidur nyenyak. Sedangkan Bi Sri terus menunggu berharap Ivana segera pulang.
" Non Ivana di mana? ini sudah hampir subuh kenapa belum pulang juga?" Bi Sri terus mondar-mandir di dalam kamarnya, hingga waktunya untuk mulai bekerja tiba.
Bi Sri sudah menyiapkan makanan di atas meja. Mex dan Ayahnya juga sudah turun untuk sarapan.
" Ayah, Semalam aku benar-benar tidur dengan nyenyak," ucap Mex dengan semangat.
" Biasanya tidak tidur Nyenyak?" tanya Pak Bram.
" Nyenyak. Tapi tidak nyenyak dan senyaman semalam, nih buktinya aku bangun dengan semangat Yah."
Bi Sri terus mendengarkan perbincangan Ayah dan Anak itu dari jauh,berharap sekali saja mereka bertanya soal Ivana yang belum pulang sampai saat ini.
" Tuan dan Den Mex, sungguh tidak mempunyai hati. walaupun mereka membenci Non ivana, setidaknya ada sedikit saja rasa cemas tapi aku sungguh salah mereka memang tidak perduli kepada Nona Ivana."
" Bibi, kami sudah selesai sarapan!" Teriak Mex.
" Iya Den, Bibi akan Bereskan," mendengar teriakan Mex bibi segera berlari menuju meja makan.
"Tuan, Den ..."
"Ada Apa Bi? mau tanya Ivana? mending ngak usah," Mex yang tadinya bersemangat kini kembali lesu.
Bi Sri hanya diam, beliau takut jika Tuan Bram marah karena akan membahas soal Ivana.
" Bi, Mulai sekarang tidak usah lagi bertanya soal pembunuh itu. Toh dia sendiri yang pergi itu artinya, dia sadar bahwa selama ini dia hanya menumpang di rumah ini," emosi Mex mulai terpancing.
" Benar kata Mex. Mungkin saja dia sadar dia bukan siapa-siapa di sini, juga anggap saja anak itu sudah Mati," pak Bram menatap Bi Sri dengan tatapan tak suka.
Deg
Jantung Bi Sri, seakan berhenti berdetak.
" Kok ada ya orang tua yang seperti ini? tidak ada hati nurani sama sekali, " Bi Sri hanya mengelus dada.
" Kami berangkat kerja Bi!" ucap keduanya yang sudah emosi.
....
Sore harinya Bi Sri Masih menunggu kepulangan Ivana tapi tidak ada tanda-tanda kepulangannya.
" Apa benar Non Ivana, benar-benar pergi dari sini?
tapi kemana? Nona tidak punya siapa-siapa," Air mata Bi Sri sudah mulai berjatuhan.
" Non Kemana? kenapa pergi tidak bilang ke Bibi? kenapa pergi begitu saja? Bibi ingin ikut, " Bi Sri makin terisak.
Bi Sri masuk kedalam kamar Ivana berharap mendapat petunjuk.
ketika masuk berjalan menuju meja tidak menemukan apa-apa, namun ketika Bibi menarik laci beliau mendapat 3 surat di antaranya ada surat atas nama Bi Sri.
" Surat? Untuk Bi Sri, Ayah dan Mex?" Bi Sri membaca nama yang tertera di atas surat tapi Bi Sri hanya mengambil surat yang tertulis namanya.
Bergegas Bi Sri kembali ke kamarnya tak sabar ingin membaca isi surat tersebut.
"Untuk Bi Sri
Bi, Maafkan Ivana pergi tanpa pamit. Terimakasih sudah merawat dan membesarkan Ivana dengan penuh kasih sayang, Hanya bibi yang perduli dan menyayangi Ivana dengan tulus. Ivana akan selalu mengingat semuanya itu. Maaf Bi, Ivana sudah tak tahan tinggal di rumah ini, dan dirumah ini sudah tidak ada tempat bagi Ivana. Ayah dan Mex sudah membenci aku sejak aku dilahirkan, mungkin dengan kepergianku mereka akan bahagia. Hanya ini yang ingin aku sampaikan kepada Bibi, terimakasih untuk semuanya Ivana sayang Bibi."
setelah membaca surat dari Ivana Bi Sri makin Ter Isak
" Non ... kenapa tidak bilang kepada Bibi jika ingin meninggalkan rumah ini, Bibi akan ikut kemana pun Nona pergi."
....
"Tuan Bram dan Mex akhirnya pulang juga," ucap Bi Sri yang sedari tadi menunggu kepulangan mereka di teras rumah.
" Loh Bi ngapain di sini? bawa tas juga?" tanya Mex.
" Tuan, Den. Maafkan saya tidak ingin bekerja di sini lagi."
" Kenapa Bi? apa gaji kurang? kenapa tiba-tiba ingin berhenti?" ucap pak Bram.
" Maaf Tuan bukan itu, tapi sudah tidak ada lagi alasan saya disini, alasan saya bertahan disini karena Nona ivana, tapi sekarang Nona sudah pergi jadi saya juga harus pergi."
" Tapi bagaimana dengan kami? Mex mulai khawatir jika tidak ada Bi Sri.
" Keputusan Bibi sudah bulat Den.Dan satu lagi yang ingin Bibi sampaikan sejak dulu."
" Apa itu Bi?" kata pak Bram
" Nona Ivana itu bukanlah seorang pembunuh. Kematian Nyonya Sinta itu sudah takdir yang sudah di gariskan Tuhan. Bibi juga yakin Nyonya Sinta, tidak akan senang dengan perlakuan kalian terhadap Nona Ivana!
Deg ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments