Bab 2

"Aduh, ini di mana?" tanya pria itu pelan, terdengar kebingungan setelah sadar dari pingsannya.

"Kamu sudah sadar, Nak?" Ayah Nafisa masuk ke kamar dengan cepat setelah mendengar suara itu, diikuti oleh Nafisa dan Ibu Revi.

"Iya, Pak. Ini di mana ya?" Pria itu memegang kepalanya yang masih terasa nyeri.

"Kamu sekarang ada di rumah kami. Tadi Bapak temukan kamu kecelakaan dan pingsan di dekat ladang, jadi Bapak bawa ke sini supaya bisa diobati," jelas Ayah Nafisa dengan tenang.

"Terima kasih banyak, Pak. Kalau Bapak nggak menolong saya, mungkin saya nggak tahu apa yang terjadi sekarang," ujar pria itu dengan nada penuh syukur.

"Iya, sama-sama. Sudah kewajiban kita untuk saling menolong, Nak. Oh iya, kalau boleh tahu, siapa namamu, dan bagaimana kecelakaan itu bisa terjadi?" tanya Ayah Nafisa penasaran.

"Nama saya Azlan Syarahil, Pak. Biasanya dipanggil Azlan. Tadi saya sedang dalam perjalanan ke kampung sebelah untuk mengisi acara pengajian. Jalannya sempit, dan tiba-tiba ada hewan melintas. Saat saya mencoba menghindar, mobil saya malah menabrak pohon," jelas pria itu yang ternyata bernama Azlan.

"Oh begitu ceritanya. Jalan di sana memang kecil, Nak, dan cukup sulit dilalui mobil. Ngomong-ngomong, Nak Azlan ini seorang ustadz, ya?" tanya Ayah Nafisa sambil tersenyum.

"Iya, Pak. Saya seorang ustadz," jawab ustadz Azlan singkat.

"Jarang sekali anak muda yang menjadi ustadz. Bapak kagum sama kamu, Nak," ujar Ayah Nafisa dengan nada kagum.

"Alhamdulillah, Pak. Semua ini berkat anugerah Allah," jawab ustadz Azlan dengan senyum tulus.

"Nak Azlan, kepalanya masih sakit, kan? Ayo, minum obat dulu," ucap Ibu Revi, yang sejak tadi mendengarkan.

"Iya, Bu. Masih terasa sedikit sakit," jawab Azlan sambil mengangguk.

"Nafisa, tolong ambilkan air buat Ustadz Azlan, ya," pinta Ibu Revi pada anaknya.

"Iya, Bu," jawab Nafisa sambil melangkah ke dapur. Tak lama kemudian, dia kembali membawa segelas air dan menyerahkannya kepada Ustadz Azlan.

"Ini Ustadz, " Nafisa melirik Ustadz Azlan sekilas, lalu menyerahkan segelas air putih pada Ustadz Azlan dan pria itu menerimanya.

"Terima kasih" Ucap ustadz Azlan yg juga melirik Nafisa sekilas lalu menundukkan kembali pandangannya dari nafisa.

"Sama-sama," jawab Nafisa singkat.

Setelah meminum obatnya, Ustadz Azlan duduk tegak. "Pak, Bu, sekali lagi terima kasih atas bantuan Bapak dan Ibu. Saya merasa sangat berhutang budi. Kalau begitu, saya pamit dulu," ucap ustadz Azlan, ia berusaha berdiri meski masih terlihat lemah. Ia hendak beranjak dari tempat tidur, karena ia merasa tak enak jika harus berlama lama di rumah Nafisa dan ia juga takut orang tuanya khawatir karena dirinya belum pulang sampai sekarang.

"Loh Nak kamu mau kemana? lebih baik kamu menginap saja malam ini disini Nak, karena kondisi kamu belum sehat betul. Lagi pula hari juga sudah malam Nak, " Ucap ayah Nafisa yg menghentikan ustadz Azlan. Ia khawatir jika pria itu pergi sekarang dan disaat kondisinya belum pulih benar, maka itu akan sangat berbahaya.

"Benar, Nak. Lebih baik istirahat di sini dulu. Kami juga nggak tenang kalau kamu harus pergi dalam keadaan seperti ini," tambah Ibu Revi.

Ustadz Azlan terdiam sejenak, mempertimbangkan permintaan itu. Akhirnya dia mengangguk.Ia merasa tak enak menolak permintaan orang tua Nafisa dan merasa dirinya juga belum pulih benar, Ustadz Azlan pun akhirnya setuju untuk menginap dirumah Nafisa.

"Ya sudah Nak, sekarang sebaiknya kamu istirahat. Nanti kalo ada apa-apa kamu bisa panggil kami" ujar ayah Nafisa sambil tersenyum.

"Iya, Pak. Terima kasih," jawab Ustadz Azlan dengan nada lega.

Setelah itu, Nafisa dan kedua orang tuanya keluar dari kamar tamu, meninggalkan Ustadz Azlan untuk beristirahat. Mereka pun pergi ke kamar masing-masing.

Didalam kamar, Nafisa mulai merebahkan dirinya. Hari sekarang menunjukkan pukul 23.00, namun Nafisa tidak bisa tidur.

"Huft, kenapa sih susah banget tidur? Padahal aku nggak mau begadang, besok kan aku harus sekolah," gumam Nafisa sambil menatap langit-langit kamar. Ia sudah mencoba memejamkan matanya, tapi rasa kantuk tetap tidak datang.

"Ayolah, mata, bantu aku tidur," ujarnya dengan nada frustasi.

Nafisa terus bergulat dengan pikirannya hingga tiba-tiba ia terdiam. Dari kamar sebelah, terdengar suara orang mengaji. Suara itu begitu merdu dan menenangkan.

"Siapa yang ngaji ya? Suaranya indah sekali," ucap Nafisa lirih. "Eh, tapi kan di kamar sebelah ada Ustadz Azlan. Apa Ustadz Azlan yang mengaji? Kalau iya, suaranya merdu banget."

Hati Nafisa terasa tenang mendengar lantunan ayat-ayat suci tersebut. "Ya Allah tenang sekali hatiku mendengarnya, andaikan aja aku dikasih suami kayak begitu nanti, uh.. Pasti aku bahagia sekali," gumamnya sambil tersenyum sendiri. Tak lama, suara mengaji itu membuat Nafisa terlelap dalam tidur yang nyenyak.

Sementara itu, di kamar sebelah, Ustadz Azlan menutup Al-Qur'an yang dibacanya. Malam itu, Ustadz Azlan juga sulit tidur. Melihat ada Al-Qur'an di kamar tamu, ia memutuskan untuk membaca beberapa ayat agar hatinya tenang.

🌻🌻🌻🌻

Esok paginya, Ustadz Azlan sudah bersiap untuk berpamitan kepada keluarga Nafisa.

"Bu, Pak, sekali lagi terima kasih banyak karena sudah menolong dan merawat saya di sini," ucap Ustadz Azlan dengan sopan.

"Iya, Nak, sama-sama. Itu sudah kewajiban kita untuk saling tolong-menolong," jawab Ayah Nafisa sambil tersenyum.

"Kalau begitu, saya pamit, Pak, Bu..."

"Iya, Nak. Hati-hati di jalan," timpal Ibu Revi.

Ketika Ustadz Azlan hendak melangkah ke pintu keluar, Nafisa tiba-tiba muncul dengan tergesa-gesa.

"Ayah, Ibu, gimana ini? Angkot ke sekolah udah nggak ada. Sebentar lagi bel masuk bunyi, Nafisa mau ke sekolah pakai apa?" keluh Nafisa. Nafisa tadi bangun agak kesiangan, dan jarak dari rumah dan sekolahnya cukup jauh maka dari itu Nafisa ketinggalan angkot. Karena biasanya Nafisa selalu naik angkot pagi kesekolah yang jam

06.00 sudah berangkat.

"Aduh, gimana ya, Nak. Di sini memang susah cari kendaraan," jawab Ayah Nafisa, bingung.

"Memangnya Nafisa sekolah di mana, Pak?" tanya Ustadz Azlan, ikut prihatin.

"Dia sekolah di SMA Cempaka Putih," jawab Ayah Nafisa.

"Kalau begitu, biar saya antar saja, Pak. Kebetulan rumah saya searah dengan sekolahnya Nafisa," tawar Ustadz Azlan dengan tulus.

Ia mau mengantarkan Nafisa kesekolah karena emang jalan rumah Ustadz Azlan dan sekolah Nafisa searah. Selain itu, juga karena ingin membalas budi kepada keluarga Nafisa yang sudah menolongnya.

"Alhamdulillah, kalau begitu, Nak. Nafisa, kamu ikut Ustadz Azlan saja, ya," ucap Ibu Revi lega.

"Iya, Bu..." Nafisa yang tidak punya pilihan lain hannya mengiyakan ucapan ibunya. Sebenarnya Nafisa sangat malu jika harus pergi berduaan dengan lelaki, apalagi Ustadz Azlan akan mengantarkannya menggunakan mobil, otomatis hannya mereka berdua didalam mobil. Setelah kecelakaan kemarin, mobil Ustadz Azlan dibawa ke bengkel oleh warga. Dan karena rusaknya tidak terlalu parah, mobil itu bisa dengan cepat di perbaiki. Maka dari itu mobil Ustadz Azlan diantarkan ke rumah Nafisa dan sudah bisa di pakai kembali.

"Ya sudah, saya pamit dulu, Pak, Bu, Assalamu'alaikum, " ucap Ustadz Azlan menyalami tangan Ayah dan Ibu Nafisa secara bergantian.

"Wa'alaikumussalam, Nak. "

"Nafisa pamit ya, Ayah, Ibu," ujar Nafisa sambil menyalami kedua orang tuanya. Ia lalu masuk ke mobil Ustadz Azlan dan memilih duduk di kursi belakang. Nafisa merasa malu jika harus duduk di kursi depan, disamping Ustadz azlan.

Di dalam perjalanan, suasana canggung menyelimuti mereka. Tidak ada percakapan yang terjadi, hanya keheningan yang menemani hingga mobil berhenti di depan pekarangan sekolah.

"Terima kasih banyak ya, Ustadz," ucap Nafisa sebelum turun dari mobil.

"Iya, sama-sama," balas Ustadz Azlan singkat.

Setelah Nafisa masuk ke dalam sekolah, Ustadz Azlan memastikan semuanya baik-baik saja sebelum melajukan mobilnya kembali menuju rumahnya.

Terpopuler

Comments

Mukmini Salasiyanti

Mukmini Salasiyanti

Semangat Thorrr

2024-03-04

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39 Cintaku istimewa
40 Bab 40 Jalan2 ke taman
41 Bab 41 Ngambek
42 Bab 42 Nafisa Pingsan
43 Bab 43 Kabar Bahagia
44 Bab 44 Bersyukur
45 Bab 45 Mual
46 Bab 46 Pulang Kampung
47 Bab 47 Takut
48 Bab 48 Terharu
49 Bab 49 Ngidam
50 Bab 50 Pisah Tidur
51 Bab 51 Aku beruntung memilikimu
52 Bab 52 Masa Lalu Nafisa
53 Bab 53 Pengumuman Visual tokoh
54 Bab 54 Nafisa Keguguran?
55 Bab 55 khawatir
56 Bab 56 Reza Tertangkap
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
Episodes

Updated 92 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39 Cintaku istimewa
40
Bab 40 Jalan2 ke taman
41
Bab 41 Ngambek
42
Bab 42 Nafisa Pingsan
43
Bab 43 Kabar Bahagia
44
Bab 44 Bersyukur
45
Bab 45 Mual
46
Bab 46 Pulang Kampung
47
Bab 47 Takut
48
Bab 48 Terharu
49
Bab 49 Ngidam
50
Bab 50 Pisah Tidur
51
Bab 51 Aku beruntung memilikimu
52
Bab 52 Masa Lalu Nafisa
53
Bab 53 Pengumuman Visual tokoh
54
Bab 54 Nafisa Keguguran?
55
Bab 55 khawatir
56
Bab 56 Reza Tertangkap
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!