Bab 3 Melepaskan

Bab 3 Melepaskan

Randu berusaha keras mencari keberadaan Adel. Berkali-kali dia mencari di Rumah Sakit tempat Adel praktek. Namun Adel bagai ditelan bumi. Tak satu pun teman dan sejawatnya mengetahui keberadaan Adel.

"Rin, aku ngga pulang, dari kantor langsung ke Bandara, aku mau ke Bali, mencoba menemukan jejak Adel."

pamit Randu pada Arini.

"Oke, hati-hati di jalan Ran, semoga Adel bisa kamu temukan."

Randu mengaminkan dan menasehati Arini untuk stay di rumah, jangan keluar malam kalau dia tidak ada. Arini hanya menertawakan Randu karena merasa Randu tidak punya hak mengatur dia. Perdebatan kecil terjadi diantara suami istri yang baru menikah ini.

*****************************

Randu duduk terpaku menunggu Adel datang.

Karena Randu yakin di gawai Adel pasti juga mendapat notif reservasi cafe romantis ini. Mereka berdua memang berjanji ketemu di sini.

Namun penantian Randu bagai asap yang sirna diterpa angin. Randu beranjak dari duduknya. Apakah ini artinya dia harus melupakan kekasihnya.

Selang beberapa waktu kemudian, seorang pelayan menghampiri Randu.

"Maaf, Mas ini yang namanya Randu?"

Randu menoleh dan mengerutkan keningnya sembari mengangguk pelan.

Si pelayan merogoh saku dan memberikan sebuah amplop berwarna ungu. Warna favorite Adel. Randu tertegun sejenak.

"Seorang wanita menitipkan amplop ini buat Mas." ucap pelayan itu.

'Dimana dia sekarang Mas? apa dia ...."

Randu mengambil amplop dan menatap sekelilingnya.

"Dia kemarin hanya sebentar di sini Mas, cuma menitip ini pada kami."

Randu terhenyak, rasa kecewa merambat di jantungnya.

Dia mengangguk pada si pelayan dan dengan tulus mengucapkan terima kasih sembari memberikan tip yang cukup besar untuk pelayan itu.

Randu kembali duduk di kursinya, sembari menatap luruh pada kursi kosong di depannya.

Dia hampir tidak percaya, wanita yang sangat dicintainya meninggalkan dia begitu saja.

Dibukanya perlahan surat dari Adel.

Dear Randu, cintaku....

Maafkan aku karena meninggalkan kamu, saat ini aku memohon padamu. Lepaskanlah cinta kita. Lupakan aku.

Aku harus bertanggung jawab pada seseorang yang menderita akibat kelalaian ku.

Selamat tinggal sayang, mencoba lah untuk bahagia tanpa diriku.

Randu meremas surat yang selesai dibacanya. Rasa sakit terukir di relung batinnya.

Bertanggung jawab pada seseorang? Randu tertawa sumbang. Dia merasa Adel tidak adil padanya. Bertanggung jawab pada seseorang? Tapi meninggalkan cintanya tanpa tanggung jawab.

Randu berjalan keluar dan menghampiri bak sampah dan melempar surat itu dengan kesedihan yang dalam. Jelas terlihat luka di sorot mata itu.

Sementara di pojok lain duduk seorang wanita bertopi, berkaca mata hitam dengan tubuh yang dibalut jaket, nampak bersembunyi di balik tampilan tomboy agar tidak dikenali siapa-siapa. Sebulir air mata jatuh mengalir di pipi gadis itu.

Keperihan nyata terlukis di Isak tangis yang tertahan. Dia masih menatap punggung Randu dengan hati teriris.

"Maafkan aku Randu." Lirih suaranya tertahan di kerongkongan.

******************"**********

Randu pulang ke rumah dalam kondisi mabuk. Ketika Arini membukakan pintu untuknya, dia langsung ambruk.

Arini terpekik kaget. Dia menutup hidung karena bau alkohol di tubuh Randu.

Bersusah payah dengan dibantu ART, dia menarik Randu ke atas sofa ruang tamu.

Menyelimuti dan mengompres kepala laki-laki di hadapannya.

Dua jam Arini menunggui Randu yang tak jua sadar, Arini beranjak hendak meninggalkan, namun tangannya di sentakkan oleh Randu sehingga dia terjatuh dalam pelukannya.

"Arini, bantu aku, bantu aku Arini."

Arini berusaha melepaskan pelukan suaminya.

Tapi Randu membalikan posisinya. Dia menindih istrinya di sofa. Arini hendak berteriak ketika Randu menutup bibirnya dengan ******* bibir itu dengan agresif, ciuman penuh nafsu dan gairah membara. Randu tidak memperdulikan Arini yang berusaha memberontak. Dia terus mencium dengan kasar dan penuh gairah. Tangannya menjalar menelusuri tiap jengkal tubuh istrinya. Bibirnya semakin mengeksplor mulut Arini. Randu seperti tak mampu menahan gairah pada Arini. Di ciuminya leher jenjang itu dan memberikan tanda di sana. Randu melepaskan pakaiannya dan menarik piyama Arini sambil tangannya terus menguasai istrinya.

"Bantu aku melepaskan Adel Arini, beri aku kesempatan untuk menjadi suamimu mulai malam ini. Kumohon."

Dan kembali dia mencumbui Arini dengan gairah tak terbendung.

Arini berhenti memberi perlawanan. Air mata mengalir di sudut pipinya. Melihat air mata itu Randu tersadar dan melepaskan Arini perlahan.

Kesadaran Randu benar-benar pulih.

"Maafkan aku Arini. Aku ...."

Arini berdiri dan membenahi pakaiannya.

"Jangan lakukan ini lagi Randu, kumohon. Jangan pernah pulang dalam kondisi mabuk."

Air mata Arini menganak sungai.

Dia masuk ke kamar dan menenggelamkan wajahnya pada bantal. Dia tahu Randu sedang kehilangan Adel. Patah hati dan hancur seperti dirinya.

Arini kembali duduk dan menyeka air matanya. Menatap sedih pada photo-photo Dewa dan dirinya.

Dia berdiri dan mengambil photo Dewa. Menatapnya penuh kesedihan. Kemudian satu persatu photo itu di masukkan ke dalam laci.

Kini kamarnya bersih tanpa kenangan bersama Dewa.

Dia tidak ingin larut dalam kesedihan seperti Randu.

*********************"**"*""

Suasana pagi di meja makan terasa benar-benar kaku. Arini hanya menyuap beberapa suapan sarapannya, sementara Randu menyeruput kopinya dalam hening.

Arini berdiri dan hendak mengambil kunci mobilnya di atas meja tamu ketika Randu menahan tangannya.

"Maafkan aku Arini, aku mohon."

Arini berpaling menghadap pada Randu. Dia menatap sedih pada lelaki di hadapannya.

"Kita sudah berjanji untuk tidak menyentuh satu sama lain, sampai kita berpisah, kamu lupa? Dan malam tadi aku merasa dilecehkan olehmu."

Randu menatap Arini dan mengambil bahu gadis itu.

"Ajari aku mencintaimu Arini, aku ingin melepaskan masa lalu, dan aku berjanji akan mencoba membuatmu mencintaiku." ucap Randu dengan tatapan penuh harap.

"Maka lakukan lah usahamu perlahan Ran, cinta itu sakral, tak mudah di pindah ke lain hati, jangan jadikan aku pelarianmu. Ketika aku melakukan hal yang sama padamu, menjadikanmu pelarianku dari Dewa, apa kamu sanggup menerima?"

Randu mengangguk dan tersenyum tulus.

"Ya Arini, aku faham, tapi berjanjilah bahwa kamu juga harus berusaha melepaskan masa lalumu. Perjanjian tertulis kita dulu mulai detik ini batal Arini, aku akan memusnahkan itu."

Arini hanya diam, menatap Randu penuh keraguan.

"Aku berangkat kerja, kamu juga harus segera pergi, ingat, jangan mabuk lagi!"

Randu mengangguk dan Arini segera berlalu.

Randu segera mengambil kunci kontak mobil land Rover nya dan segera melesat meninggalkan rumah.

Di hatinya telah bulat untuk berusaha melupakan Adel dan mengejar cinta Arini. Dia merasa takdir cinta tidak berpihak pada dirinya dan Adel. Terbukti dengan cincin yang seharusnya melingkar di jari manis Adel, kini malah melingkar di jari manis Arini.

Sejuta harapan membuncah di dada Randu, berharap semuanya akan baik-baik saja.

Apapun yang terjadi dia harus memenuhi amanah almarhum Dewa.

Mencoba membuka hatinya untuk cinta kedua.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Rachel Gifanny

Rachel Gifanny

bahaya kan...dewa masih koma, besar kemungkinan dewa sadar, dan Adel juga kembali, semoga jodoh dewa buat Adel ja... biar randu sama Arini ja

2021-08-05

0

Andi Pencari Cewe Setia

Andi Pencari Cewe Setia

bagus

2020-10-27

1

Andi Pencari Cewe Setia

Andi Pencari Cewe Setia

bagus

2020-10-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!