APARAT KEPARAT

Satu minggu menjelang pulang, Arifin datang ke rumah Lestari. Tapi kali ini wajahnya ketus sambil uring-uringan. Saat itu hujan deras. Lestari dan Mbok Sulasmi yang duduk di ruang depan hanya memandangi Arifin yang menendang-nendang pintu dapur. Tidak biasanya Arifin seperti ini.

“Lestari, aku mau makan.” Kata Arifin dengan ketus.

“Iya Bang, aku ambilkan.” Lestari merasa heran, biasanya Arifin memanggil dia secara lembut dengan sebutan Ade.

Arifin mengambil piring berisi lauk dari tangan Lestari dengan kasar.

“Sini. Lama sekali kamu disuruh.” Bentak Arifin

Arifin makan dengan lahap tanpa peduli dengan Mbok Sulasmi dan Lestari. Lalu Praaaanggg, Arifin melempar piringnya yang sudah kosong ke dapur sampai pecah.

Mbok Sulasmi beristighfar

“Astagfirullah hal adzim. Kenapa toh nak Arifin. Ada apa?” suara Mbok Sulasmi memelas

“Diam kamu nenek tua. Kamu juga Lestari. Menyesal aku nikah sama kamu.” Entah apa yang terjadi tiba-tiba Arifin menjadi sangat kasar

Arifin lalu keluar sambil membanting pintu, padahal diluar hujan masih deras.

Lestari menangis sesenggukan sambil memeluk suaminya yang belum genap 2 bulan menikahinya tetapi sudah menunjukan sikap kasar.

Besoknya Mbok Sulasmi, Lestari dan Pak Fadillah mendatangi Pos Satgas untuk menemui Letnan Darmawan. Mbok Sulasmi mengadukan kejadian tersebut ke kakaknya.

Mendengar aduan dari Mbok Sulasmi dan Lestari tentu saja Letnan Darmawan menjadi marah kepada Arifin. Apalagi mendengar pengakuan Lestari bahwa Arifin sudah berkali-kali melakukan hubungan suami istri dengannya. Melanggar janji yang diucapkan Arifin kepada Danpos ketika memaksa untuk menikah siri.

Arifin hanya tertunduk ketika dimaki-maki oleh Letnan Darmawan. Arifin kemudian bersimpuh minta maaf kepada Mbok Sulasmi, Lestari dan Bang Fadillah, ia mengaku khilaf. Letnan Darmawan memanggil anggota kesehatan untuk membawakan tes pack kehamilan. Dia khawatir jika Lestari hamil. Tentu pengajuan nikah harus dipercepat, kalau tidak, pernikahan siri bisa ketahuan dan dia juga bisa kena hukuman karena mengijinkan mereka menikah. Ternyata hasilnya negatif. Setelah dicoba kedua kali dengan jeda waktu 30 menit, hasilnya tetap negatif. Berarti Arifin belum berhasil menghamili Lestari.

Besoknya Arifin datang ke rumah Lestari sambil membawa bingkisan dan rokok untuk Bang Fadillah. Arifin minta ijin mengajak Lestari ke Takengon dengan alasan akan memesan tiket bus untuk menyusul ke Jawa nanti. Karena mereka tidak bisa berangkat bersama. Arifin akan pulang dengan kapal TNI AL dari Kolinlamil Krueng Geukuh di Lhokseumawe sementara Bang Fadillah, Mbok Sulasmi dan Lestari akan menyusul menggunakan bus.

Dengan dibonceng sepeda motor inventaris Pos, Arifin membawa Lestari menuju Takengon. Tapi bukan menuju loket travel atau terminal bus, Arifin membawa Lestari ke sebuah rumah yang terpencil di tepi danau laut tawar.

“Bang ko kesini, katanya mau pesan tiket?” Lestari bertanya dengan nada cemas

Arifin tidak langsung menjawab, dia menarik tangan Lestari ke dalam rumah.

“Diam kamu jangan banyak tanya.” Ujar Arifin dengan ketus setelah berada di dalam rumah

Lalu dengan kasar dia mendorong Lestari ke dalam kamar. Dibukanya semua pakaian Lestari lalu Arifin menyalurkan hasratnya dengan kasar. Lestari menangis sejadi-jadinya, ia merasa diperk*sa oleh suaminya sendiri. Lestari memberontak lalu memukul Arifin. Arifin menjadi marah lalu mengambil tali dan mengikat tangan dan kaki Lestari ke ranjang. Lestari diikat masing-masing tangan dan kakinya hingga membentuk huruf X di tempat tidur. Arifin kembali menyalurkan hasratnya.

“Ampun Bang Ampun.” Rintihan Lestari terdengar menyayat hati

“Diam kamu. Kamu itu sampah dalam hidup aku.” Bentak Arifin yang sudah kesetanan

Lestari yang tidak terima meludahi Arifin, matanya melotot menatap marah kepada Arifin. Arifin lalu menyumpal mulut Lestari dengan ****** ******** sendiri dan menutup mata Lestari yang melotot dengan tali sobekan sarung bantal sehingga Lestari tidak bisa berteriak dan melihat apa yang terjadi.

“Kamu segala lapor ke Danposku hingga aku dimarahi. Ini hukuman dariku. Aku juga tidak mau menikahimu secara resmi. Asal kau tau saja, aku sudah dijodohkan dengan anak saudagar kaya yang cantik. Lebih dari kamu. WLestari miskin dari kampung.” Arifin memaki sambil terus menghujam ******** Lestari

Lestari menangis sejadi-jadinya mendengar makian Arifin. Langit terasa runtuh baginya. Dunia menjadi gelap. Lestari pingsan tidak kuat menerima kenyataan itu.

Sayup sayup antara sadar dan tidak, Lestari mendengar suara Arifin bercakap-cakap dengan seseorang diluar sana.

“Silahkan terserah Danru saja mau diapakan, aku sudah puas. Asal sinikan bayarannya sekarang, aku mau ke kota dulu.” Entah Arifin berkata kepada siapa

Selanjutnya Lestari merasa tubuhnya ditindih sesorang, badannya lebih besar dari badan Arifin yang kurus berkumis. Berkali-kali Lestari merasakan sakit dikemaluannya akibat hujaman laki-laki asing itu. Lestari lemas tak berdaya. Berkali-kali ia pingsan lalu bangun lagi lalu pingsan lagi. Entah sudah berapa kali rahimnya menerima muntahan lahar panas. Lestari hanya bisa menangis pasrah, pergelangan tangan dan kakinya membengkak terasa sakit sekali karena ia terus berontak.

Lestari terbangun ketika dirasakan badannya disiram air hangat. Ternyata Arifin sedang memandikannya. Menyabuni seluruh tubuh dan mencuci rambutnya di kamar mandi. Lalu Arifin memakaikan baju baru ke tubuh Lestari. Gamis panjang tertutup sampai ke telapak tangan. Mungkin untuk menutupi memar di pergelangan tangan.

“Awas kalau kamu cerita kejadian ini. Aku tidak segan-segan menculik Mbokmu dan si Fadillah tua itu.” Ancam Arifin kepada Lestari

“Sekarang juga aku ceraikan kamu talak tiga.” Ucap Arifin “Jangan menangis, sempat air matamu keluar, aku perk*sa lagi kamu.”

Lestari terdiam tak berdaya menahan kepedihan. Dia sangat benci kepada Arifin. Ingin rasanya ia mencabik cabik tubuh Arifin yang kurus. Ingin dia mencabut satu persatu kumis Arifin yang tebal bagai ulat bulu menjijikan.

Arifin membonceng Lestari menuju arah pulang. Di Simpang tiga redelong Arifin memacu kendaraannya ke arah Rembele, bukan ke arah Pondok Baru.

“Mau dibawa kemana lagi aku?” tanya Lestari

“Kamu diam saja kalau mau Mbokmu selamat.” Ancam Arifin

Lestari dibawa ke sebuah gudang kopi yang sudah tidak terpakai, disana sudah ada 3 orang tentara menunggu.

“Ingat kamu sayang Mbok kamu kan? Kamu sayang keluargamu kan? Sempat kamu melawan aku habisi semua keluargamu. Termasuk Fitri sepupumu, akan ku perk*sa sampai mati.” Ancam Arifin

Ketiga tentara itu tersenyum menyambut kedatangan Arifin dan Lestari.

“Waw cantiknya” salah seorang berkata terlihat nama Haris di papan namanya

“Aku duluan ya” Jonson meminta

“Jangan, kamu belum sunat. Aku duluan, aku yang bayar pengganti mahar Arifin. Nanti kalian aku kasih kesempatan satu kali setelah aku. Selanjutnya dia menjadi milikku” ujar Saputra

Arifin hanya tersenyum. “Sana buka baju kamu, lalu tiduran disini. Ingat jangan macam-macam kalau mau Mbok dan keluargamu selamat.” Bentak Arifin kepada Lestari

Lestari tidur terlentang mengikuti perintah Arifin. Bayangan wajah ibunya membuat dia hanya bisa pasrah. Saputra menyalurkan hasratnya dengan menggebu kepada Lestari disaksikan kawan-kawannya lalu memuntahkan lahar panas di wajah Lestari. Berikutnya Haris yang menginginkan Lestari dari arah belakang. Lestari seperti ditusuk-tusuk besi panas dari neraka sampai Haris memuntahkan cairan menjijikan. Jonson menginginkan dari depan, kulupnya tampak memerah menerjang Lestari yang pasrah tak berdaya.

“Aduh melihat kalian, aku juga jadi pingin.” Ucap Arifin “Aku penutup ya. Perpisahan sekali lagi.” Tambahnya lalu menghujam Lestari dengan kasar

Saputra menyerahkan uang 8 juta rupiah kepada Arifin di hadapan Lestari yang sudah kembali berpakaian.

“Ingat Lestari, ini suami baru kamu, Saputra.” Ujar Arifin

“Saputra, kalau dia tidak nurut sama kamu, habisi saja keluarganya. Bilang saja GAM. Bapaknya suku Aceh, ibunya Jawa.” Arifin berkata dengan nada congkak. “Besok aku antar ke rumahnya setelah kita serah terima Pos.” Arifin berkata kepada Saputra

Mereka adalah Pasukan pengganti yang akan mengganti Pos yang ditempati Arifin.

Sampai di rumah, Lestari diam saja ketika ditanya ibunya.

“Mbok aku tidur dulu ya. Ini ada titipan uang 3 juta rupiah dari Mas Arifin.” Lestari berkata lalu mencium pipi ibunya. Lestari masuk ke kamar lalu tidur dalam kepedihan. Dunia terasa gelap baginya. Ingin rasanya ia mengakhiri hidup ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!