Bab 4 Perjuangan Hati

Bab 4 Perjuangan Hati

Meskipun waktu telah berlalu begitu jauh, namun sepertinya tak mudah bagi Arini melupakan Dewa dari relung cinta, tak mudah begitu saja menggantinya dengan sosok Randu, karena mereka adalah dua pribadi yang sangat bertolak belakang meskipun mereka saudara kandung.

Arini kesulitan untuk membuka perasaannya pada adik dari calon suami yang kini justru menjadi suaminya. Tak semudah membalikkan telapak tangan. Arini hanyalah wanita yang memiliki keinginan sederhana, menikahi lelaki yang benar-benar dicintai. Dan dia tidak yakin mampu membuka hati pada sosok kurang dewasa seperti Randu.

Arini pun seakan tidak mampu menerima kenyataan calon suami yang sangat dicintainya menikahkan dia dengan adiknya sendiri yang justru sudah memiliki gadis yang teramat sangat dicintainya. Arini menatap sedih pada jari manisnya, di situ melingkar cincin yang semestinya untuk Adel, bukan untuk dia.

"Kamu dimana Arini? aku menuju tempat kerjamu untuk makan siang bareng."

Randu menghubungi Arini yang bersiap untuk berangkat makan siang dengan beberapa Direksi.

Terpaksa Arini menolak Randu.

Dia tetap berangkat bersama rekannya. Meskipun sedikit tidak nyaman karena dia tahu Direktur Marketing nampak sangat menyukai Arini. Namun Arini menjaga jarak, karena Dion nama Direktur Marketing itu mulai mendekati Arini lagi setelah Dewa meninggal. Dia menyukai Arini sejak lama dan selalu di tolak Arini. Dion pantang menyerah.

Ketika memesan makanan sembari bersenda gurau, tanpa sengaja Arini melihat kehadiran Randu. Lelaki itu duduk tidak terlalu jauh dari meja Arini dan teman-temannya. Randu mengawasi dari seberang meja dengan mata sendunya yang selalu terlihat bening.

Dion melayani Arini tanpa canggung, bahkan terkesan sangat intim. Randu mulai terusik. Ketika Dion lebih inten mendekati Arini dengan segala cara dan perhatian manisnya, Randu berdiri menghampiri penyanyi yang sedang menghibur pengunjung.

Dia berbisik di telinga penyanyi yang baru saja menyelesaikan lagunya. Randu membisikkan sesuatu pada pemain keyboard dan mengambil mic.

TAKKAN KEMANA

(The Overtunes)

Di awalan cerita

Tak ada perasaan

Diantara kita berdua

Tapi seiring waktu

Takdir kita bertemu

Mengikuti narasi hidup

Dan betapa bahagia

Ku melihatmu

Senyumanmu menemani hari-hariku

Tak kan sama tanpamu

Aku ingin terus bersamamu

Bila kau mau ku takkan kemana

Kita hanyalah debu

Di luasnya semesta

Tapi kita bisa bertahan

Satu hal yang ku tahu

Aku ada untukmu

Meskipun di masa yang kelam

Dan betapa bahagia

Ku melihatmu

Senyumanmu menemani hari-hariku

Takkan sama tanpamu

Aku ingin terus bersamamu

Bila kau mau ku takkan kemana

Haruskah aku melangkah pergi

Pergi ke sana

Melepas semua kenangan yang telah ku tuliskan

Dan bila kutemukan kau di sana

Oh jangan kemana mana...

Suara Randu mampu menyihir semua pengunjung restoran. Beberapa wanita bahkan mengabadikan penampilan lelaki dengan rambut ikal itu.

Selesai bernyanyi Randu masih menatap meja Arini, kemudian Randu berkata dengan lembut di depan microphonenya.

"Lagu barusan saya persembahkan untuk istri saya tercinta Arini, yang sedang makan siang bersama rekan-rekan kerjanya di meja nomer 15, aku ingin kamu tahu sayang, takdir sudah menyatukan dua manusia dan takdir itu adalah kita. I love you Arini. Istriku." Randu menekankan kata istriku dengan sangat jelas seakan hendak mengingatkan kesemua orang dia memiliki Arini sepenuhnya

Arini tampak sangat salah tingkah dengan ucapan Randu, semua mata menatap kagum pada kecantikan dan keberuntungannya memiliki suami yang romantis.

Randu menghampiri meja Arini dan mengulurkan tangan pada semua rekan kerja istrinya.

Dion nampak sangat shock melihat kenyataan di hadapannya. Ketika yang lain menyambut tangan Randu dengan ucapan selamat, Dion tak bergeming. Kekecewaan terukir jelas di raut wajahnya.

Di mobil saat mengantar Arini kembali ke kantornya, Randu diam dan hanya fokus pada jalanan. Arini masih terlihat sangat kesal.

"Maaf Rin, aku kesal melihat tangan siapa tuh yang ngga mau salaman sama aku? dia terus meletakan tangan padamu dan berupaya meraih hatimu, aku cemburu Rin "

Arini menoleh pada Randu.

"Aku ngga percaya secepat itu hatimu berubah. Ngga ada angin ngga ada hujan ngomong cemburu, i love you, semudah itu buatmu?" Arini menatap Randu dengan sorot mata tak bersahabat.

"Arini, aku sudah bilang kan? Aku akan membuat diri kita saling jatuh cinta. Aku akan PDKT denganmu, step by step. Terima atau tidak aku akan ...."

Belum selesai Randu mengutarakan rencananya, Arini memotong dengan ketus.

"Bagaimana kalau Adel kembali, kamu bisa jamin hatimu ngga akan berubah?"

Randu terdiam. Ada rasa menusuk relung Sanubarinya. Dia mungkin akan mudah mencintai Arini, namun dia tidak yakin akan mampu menepis kenangan manis dengan Adel, terlebih seandainya Adel kembali.

"Kamu ngga mampu menjawab kan? Aku tahu kamu ngga akan bisa melupakan mantanmu, oh ya jangan jemput, kamu kan tahu aku bawa mobil sendiri, walau tidak sebagus punyamu." ucap Arini pelan namun menyentuh tepat di jantung Randu. Dia diam dan tak berkata apa pun lagi.

Ketika mobil telah sampai di depan kantornya, Arini turun tanpa menoleh. Sepertinya kekesalan hati membuncah di sudut hatinya.

*************************,

Sangat sulit bagi Randu hanya untuk

mengajak Arini lari pagi berdua, di taman dekat komplek. Dia mati-matian merayunya. Arini merasa tak enak hati menolak semua ajakan Randu hingga dia menerima ajakan suaminya lari pagi. Ketika sedang berlari kecil di samping Arini, Tiba-tiba sudut mata Randu melihat sosok seperti Adel.

"Kamu lihat apa Ran." Arini menepuk pundak Randu sambil matanya mengikuti arah mata Randu. Namun Randu segera memeluk pundak Arini dan berpura hendak mencium pipinya agar mengalihkan perhatian Arini.

Arini mendorong Randu dan melemparkan sebotol minuman mineral dingin ke arahnya. Arini menggerutu sambil kembali berlari memutari taman. Sementara Randu berusaha mencari sosok wanita mirip Adel yang menggunakan pakaian tomboi.

Ketika dia tidak berhasil menemukannya. Randu menyandarkan kepalanya di pohon. Kini Randu baru menyadari kebenaran kata-kata Arini, bahwa dia belum benar-benar melepaskan Adel.

Kini bahkan hanya melihat sekelebat sosok Adel dia teralihkan sepenuhnya dari Arini. Entah dimana Arini, Randu sudah memutari taman namun tidak menemukannya.

Ketika hendak berbalik dia melihat Dion sedang duduk berjongkok di depan Arini yang duduk di kursi taman. Dia mengurut kaki Arini.

Randu mendekat, dan replek mendorong Dion hingga terduduk.

Arini berteriak marah. Tapi Randu gelap mata.

"Kamu tahu kan? dia sudah bersuami dan saat ini dia di taman ini dengan aku, suaminya!" bentak Randu kalap.

"Hentikan Randu, dia menolongku, aku terkilir, dan kemana kamu? tidak ada 'kan? Dion yang membantuku."

Randu terdiam, di ulurkannya tangan untuk menarik Dion, namun Dion menepis uluran tangan Randu.

Ketika berdiri sejajar Dion pamit pada Arini dan hanya mengabaikan Randu.

"Maafin sikap posesive ku pada kamu, mungkin karena aku mulai merasa menyukaimu lebih dari yang aku sadari."

Randu berjongkok di depan Arini.

"Naik ke punggungku, kita pulang."

Arini hendak menolak namun Randu memaksa.

Randu menggendong Arini dengan mudah seakan mengangkat kapas. Wanita itu tampak sangat risih. Namun Randu terus menggendongnya sampai ke ruang tengah rumah mereka.

Randu mengompres kaki Arini dengan air es.

"Aku minta maaf ya sayang." ucap Randu pelan.

"Minta maaf untuk?" tanya Arini.

"Karena possesive sama kamu, dan karena mengabaikanmu di taman, hingga orang lain yang menolongmu, bukan aku suamimu."

Arini hanya diam. Randu menengadah menatap wajah Arini, nafasnya memburu ada rasa ingin memiliki Arini seutuhnya, namun hasrat itu di redamnya.

"Sayang, cobalah untuk membuka hatimu untukku, coba kamu rasakan apakah saat ini ada sedikit saja hatimu bergetar?"

Randu menangkap wajah Arini dan mendekatkan wajahnya hanya untuk memastikan apakah Arini merasakan getar yang sama. Wajah Arini memerah.

"Cukup Randu, jangan main-main dengan hati. Sekali kita jatuh cinta maka rasa sakit itu akan sangat menyiksa manakala nantinya kamu masih mengejar Adel. Cari tahu dulu hatimu Randu, jangan gegabah, ini hati bukan mainan."

Randu mengangguk. Namun tangannya menyentuh bibir merah tanpa lipstik istrinya dengan lembut.

"Aku menginginkan kamu Arini."

Bersambung

Terpopuler

Comments

Evelyne

Evelyne

heeemmm cinta karena biasa...itu yang akan terjadi...

2022-10-15

0

siti fauziah

siti fauziah

lanjut thor

2021-01-07

1

Yuni Yuniarsih

Yuni Yuniarsih

visual y donk Thor...cerita y seru

2020-10-26

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!