Setelah kepergian Ayahnya dan Mex. Ivana bersiap berangkat ke tempat kerjanya.
Setelah lulus SMA. Ivana tidak melanjutkan pendidikan, Dia memilih bekerja karena ayahnya tidak mau lagi membuang-buang uang untuknya. jadi Dia harus bekerja untuk bisa membiayai kehidupanku sendiri.
"Bibi Aku berangkat."
"Baiklah Non hati-hati dijalan jangan ngebut!" teriak Bibi.
"Iya Bi," Ivana Mengeluarkan motor buntut miliknya yang Dia beli dari hasil kerja kerasnya.
"Hmmm, malang sekali nasib Non ivana. Punya ayah dan Kaka yang memiliki segalanya tapi dia berjuang untuk menghidupi diri sendiri," ucap Bi Sri dalam hati.
....
Ivana tiba di restoran tempatnya bekerja.
"Selamat pagi"
"Pagi Ivana, tumben kamu telat? biasnya kamu duluan sampai," ucap Mita sahabat Ivana.
"Biasa dapat macet di jalan."
" Ngomong-ngomong yang lain,pada kema?"
"Mereka izin sma Bos. Katanya ada urusan. Penting, jadi hari ini hanya kita ber 5 aja yang kerja itu pun kita masih kekurangan tenaga."
"Kok Barengan gitu?
" Iya juga sih. Tapi sudahlah lebih baik kamu cepat ganti baju."
" kamu gak lihat aku sudah selesai ganti baju?"
" Hehehe, gak lihat aku."
Restoran tempat Mereka bekerja, tidak terlalu mewah dan besar. Tapi banyak pelanggan yang datang karena masakan di Restoran itu sangat enak.
"Ivana boleh bantuin aku?"
" Mau ngapain Mit?"
" Ini loh, Aku mau anterin pesanan di meja nomor 3 tapi itu yang di meja 4 tidak ada yang anterin. Tolong yah kamu, kan sudah selesai memasaknya.
" Iya deh, iya bawel," Ivana pun berjalan mengantar makanan di meja nomor 4.
Deg ....
"Ayah?" ucap Ivana lirih.
Namun sosok yang dihadapnya tak menghiraukan Ivana.
"Ayah?" ucap teman Pak Bram , Karan sempat mendengar ucapan Ivana.
" Maaf tuan, saya hanya teringat ayah saya karena wajah Tuan, yang ada di hadapan anda mirip ayah saya," ucap Ivana kepada teman Ayahnya.
" Ohhh," hanya kata itu terdengar.
" Silahkan Menikmati Tuan," Ivana langsung meninggalkan meja Nomor 4.
"Mati Aku. Pasti ayah marah besar," Ivana khawatir pasti ayahnya akan marah besar. karena kaget Dia tidak sengaja memanggil Ayahnya itu dan terdengar oleh teman ayahnya.
Selama bekerja hati Ivana tidak tenang. Dia takut pulang nanti ayahnya pasti marah besar .
"Ngapain bengong? Kamu mau kerja sampai malam di sini?" Mita menegur Ivana karena dia perhatikan sejak tadi Ivana hanya Bengong.
"Eehh udah waktunya pulang,"
" Kamu ada masalah apa? Dari tadi bengong Mulu."
" Ngak ada kok. Yuk pulang," Ivana tidak mau sahabatnya mengetahui masalahnya."
Mereka akhirnya pulang ke rumah masing-masing.
....
Ting Tong.
Ting Tong, bel rumah berbunyi..
Mendengar bel rumah berbunyi, Ivana segerah membuka pintu ternyata Ayah pulang cepat hari ini.
"Ayah sudah pulang?" Ivana penuh antusias menyambut Ayahnya pulang kerja.
"Aku ambilkan minum yaa, " ucap Ivana lagi.
"Menyingkir dari hadapanku anak sialan! ,kamu menghalangi jalanku! bentak sang ayah.
Mendengar bentakan itu, Ivana menyingkir dari hadapan Ayahnya.Dia tak berani lagi berkata-kata.
"Sampai kapan ayah? sampai kapan kalian terus membenciku?" Ivana hanya bisa berkata dalam hati, rasa sesak di hati seri g menghampiri karena selalu di abaikan.
Tak berselang lama, Max juga pulang.Ivana masih saja berdiri di depan pintu.
'Ngapain berdiri disitu? mengotori pandanganku saja pergi sana! Teriak Mex.
Teriakan Mex, membuat Ivana kaget dan takut Dia pun pergi dari hadapan sang kaka menuju ke arah dapur.
Ivana ingin menangis sekencang-kencangnya tapi Dia bukan anak kecil lagi. Ivana selalu saja seperti pengemis perhatian.
ayah dan Mex sudah di depan meja makan mereka menunggu makanan yang sedang di hidangkan Bi Sri. Mereka melihat keberadaan ku di belakang tapi tidak sekalipun menegur atau sebatas menanyakan kabar...
Ivana tersenyum kecut. "Ck. kamu begitu berharap sekali ingin di sapa Ivana. Sampai kapanpun hati mereka tidak akan pernah berubah. kamu itu hanyalah pembunuh! hati mereka sudah berakar kebencian kepadamu!" ucap Ivana kepada dirinya sendiri..
"Bibi ... katakan kepada anak pembawa sial itu, datang menemui ku setelah saya selesai makan," ucap pak Bram.
"Baik tuan"
"Satu lagi Bi. Katakan kepada Anak sialan itu pergi dari sana mataku sangat sakit melihatnya."
"Iya Den," Bibi hanya menurut kata payah dan Mex tak sekalipun berani membantah.
Tanpa Bibi mengatakan kepa Ivana apa yang pak Bram katakan, Dia mengambil makanannya.. dan keluar melalui pintu belakang. Dia duduk bersila makan di balik pintu. Ia terus memaksa makanan masuk kedalam mulut, suapan demi suapan telah masuk.
Kali ini Dia Mencoba menahan air mata agar tak jatuh. Tapi Dia tak bisa menahannya, air mata itu jatuh begitu saja di atas makakanan nya. Tetapi terus saja Dia masukan makanan kedalam mulutnya hingga makannya habis tak tersisa.
Ivana terus menangis tanpa suara. Rasa sakit itu sudah sejak kecil Ia rasakan, tak ada yang dapat memahaminya. Dia merasa selalu sendiri walau masih memiliki Ayah dan Mex.
Ivana hapus jejak air mata yang jatuh. Dia berdiri setelah diperkirakan Ayahnya dan Mex sudah selesai makan malam, Dia kembali masuk kedalam rumah.
"Non, Tuan ingin ..."
"Iya Bi. Aku sudah tahu, Aku kan kesana," belum sempat Bi Sri melanjutkan perkataanya Ivana sudah memotongnya.
Tok ...
Tok...
"Masuk!" terdengar suara dari dalam sana.
klek.
Baru saja Ivana membuka pintu.
"Cepat masuk! aku tak punya banyak waktu," ucap pak Bram.
Dengan berat, Ivana melangkahkan kakinya menuju meja kerja sang Ayah, Dia menarik sedikit kursi hendak duduk.
"tidak perlu duduk! berdiri saja! jangan kau kotori Tempat duduk itu! " bentak pak Bram, karena tak suka Ivana menyentuh barang-barang miliknya.
"Karena kamu sudah sadar diri, mau bekerja dan tidak malas-malasan dirumah aku tidak akan memper panjang masalah di restoran tadi."
Ivana hanya diam. Dia tidak berani memandang sang Ayah.
"ini jatah bulanan kamu! Karna kamu sudah bekerja jdi hanya segitu saja," Pak Bram melemparkan tiga lembar uang berwarna merah kera Ivana.
"Bulan ini hanya segitu jangan boros! Aku bukan mesin pencetak uang!" ucap pak Bram.
" I-Iya," hanya kata itu yang keluar dari mulut Ivana.
Ivana berjongkok memungut uang 300.000 yang Ayahnya lemparkan kepadanya tadi , Setelah memungut uang itu Dia bangkit.
"Ayah teri -"
"Dan satu lagi. Aku lihat kamu sudah mandiri dan dewasa, jadi tak ada alasan lagi untuk kamu tinggal disini."
"Ma-maksud ayah?"
" Apa kamu tidak mengerti? Aku sudah muak melihatmu hanya menumpang di Rumah ini. Jadi sebaiknya secepatnya cari tempat tinggal dan pergi dari sini!"
" Ayah ..."
Tidak usah basa basi!!;segera pergi dari ruangan ini.. aku tidak mau terkontaminasi bakteri pembunuh sepertimu!!
Deg ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments