Safarah 4
" Ayo cepat! Sebelum mama berubah pikiran." Mas Virhan mendorong tubuhku hingga aku menjadi oleng.
Setelah aku berhasil masuk, mas Virhan menutup pintu mobil dan segera berlari kecil masuk ke pintu mobil. Kini mas Virhan sudah berada disampingku.
Mesin mobil dinyalakan, mobil melaju meninggalkan pekarangan rumah mama.
Cukup lama kami berdiam. Bermain bersama pikiran masing-masing. Sesekali aku melirik kearah mas Virhan, suami tampan ku yang tidak bisa berkutik di bawah penguasaan mama.
Setelah cukup lama terdiam, aku membuka percakapan diantara kami, " mengapa nekat mengantarkan aku pulang, mas?"
" Karena kamu istriku, Safarah. Istri yang harus di jaga keamanannya.
Tolong! Jangan bahas itu lagi!" Pintanya sendu.
Mas Virhan tidak membawaku pulang ke kafe, melainkan kesebuah hotel.
" Mengapa ke hotel, mas?"
Bukannya menjawab, mas Virhan malah tersenyum padaku.
Mas Virhan memesan sebuah kamar. Resepsionis hotel, tersenyum juga menyelidik.
Mungkin dikira kami adalah pasangan selingkuh yang mau senam ranjang.
Dasar!
Pintu kamar hotel ditutup dan terkunci.
Mas Virhan menarikku ke ranjang berseprai putih.
" Kita butuh bicara berdua. Tanpa siapa pun." Ucap mas Virhan sambil melingkarkan tangannya di pinggangku.
Tak ketinggalan bibirnya mulai mengendus rambutku.
Macam kucing saja, mas...mas.
Semakin lama, tangan mas Virhan semakin aktif. Bagai singa buas yang siap menerkam.
" Kangen." Bisiknya dengan suara parau.
Aku menepis tangan mas Virhan. Bukan waktu yang tepat untuk bercinta. Rumah tangga kami sedang berada di ujung tan" Jangan sekarang, mas."
" Lalu kapan? Hampir satu bulan kamu tidak pernah memberikan hak ku."
Ckck..aku menggelengkan kepala.
Masih saja berfikir kearah sana. Padahal berbagai masalah tumpah menjadi satu.
" Mas..maaf ya.. aku tidak bisa." Tolak ku halus.
Mas Virhan menangkup wajahku, " aku mencintaimu, Safarah."
Aku menghela napas, " huft... Cinta saja tidak cukup, mas. Cinta itu harus diperjuangkan mas..."
" Aku memperjuangkan rumah tangga kita, tapi.. kamu memilih untuk mundur, lalu dimana salahku, Sarafah?"
" Kamu tidak salah, mas. Aku yang salah. Aku yang salah..." Ucapku sesenggukan.
Selalu pembahasan rumah tangga kami berakhir dengan air mata.
Mas Virhan memelukku sejenak, dan aku menumpahkan tangisanku di dadanya yang bidang.
Sebentar lagi tangan ini akan menggenggam tangan wanita lain. Tubuh ini juga akan memberi kehangatan pada wanita lain. Sebentar lagi...mas Virhan akan berbagi selimut dengan wanita lain, wanita pilihan mamanya.
***
Kami memilih pulang, dan sekarang sudah tiba di kafe milikku.
" Baik-baik disini, ya. Jaga kesehatanmu." Pesan mas Virhan.
" Kamu juga ya, mas. Jaga kesehatan mu juga."
Aku turun dari mobil mas Virhan. Melambaikan tangan sebagai tanda perpisahan.
Setelah mas Virhan menghilang dari pandangan, aku pun bergegas masuk kedalam kafe yang sekarang ku jadikan rumah sebagai tempat aku berlindung.
" Cie..cie..." Nadia menggodaku.
" Apaan sih?" Sahutku malu-malu.
" Dianterin ayang ya?" Tanya Nadia kepo.
" Ehm.. kasih tahu enggak ya?" Godaku pada gadis belia yang selalu tampil menawan.
" Kasih tahu dong mbak..." Rengeknya manja.
" Anak kecil dilarang kepo." Sahutku sambil melenggang meninggalkan Nadia.
" Huh..dasar!" Jerit Nadia padaku.
Ku tutup pintu kamar sederhana milikku.
Aku menyalakan kipas angin dikamar sempit ini.
Ranjang mewah dirumah mas Virhan harus berganti dengan kasur kecil. Bahkan dinginnya kamar mas Virhan kini juga harus berganti dengan kipas angin mini. Delapan tahu terbiasa mewah dan dimanjakan oleh mas Virhan, kini pelan-pelan harus berubah. Ya. Semua berubah dari nol.
Saat panas menyengat seperti ini, badanku terasa gatal. Sekarang malah tumbuh biang keringat.
Ya Allah...aku pasti bisa. Semangat!!!
***
Dikejauhan, Virhan merenung didalam mobil. Ia sengaja menepikan mobilnya. Mencari sudut sepi. Dinyalakan sebatang rokok, menyesapnya pelan-pelan dan dihembuskan asap putih yang berasal dari rokok.
Kebiasaan buruknya kambuh lagi. Ia bisa menghabiskan tiga bungkus rokok dalam sehari.
Rumah tangga yang dibangun bersama Safarah sebentar lagi akan hancur.
Virhan merasa menjadi kepala rumah tangga yang gagal. Dia tidak berhasil berlaku adil pada mama dan Safarah.
Virhan juga menyesal karena tidak bisa membangun istana impian Safarah. Jika ditanya tentang finansial, tentu ia mampu.
Tapi.. janjinya pada papa, membuat ia tidak tega untuk meninggalkan mama dirumah sendirian. Hanya karena alasan berbakti pada mama dan menepati janji pada papa, jika Virhan akan mendahulukan mama ketimbang perasaan istrinya sendiri. Nyatanya setelah ia mencintai Safarah, janji itu terasa berat untuk di tentang.
Bukannya ia tidak tahu, jika mama tidak menyukai Safarah sejak dulu. Bahkan ia tahu jika kehadiran safarah di rumah ini menjadikan mama tersaingi. Mama yang tidak pernah mau makan jika Safarah yang memasak. Aneh memang, tapi itulah mama.
Bahkan Virhan sengaja menutup mata, pura-pura tidak tahu kejahatan yang mama lakukan pada Safarah.
Ah. Memang pantas Safarah meminta cerai dariku.
Delapan tahun ia menderita bersamaku. Delapan tahun ia hidup dalam tekanan mama. Sedangkan aku? Aku cuma selalu bilang padanya, harus lebih sabar menghadapi mama.
Nyatanya, kelakuan mama semakin melonjak. Hingga Safarah merasa lelah, Safarah tidak sanggup melanjutkan hidup bersamaku. Kesabaran Safarah sudah habis. Safarah tidak bisa berdiri disamping ku lagi.
Safarah...gadis mungil yang kutemui kala ia sedang merasa kalut karena papanya ketahuan berselingkuh. Sedangkan mamanya memilih bunuh diri.
Aku pernah berjanji pada diriku sendiri, jika aku akan menjaga Safarah sampai maut datang menjemput ku. Namun faktanya, baru sewindu, wanitaku itu sudah menyerah menghadapi mama.
Tidak hadirnya buah hati didalam pernikahan kami, membuat mama berang. Kerapkali menyalahkan Safarah. Tak jarang mengatai Safarah mandul.
Bodohnya aku! Tidak pernah menegur mama, meski telingaku dengan jelas mendengar umpatan mama pada Safarah, istriku.
Apa aku bisa hidup tanpa Safarah? Meski terkadang aku cuek padanya, namun...seratus persen cintaku hanya untuknya.
Aku membuka dompet, ada foto Safarah disana. Sengaja ku simpan. Foto jadul Safarah sebelum rambutnya tertutup hijab.
Safarah...istriku yang berkulit hitam manis, hidung bangir dan di kedua pipinya terdapat lesung pipit. Yang apa bila tersenyum akan menimbulkan palung di kedua pipinya.
" Safarah... Aku rindu... Rindu mendekap mu, rindu mengobrol di kamar kita, rindu cerewet mu saat aku sembarangan meletakkan handuk basah.
Safarah... Aku tahu.. engkau begitu bahagia kala mama sedang tidak di rumah. Ah. Safarah... Air mataku selalu hampir jatuh kala aku mengenang mu.
" Ya Allah...seandainya engkau mempercayai kami, mempercayai aku dan Safarah untuk menimang bayi, mungkin mama akan berfikir ulang untuk menjodohkan aku dengan wanita pilihan mama." Ungkap batinku.
" Allah...beri hamba petunjuk mu..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments