part 5

" Nona Ivana itu bukanlah seorang pembunuh. Kematian Nyonya Sinta itu sudah takdir yang sudah di gariskan Tuhan. Bibi juga yakin Nyonya Sinta, tidak akan senang dengan perlakuan kalian terhadap Nona Ivana! "

Degh!

Dada Pak Bram dan Mex terhantam sesuatu yang keras, mendengar perkataan Bi Sri. Keduanya terdiam seperti patung. Melihat Mex dan Ayahnya terdiam, Bi Sri pun pergi tanpa mengucap satu kata lagi.

Mex kemudian tersadar bahwa Bi Sri sudah tidak ada di hadapan mereka, Dia pun berlari kearah jalan berharap masih ada harapan untuk menemukan Bi Sri.

"Bi Sri! Bi Sri!" Mex terus berteriak memangil Bi Sri tapi yang dipanggil sudah tidak ada.

Mex kemudian pulang ke rumah dan merenungi ucapan dari BI Sri.

" Bu, apakah benar? Ibu marah jika aku memperlakukan Ivana begitu buruk? Tapi dia yang sudah membuat Ibu pergi untuk selamanya dan meninggalkan aku dan ayah," Mex duduk di sudut kamar menatap foto Ibu Sinta dengan wajah yang sendu.

Ada kerinduan begitu dalam di mata Mex ketika menatap foto Ibunya. Banyak sekali impian yang belum sempat tercapai tapi ibunya sudah meninggalkan mereka.

Mex yang tadinya duduk di sudut kamar, kemudian perlahan bangkit dan membawa tubuhnya berbaring di atas tempat tidur. Seketika dia terlelap.

" Ibu? apakah itu benar-benar Ibu?," Mex mendekat memastikan bahwa benar yang dilihatnya adalah sang ibu.

Ibu Sinta kemudian merentangkan kedua tangannya menyambut putranya.

" Ibu!" Melihat sosok yang di hadapannya merentangkan kedua tangan dia yakin bahwa benar itu ibunya, kemudian Dia berlari memeluk Ibunya.

" Hiks,hiks, hiks, hiks. Kenapa Bu? kenapa Ibu meninggalkan kami? dan kenapa Ibu meninggalkan kami bersama seorang pembunuh yang sudah membunuh mu?" Mex terisak dalam pelukan Ibunya yang begitu hangat.

Banyak sekali pertanyaan, yang dilontarkan Mex kepada Hingga dia tenang dan menatap sang Ibu baik-baik.

" Nak, Ibu hanya ingin mengatakan jangan pernah menyalahkan adikmu, dia tidak bersalah. Memang sudah takdir ibu harus pergi meninggalkan kalian," ucap Ibu Sri dengan lembut.

" Bu," Mex ingin melanjutkan perkataanya, namun Ibunya langsung memotong.

" Sayangi adikmu, jangan perlakukan dia dengan kasar. Dia tidak bersalah," setelah mengatakan itu perlahan tubuh Ibu Sri mulai menghilang dari dekapan Mex.

" Ibu, Ibu. tidak, Tidak, jangan! Ibu!!!" Mex berteriak sekencangnya hingga dia terbangun dari tidurnya.

" Hah hah hah, Ibu!" Dia melihat sekelilingnya mencari keberadaan sang ibu tapi tidak ada, seketika dia tersadar semua itu hanyalah mimpi.

Mimpinya yang begitu terasa nyata, pelukan ibu yang begitu hangat suara ibu yang menenangkan.

"Aaaaaaakh!! Ibu!!!!"

" Mex? Mex? kamu kenapa Nak?" mendengar teriakan sang anak Pak Bram, berlari menghampiri Mex.

" Pa, aku barusan bermimpi bertemu Ibu. Hiks, Hiks."

mendengar itu Pak Bram langsung memeluk sang anak dengan erat.Beliau ingat betul bagai mana perasaan yang dirasakan oleh Mex.

Dalam pelukan sang Ayah, Mex kembali teringat ucapan ibunya.

" Sayangi adikmu, jangan perlakukan dia dengan kasar. Dia tidak bersalah."

Perkataan ibunya berhasil membuatnya sadar bahwa selama ini, Dia memang sudah sangat bersalah kepada Ivana.

Hati Mex bagaikan diremas, selama ini Dia melimpahkan semua kesalahan kepada sang adik bahkan menuduhnya telah membunuh sang ibu.

Jelas-jelas kepergian sang almarhum Ibu mereka adalah murni dari pendarahan, dan takdir dari Tuhan. Bisa-bisa dia di butuhkan oleh kebencian karena tidak terima atas kematian sang Ibu.

Mex kemudian melepaskan pelukan dari sang ayah dan berlari ke kamar Ivana. Dia masuk mengacak-acak kamar sang adik beharap menemukan sesuatu.

" Mex, apa yang kamu lakukan di kamar ini?" tanya Pak Bram.

" Dia bulan pembunuh. Dia Adik ku," Mex terus mengulangi perkataan yang sama sambil mengacak-acak kamar itu.

" Nak, apa yang terjadi kepada kamu ? kenapa kamu seperti ini?" Pak Bram bingung dengan sikap Mex.

" Ayah. Dia bulan pembunuh! aku sudah bersalah, Aku Kakak yang buruk! aku sungguh buruk!"

" Tidak Na. Kamu tidak seperti itu! Anak itu memang seorang pembunuh dia sudah membuat Mama meninggalkan kita!"

" Stop pa! cukup! Aku tidak mau lagi hidup dalam kebencian karena tidak terima akan meninggalnya Mama, "

" apa maksudmu Nak? jelas-jelas dia sudah membunuh Mama!" kini suara pak Bram sudah mulai tinggi.

" Cukup pa! kalau papa tidak bisa terima dengan apa yang aku katakan silahkan keluar dari kamar ini! " teriak Mex.

Tak ingin ada perdebatan Ayahnya, memilih mengalah dan keluar dari kamar milik Ivana. Bertepatan dengan keluarganya sang ayah Mex menemukan 2 surat didalam sebuah laci meja.

" Surat? Untuk kak Mex, Untuk Ayah?" Mex membaca nama yang tertera di atas surat itu, kemudian dia perlahan mengambil surat yang atas nama nya dan mulai membaca isi surat tersebut.

Deg Deg. Jantung Mex berdebar begitu cepat membaca isi surat itu.

Kak Mex,

Maafkan seorang pembunuh ini, pergi tanpa pamit kepada Kaka dan Ayah. Aku pergi, karena aku tak sanggup lagi hidup diantara kalian, aku sadar kehadiranku di rumah ini tak ada artinya. Selama ini aku tumbuh dengan luka, dan sudah terbiasa bahkan sudah bersahabat dengan luka ini. Sebenarnya aku sempat berharap kalian akan berubah, namun semua hanyalah angan-angan ku saja. Kalian terus memperlakukan aku dengan begitu buruk, mengabaikan, mencaci dan sering menyebut aku pembunuh dan pembawa sial! apa Kaka tahu? aku juga ingin kalian sayang, aku ingin kalian memanjakan ku,. Tapi yang kudapat malah sebaliknya. Sebenarnya masih banyak yang akan kukatakan tetapi, sudahlah aku tak mau basa basi. Biarlah pembunuh ini pergi dari rumah ini dan jangan sekalipun kalian mencari ku lagi! anggaplah aku sudah mati!. Semoga dengan aku pergi dari rumah ini kalian Isa hidup bahagia tanpa adanya bayang seorang pembunuh dan pembawa sial.

~Ivana Pembunuh~

Mex yang membaca isi surat tersebut lemas tak berdaya.

" Tidak Dek. maafkan Kaka, aku sudah sangat bersalah kepadamu. selama ini karena tidak terima atas meninggalnya mama kamu lah yang jadi sasaran tumbuhnya kebencian. Maafkan Kaka , hiks hiks."

Mex terus mengingat semua perlakuannya yang kasar kepada sang adik sejak, Ivana dari bayi hingga mereka sudah tumbuh dewasa.

Tak pernah sekalipun Mex bersikap lembut kepada Ivana bahkan saat Ivana baru saja lahir mereka bahkan tak mau memberikan nama.

Pembunuh, pembawa sial, bakteri, cacian, hinaan yang dia sudah katakan kepada Ivana, semuanya terekam dalam otaknya.

Sungguh perbuatannya itu tak pantas mendapatkan maaf dari sang adik.

" Dek, apa yang sudah aku perbuat tidak pantas mendapat maaf darimu, aku sungguh menyesal aku tak pernah menyayangimu."

" Dek, Kaka mohon pulang! Kaka janji akan memperbaiki semuanya. Kaka aka melindungi kamu mulai sekarang."

****************

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!