PERTEMUAN MENYAKITKAN DI HARI BAHAGIA

“Cintaku, kenapa menangis?” Teguh berbisik sambil memeluk membuyarkan lamunan Lestari

Tangis Lestari semakin pecah dan ia membalas pelukan Teguh.

“Terimakasih ya Mas. Sudah bersedia menikahiku.” Ucap Lestari sambil terisak

“Iya, terimakasih juga sudah menerima lamaranku. Ayo salin, Furqon dan aku sudah siap. Semua yang mau dibawa sudah aku masukan ke tas.” Ujar Teguh

Furqon adalah anak bawaan Lestari yang baru berusia 2 tahun 10 bulan. Lestari tidak pernah yakin siapa ayah Furqon sesungguhnya. Selama ini dia membesarkan Furqon seorang diri. Setelah memakaikan jaket ke Furqon, mereka bertiga menaiki Honda Tiger 2000 menuju ke rumah Teguh di Dago Bandung. Disana Mbok Sulasmi ibunda Lestari sudah menunggu bersama keluarga Teguh.

Lestari memeluk erat pinggang Teguh yang gagah dengan PDL Komando darah mengalir. Teguh seorang pelatih Komando di Batujajar. Hawa panas ditengah kemacetan Cimahi dan Pasteur tidak dirasa oleh Lestari, udara terasa sejuk berhembus di wajah. Teguh meliuk -liuk memacu sepeda motornya perlahan diantara kendaraan yang mengantri karena macet. Furqon memaksa ingin duduk di depan. Tiba di depan toko Swalayan, Teguh membelokan sepeda motornya ke tempat parkir.

“Ayo kita beli minum dulu. Tadi lupa ga bawa minum. Furqon udah haus ya.” Ajak Teguh

Furqon tertawa tawa digendong Teguh di toko swalayan. Memilih susu, coklat dan makanan ringan yang disuka. Lestari tersenyum bahagia sambil menggamit lengan kiri Teguh.

“Mah cucu mah cucu” Furqon menunjuk nunjuk ke rak susu kemasan

“Mana sayang, yang ini?” Teguh mengambil satu kotak susu

“Utan utan, ntu ntu.” Furqon menunjuk-nunjuk rak bagian atas. Teguh dengan lembut mendekatkan Furqon ke rak susu.

“Iya sayang, ambil sendiri ya.” Ujar Teguh lembut. Sementara Lestari tersenyum memperhatikan sambil memilih makanan ringan dan air mineral. Teguh terlihat sangat menyayangi Furqon. Teguh tidak pernah berpikir kalau Furqon adalah anak tiri bukan darah dagingnya. Teguh menganggap Furqon adalah darah dagingnya sendiri. Selesai membayar mereka duduk di meja yang disediakan diluar sambil tertawa-tawa bercanda bahagia. Setiap yang memperhatikan, pasti iri melihat kemesraan mereka.

“Eh cucu nenek yang lucu sudah datang. Bagaimana lancar menghadapnya?” Tanya Bu Maryam ibunda Teguh sambil meraih Furqon yg duduk di depan lalu menggendongnya sambil dicium-cium. Furqon tertawa cekikikan digoda neneknya, calon nenek lebih tepatnya

“Alhamdulillah, lancar Mam. Semuanya sudah paham.” Teguh yang menjawab, sementara Lestari masih malu-malu menunduk di hadapan calon mertuanya

“Alhamdulillah, ayo sayang sini Nak Lestari, istirahat dulu, pegal ya naik motor panas-panasan, tambah macet lagi?” Tanya Bu Maryam

“Tidak juga Bu. Mas Teguh pandai mengemudikan motornya, jadi kami tak terjebak macet, tadi juga sempat berhenti istirahat.” Jawab Lestari. Dulu Lestari terbiasa naik sepeda motor menuju kebun di Cemparam yang jalannya berbatu dan berlumpur selama berjam-jam apabila hendak memetik kopi di daerah sana. Biasanya satu minggu menginap di kebun sampai kopi habis, lalu kembali pulang ke kampung melewati jalan terjal. Karena itu, perjalanan hampir satu jam naik sepeda motor di tengah kemacetan dan panasnya kota Bandung di siang hari melalui jalan beraspal bukan suatu siksaan baginya.

Suasana rumah Teguh sangat meriah dan sibuk menyambut pesta pernikahan mereka. Tim WO menata halaman dan rumah agar representatif untuk acara pernikahan. Teguh merasa tidak perlu menyewa gedung karena halaman rumahnya luas di pinggir jalan utama dan yang diundang adalah para tetangga, rekan kerja ayahnya dan rekan serta atasannya di Satdik.

Teguh dan Lestari bersanding menggunakan pakaian adat sunda. Dengan kebaya putih, nampak Lestari sangat cantik. Sementara Teguh, terlihat biasa saja. Wajahnya memang tidak terlalu tampan. Banyak tamu mengagumi kecantikan Lestari.

“Meni geulis nya panganten teh” bisik Ibu ibu ke tamu di sebelahnya. (arti : Cantik sekali ya pengantinnya)

“Enya, bisaan milihna. Padahal si A Teguh mah teu kasep kasep amat da.” Balas si Ibu yang satunya (arti : Iya, pandai memilihnya. Padahal Kak Teguh wajahnya tidak begitu tampan).

Lestari anak satu-satunya Mbok Sulasmi dan karena tidak ada laki-laki yang bisa menjadi wali nikah ikut ke Bandung, maka kepala kantor KUA Coblong menunjuk salah satu pegawai KUA untuk menjadi wali hakim dari Lestari.

“ Saudara Teguh Prabowo bin Wirya Atmaja Saya nikahkan dan saya kawinkan Anda dengan  Lestari Handayani binti Sulaiman yang walinya telah mewakilkan kepada saya untuk menikahkannya dengan Anda  dengan mas kawin emas 25 gram dibayar tunai.” Petugas KUA mengucapkan kalimat ijab perkawinan

 “Saya terima nikah dan kawinnya Lestari Handayani binti Sulaiman dengan mas kawin emas 25 gram dibayar tunai.” Dengan tegas dan mantap Teguh menjawab dengan kalimat kabul sesuai syariat Islam.

“Bagaimana para saksi,.. sah?” tanya Wali Hakim

“saahhhh” serentak dua orang saksi menjawab diikuti seluruh para hadirin

Lestari tersenyum sambil menitikkan air mata, lalu mencium tangan Teguh dan Wali Hakim. Setelahnya Lestari sujud di pangkuan Mbok Sulasmi. Mbok Sulasmi menangis memeluk anaknya.

Kegiatan dilanjutkan dengan prosesi sangkur pora. Lestari tampak anggun dengan kebaya hijau berhijab dan Teguh tampak gagah dengan PDU I baret merahnya. Acara berlangsung dengan khidmat. Dansatdik memimpin acara prosesi. Mbok Sulasmi menangis terharu menyaksikan pernikahan putrinya, seandainya suaminya bisa menyaksikan tentu akan sangat bahagia.

Hari itu semua gembira, Lestari dan Teguh duduk di pelaminan. Furqon lari kesana kesini membawa mainan dijaga oleh kakeknya. Para tamu tak hentinya datang memberi ucapan selamat. Rasa bangga tersirat di wajah Mbok Sulasmi. Lestari putrinya sekarang benar-benar menjadi istri dari seorang prajurit Komando.

Sekira jam 1 siang rombongan dari Polda Jabar yang merupakan rekan kerja ayah Teguh datang menghadiri resepsi. Ketika satu persatu tamu memberi ucapan selamat, Lestari kaget ketika yang dia salami salah satunya adalah Prayogo. Betapa tidak Prayogo adalah salah satu Polisi yang dulu pernah menyekap dan melecehkannya. Begitu pula dengan Prayogo, wajahnya berubah menjadi tegang dan pucat. Mereka berdua tidak pernah menyangka akan bertemu lagi. Teguh memperhatikan ekspresi mereka berdua, saat Prayogo menyalami, Teguh menatap tajam Prayogo dan membisikan sesuatu. Prayogo mengangguk ngangguk lalu membalas bisikan ke telinga Teguh. Meskipun berdekatan, Lestari tidak bisa mendengar karena kerasnya alunan musik di panggung.

Malam harinya, selesai resepsi, Komisaris Besar Atmaja ayah dari Teguh mengantar kedua pengantin ke Hotel Papandayan.

“Kalian nikmati bulan madu disini selama 3 hari, hari Selasa Ayah jemput. Semua tagihan Ayah yang nanggung. Furqon dan Bu Sulasmi tinggal sama Ayah dan Mamah. Kami mau ajak Bu Sulasmi dan Furqon keliling tempat wisata. Ini koper berisi amplop dari tamu undangan kalian bawa, biar kalian ada kegiatan. Ngitung duit, selain kikuk kikuk. Hehehe” Kombes Atmaja memberi arahan dengan rinci seperti ke anggotanya disertai canda

“Iya Bapak, Terimakasih” jawab Lestari sambil mencium tangan mertuanya

“Eh ko Bapak sih? Panggil Ayah dong cantik.” Ujar Kombes Atmaja

Lestari tersipu malu

“Iya Ayah, kami pamit” jawab Lestari

“Nah gitu dong sayang, Ayahku kan Ayahmu juga.” Teguh berkata sambil tersenyum menyerahkan koper ke pelayan hotel.

“Ingat ya, walaupun cuti kawin 12 hari, kalian Cuma 3 hari disini. Kalau kelamaan takut kalian betah, nanti dompet Ayah jebol.” Ujar Kombes Atmaja sambil melambaikan tangan

Kombes Atmaja amat memanjakan Teguh yang merupakan anak satu-satunya. Dia sebetulnya menginginkan Teguh menjadi anggota Polri seperti dirinya, namun anaknya lebih minat menjadi Bintara TNI AD. Kopassus lebih gagah ujar Teguh.

Teguh menggandeng bahu Lestari sepanjang jalan menuju kamar. Setelah memasuki kamar, Teguh memberikan tips kepada pelayan.

“Karena hari ini hari bahagia bagi kami berdua, ini kuberikan satu amplop untukmu. Aku tidak tahu berapa isinya. Sedikit atau banyak, itu rezeki kamu ya.” Teguh berkata kepada pelayan

“Siap Tuan, Terimakasih” jawab pelayan sambil menunduk dan menyilangkan tangan kanan di dada.

Diluar kamar Asep sang pelayan membuka amplop, dan wajahnya gembira

“Alhamdulillah ya Allah, 500ribu. Bisa nebus gadean anting si Mamah.” Asep bergumam

Teguh mengunci pintu, lalu mengajak Lestari berendam di air hangat. Malam itu Lestari mencurahkan hati dan tubuhnya untuk melayani Teguh sepenuhnya. Mereka bercumbu sepanjang malam. Berkali-kali tubuh Lestari bergetar hebat karena kepiawaian Teguh memainkan irama dan gerak permainan. Teguh yang bujangan mengalahkan dirinya yang sudah berkali-kali merasakan kehangatan lelaki.

Terpopuler

Comments

Bé tít

Bé tít

Jangan mudah menyerah, semangat menulis dan membuat penggemar terus bertambah 💕

2023-09-28

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!