Ivana tidak bisa tidur. Dia terus memikirkan perkataan dari ayahnya tadi.
"Aku sudah muak melihat kamu, hanya menumpang di rumah ini, " ucapan sang ayah terus terngiang dalam dalam kepalanya
"Apa tidak ada lagi tempat bagiku dirumah ini? apa tidak ada sedikit saja rasa sayang untukku? apa aku yang salah telah terlahir di dunia ini? Hiks ... hiks ... hiks ...Mereka sungguh tak menginginkanku, "
" Jika dengan kepergianku membuat ayah dan Mex bahagia, baiklah Aku akan menuruti keinginan ayah. Aku akan pergi dari kehidupan Mereka, dan mulai sekarang tidak ada lagi air mataku yang terjatuh untuk mereka! " tegas Ivana pada dirinya sendiri.
Malam itu juga, Ivana mengemasi barang-barang miliknya. Ivana memasukan barang yang penting dan beberapa helai baju saja, di dalam tas ransel miliknya.
" Semua yang aku butuhkan sudah masuk ke dalam tas. Sebaiknya aku tidur sejenak sebentar lagi pagi, dan Aku harus keluar dari rumah ini."
....
"Bibi, aku pamit mau berangkat kerja."
Ivana menghampiri dan memeluk Bibi Sri, untuk yang terakhir kalinya.
" Loh Non, ini masih sangat pagi sekali."
Ivana melepaskan pelukannya kepada Bi Sri. " Hari ini pekerjaan banyak sekali jadi harus cepat datang."
" Gitu ya Non," Bi Sri hanya menggunakan kepalanya.
" yaudah Bi, Aku berangkat dulu."
" Tunggu sebentar Non. Bibi sudah siapkan bekal untuk dibawa," Bi Sri mengambil bekal dan memberikannya kepada Ivana.
" Terimaksih Bi. Ivana berangkat dulu."
" Hati-hati Non."
ketika Ivana sudah di halaman rumah, Dia kembali memandang rumah tempat Ia tumbuh besar tanpa kasih sayang.
" Maafkan aku Bi, Akku sangat menyayangi Bibi, tapi tak ada lagi tempat bagiku dirumah ini. Semoga dengan Aku pergi dari sini ayah dan Mex Bahagia."
Ivana pun menjauh dan meninggalkan rumah itu dengan mengendarai motor butut miliknya.
" Apa sarapan sudah siap Bi?" pak Bram sudah duduk di depan meja makan."
"Sudah Tuan, saya siapkan dulu."
" Anak pembunuh itu kemana Bi? " Mex penasaran sedari tadi tidak melihat keberadaan Ivana, biasanya dia melihat ivana duduk di sudut anak tangga memandang mereka yang sedang makan.
"Nona Ivana sudah berangkat kerja Den."
Emosi pak Bram, mulai terpancing karena Mex menanyakan Ivana.
"Ngapain kamu tanyakan anak pembawa sial itu?" pak Bram merasa geram kepada Mex.
" Aku hanya penasaran saja Yah."
" Sebaiknya cepat habiskan sarapanmu itu, dan kita berangkat."
" Kenapa Ayah emosian? Aku, kan hanya bertanya."
Ayah dan anak, itu kemudian makan tanpa ada sepatah katapun keluar.Mereka makan dalam keheningan.
....
Ternyata Ivana tidak langsung ke restoran tempat dia bekerja. Dia mampir di rumah Mita sahabatnya.
" Ivana. kamu kenapa ngak langsung ke Resto aja? malah singgah di sini."
" kenapa? gak boleh?"
" yang katakan gak boleh itu siapa? Aku hanya penasaran ajah biasanya kamu gak mau mampir."
Mita memang tidak tahu bahwa Ivana anak orang kaya. Selama ini dia berfikir Ivana adalah anak yatim-piatu, dia juga tidak tahu semua permasalahan Ivana, karena Ivana orangnya tertutup tidak mau berbagi.
"Mit, hari ini aku ke Resto hanya ingin memberi surat pengunduran diri kepada Bos."
"Maksud kamu? kok tiba-tiba? Iv ada apa ?" Mita kaget Ivana ingin mengundurkan diri dari resto.
" Gak ada apa-apa Mit. Aku hanya ingin berkunjung ke kampung halamanku saja."
" Tapi tidak harus mengundurkan diri juga, kan bisa minta cuti."
" Keputusan ku sudah bulat Mit. Kemungkinan besar aku tidak akan kembali lagi di sini."
" Aku ikut kamu yaa, sekalian aku ingin refreshing."
" TIDAK BOLEH!!! ibu kamu lagi sakit siapa yang jagain kalau kamu ikut aku?"
" Iya juga sih," Mita membenarkan ucapan Ivana.
Mereka berdua berangkat Resto bersama-sama.
Setelah Ivana menyerahkan surat pengunduran diri, Dia Akhirnya meninggalkan kota tersebut.
Di sepanjang perjalanan Ivana terus melamun, Ia tidak tahu mau pergi ke mana tidak punya tujuan sama sekali. Tiba-tiba dari arah berlawanan ada sebuah mobil yang melaju kencang menabrak Ivana.
BRAK ...
Ivana yang tertabrak terseret agak jauh dari motor miliknya.
" Mang Udin!!!" teriak wanita sudah berumur 50 tahun. dari dalam mobil.
" M- maaf Nyonya saya tidak sengaja, Saya sungguh tidak hati-hati," supir wanita sangat ketakutan.
" Sebaiknya cepat turun tolongin Dia!"
Merekapun turun dari mobil menghampiri Ivana yang sudah tak sadarkan diri.
" Angkat dia kita bawa kerumah sakit." ucap Nenek itu.
Sementara di perjalanan, Ivana sadar.
"Aduh ..." Ivana meringis kesakitan tangan dan kakinya sedikit lecet
" Kamu sudah sadar? "
" I-iya Nek, saya mau di bawa di mana?" tanya Ivana panik.
" Tenang cantik, Nenek mau bawa kamu kerumah sakit."
" tidak perlu repot-repot Nek, Saya baik-baik saja."
" Baik-baik bagai mana? tangan dan kakimu lecet!"
" Sungguh tidak apa-apa Nek, ini sebentar lagi sembuh jika di obati."
Ivana tak ingin merepotkan orang lain. Dia sadar bahwa dia juga yang salah karena melamun saat mengendarai motor.
"Tapi cantik ..."
" Tidak apa-apa, saya juga salah mengendarai motor tidak hati-hati."
"kalau begitu, Kita kerumah Saya saja untuk mengobati lukamu itu."
" Nek ..."
" Tidak ada penolakan! Nenek hanya ingin bertanggung jawab."
Akhirnya ivana tidak menolak lagi, Dia ikut ke rumah Nenek tua itu.
Setibanya di rumah Nenek itu, dia turun dari mobil memandang rumah mewah yang di hadapannya. Ivana sudah tidak kaget melihat yang seperti itu karena dia juga terlahir dari keluarga yang berada.
luka Ivana sudah di obati. Nenek itu terus memperhatikan Ivana .
"Cantik nama kamu siapa?" tanya Nenek dengan lembut.
" Nama saya Ivana Nek."
"Nama yang cantik seperti orang nya," puji Nenek.
" Biasa saja Nek," Ivana terlihat sangat malu di puji seperti itu.
" kalau Nenek, panggil saja Nenek Puspa ... Ivana apa Nenek boleh bertanya?"
Ivana hanya menggunakan kepalanya mengiyakan.
" Nenek perhatikan sepertinya kamu sedang Adah masalah apa boleh Nenek tahu? siapa tau nenek bisa bantu."
Akhirnya Ivana menceritakan semua tentang kehidupannya dari masa kecil. Dia merasa nyaman kepada orang yang baru ditemuinya itu.
" jadi seperti itu Nek."
" Kasihan sekali kamu Cantik, Tapi harus kamu tahu kamu bukanlah seorang Pembunuh. Kematian dan kehidupan seseorang sudah ditakdirkan oleh Tuhan, jadi ibumu meninggal bukan karna kamu yang membunuhnya, tapi itu sudah takdir."
Entah mengapa hati Ivana menghangat mendengar perkataan Nenek itu.
" Terima kasih Nek, hanya anda yang peduli dengan orang asing seperti saya."
" Jangan Berkata seperti itu Cantik, Nenek juga punya seorang cucu laki-laki, tapi Dia ikut kedua orang tuanya ke negara XX mereka menetap disana. Dan kamu tidak perlu berlarut-larut menyalahkan diri sendiri atas meninggalnya Ibu mu."
" Hmmm. Baik Nek."
" Sekarang tujuan kamu mau kemana?"
" Entahlah Aku belum tahu Nek," Ivana bingung tidak tahu harus kemana.
" Begini saja Cantik. kamu tinggal bersama Nenek di sini! Nenek hanya sendir di rumah ini dan merasa kesepian, Apakah kamu mau?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments