“Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh. Abang, Adik, Kakak saudara-saudaraku sekalian, marilah kita ucap syukur ke hadirat Allah SWT kita masih diberi kesehatan dan keselamatan dapat berkumpul bersama. Adapun kami mengundang Abang, Adik, Kakak semua dengan maksud menyampaikan anak kita Lestari ada yang datang dengan maksud hendak melamar. Adapun yang memiliki niat untuk melamar anak kita Lestari adalah anggota dari Pos Tentara di Pondok Baru. Sesuai dengan adat istiadat kita, Mbok Sulasmi selaku ibunda Lestari meminta pendapat kita semua. Untuk keputusannya bagaimana pendapat, usul saran dari Abang, Adik dan Kakak semua. Silahkan Bang Daswin selaku yang tertua, bagaimana pendapatnya?” Bang Fadillah membuka forum musyawarah keluarga
“Kalau aku ya ikut bahagia, anak kita ada yang mau mempersunting. Apalagi kalau Lestari dan Sulasmi sudah merasa cocok ya dilanjutkan. Tapi, maaf nih ada tapinya, apa sudah paham watak calon suaminya seperti apa? Keluarganya betul atau tidak mau menerima Lestari. Terus bagaimana Lestari, kenalnya sudah lama atau belum?” Bang Daswin berkata dengan diakhiri pertanyaan kepada Lestari
“Belum lama Wak, aku kenalnya kalau Mas Arifin ke rumah. Kadang dia kasih uang buat jajan. Pernah juga belikan baju untuk aku sama Mbok. Kami jarang ngobrol sebelumnya Wak.” Jawab Lestari
“Kalau aku lihat sekilas ya anaknya baik, sopan.” Mbok Sulasmi menambahkan
“Kalau aku bagaimana Kak Sulasmi saja.” Pak Cik Kamirin menimpali. “Kalau dirasa cocok ya tinggal lanjutkan ke pernikahan. Toh jodoh sudah ada yang mengatur”. Ujarnya menambahkan
“Iya Kak, aku setuju kalau Kakak merasa cocok. Cuma ya harus dicari tau dulu betul tidaknya dia masih bujangan. Ada kawanku yang diajak nikah tentara Satgas ga taunya disana jadi istri kedua” Kak Rohanah ikut memberikan pendapat
Akhir kata setelah semua menyatakan pendapat, disetujuilah lamaran yang diterima Lestari dari Arifin. Tentu saja dengan beberapa catatan.
Namun karena pengajuan nikah tentara harus dilaksanakan di Batalyonnya sana, semua sepakat untuk menghindari zinah sebaiknya Lestari dan Arifin dinikahkan secara agama dulu disini sebelum diajak ke tanah jawa. Nanti Mbok Sulasmi dan Bang Fadillah akan mendampingi selama proses pengajuan nikah di Kesatuan tempat Arifin bertugas.
Satu minggu kemudian dengan dihadiri keluarga, Danpos dan beberapa anggota Pos Satgas dilaksanakanlah ijab kabul pernikahan antara Arifin dan Lestari. Bang Fadillah selaku wali, Letnan Darmawan dan Pak Legimin menjadi saksi nikah. Mas kawinnya cincin dan kalung emas seberat 10 gram.
Letnan Darmawan menyetujui pernikahan secara agama karena sesuai permintaan keluarga untuk menghindari zinah. Meskipun hal itu sesungguhnya termasuk pelanggaran disiplin, karena belum mendapat ijin Komandan Satuan. Karena itulah Letnan Darmawan mewanti-wanti kepada seluruh anggota Posnya untuk menjaga rahasia telah terjadinya pernikahan tersebut.
Meskipun sudah sah secara agama, Arifin tidak tinggal serumah dengan Lestari dan ibunya. Setelah pernikahan berlangsung, Arifin langsung kembali ke posnya.
Dua hari kemudian, Arifin datang ke rumah Lestari. Kebetulan Mbok Sulasmi sedang membantu tetangganya yang masak untuk acara sunatan.
“Assalamualaikum istriku.” Senyum Arifin menyapa Lestari
“Waalaikum salam.” Jawab Lestari canggung
“Ini de, abang mau ngasihkan ULP Satgas abang sebagai nafkah buat ade. Kan sudah kewajiban suami memberi nafkah istrinya.” Ucap Arifin sambil menyerahkan amplop putih Kepada Lestari
“Terimakasih Bang.” Balas Lestari sambil menerima amplop tersebut
“ULP Satgas abang 45ribu perhari. Jadi sebulan Rp.1.350.000. Itu abang kasihkan satu juta buat ade. Yang 350ribu buat abang ya. Kalau gaji abang semuanya ditabung sama juru bayar di Batalyon abang.” Arifin menjelaskan
“Iya bang, terimakasih. Aku ambilkan minum dulu ya.” Lestari ke dapur sementara amplop dari Arifin diletakkannya di meja. Ia bahagia menerima uang sebesar itu. Biasanya upah memetik kopi tidak pernah lebih dari 150rb. Itu pun kalau berhasil mengumpulkan kopi 3 kaleng lebih.
“Ini minumnya Bang. Teh hangat tanpa gula, sesuai kesukaan abang kan?” Lestari menyodorkan gelas berisi teh hangat kepada Arifin
Arifin meminumnya. Lalu meletakan gelasnya di meja. Tangan Arifin meraih tangan Lestari. Lestari segera menepisnya.
“Eh ko gitu sih. Kan kita sudah halal, kita sudah menikah loh.” Arifin tersenyum nakal
“Maaf, Lestari belum terbiasa Bang.” Ucap Lestari
Arifin mendekatkan tubuhnya ke Lestari, lalu berkata
“Ingat ya, kita suami istri. Sini Abang peluk dulu. Kewajiban suami menafkahi lahir batin. Kewajiban istri melayani suami.” Bisik Arifin
Lestari bergidik, jantungnya berdegup tak karuan. Baru kali ini dia dipeluk laki-laki. Lestari menyadari Arifin adalah suaminya sehingga dia diam saja.
Arifin mengajak Lestari masuk ke dalam kamar tidur. Perasaan Lestari tidak karuan. Dadanya berdebar-debar, jantungnya berdetak kencang, ketika Arifin mencium lalu ******* bibirnya. Lestari hanya diam sambil memejamkan mata saat Arifin membuka pakaiannya, tubuhnya gemetaran. Dan siang itu diiringi isak tangis pelan, Lestari menyerahkan mahkota kesuciannya kepada Arifin. Sungguh terasa sakit selangkangannya. Tetesan darah nampak di sprei putih tempat tidurnya.
Arifin tersenyum puas, dipakaikan kembali pakaian Lestari. Sungguh dia telah menikmati tubuh perawan Lestari yang bersih mulus tanpa cela. Air mata Lestari masih meleleh ketika Arifin mengecup keningnya, lalu pamit karena hari sudah sore. Arifin takut kalau Danpos akan marah jika mengetahui jika ia telah meniduri Lestari. Karena sebelumnya Arifin berjanji kepada Letnan Darmawan akan menjaga kesucian Lestari sampai pengajuan nikah Batalyon selesai.
Lestari mandi berkali-kali karena masih terbayang jilatan Arifin di sekujur tubuhnya. Lestari berusaha buang air kecil terus menerus agar cairan yang dimuntahkan ******** Arifin di *********** terbuang lagi. Dia bergidik dengan kejadian itu. Meskipun bukan zinah karena sudah menikah, tapi itu untuk yang pertama kali baginya.
Tiga hari kemudian, Arifin mengunjungi kembali Lestari. Dan seperti sebelumnya, Arifin minta dilayani oleh Lestari. Mbok yang masuk dari dapur tidak menyadari akan kehadiran Arifin di kamar Lestari karena Lestari menutup mulutnya rapat-rapat agar tidak bersuara saat Arifin menindih tubuhnya.
Untuk selanjutnya hampir setiap hari Arifin minta dilayani oleh Lestari. Hanya ketika Mbok Sulasmi atau ada orang lain di rumah, Arifin tidak meminta jatah ke Lestari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments