Bab 2 Perihnya tanpa cinta
Wanita cantik yang kini menjadi istri sah Randu itu menjerit hendak memeluk Dewa, dia mengatakan bahwa jemari Dewa bergerak.
Namun Randu mencegahnya.
"Cukup Arini, kamu harus ikhlas." ucap Randu sedih.
"Aku yakin Mas Dewa masih hidup, tolong Dokter, periksa kembali, tolong."
Tubuh Arini lunglai, air mata mengalir deras di pipinya, dan sejurus kemudian dia pingsan.
Randu membawanya pergi untuk menjauhkan Arini dari Dewa, sementara Randu membawa Arini, orang tua Randu dan Dewa memanggil dokter kembali untuk memeriksa putra sulungnya.
"Ajaib Bu, Pak, dia kembali walaupun mungkin akan koma dan dia akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk sadar, dan yang pasti dia memerlukan semua alat medis ini, untuk bertahan hidup."
Ayah dan Ibu Randu mengangguk,
"lakukan yang terbaik menurut dokter, tapi bisakah kalau saya merawat dia sendiri dirumah dengan didampingi tenaga medis?"
Dokter yang menangani Dewa terkejut mendengar permintaan orang tuanya. Namun dokter mengizinkan dengan catatan yang merawatnya dirumah harus tenaga medis profesional.
Tanpa sepengetahuan Randu dan Arini, Ibu dan ayah merawat Dewa di villa mereka di daerah Bandung. Mereka tidak menginginkan Randu menceraikan istrinya kalau mengetahui Dewa masih hidup.
*******************
Randu termenung di kamar pengantinnya. Mereka canggung karena sebelumnya mereka akrab sebagai calon kakak ipar dan adik ipar. Namun kini mereka berada di atas ranjang pengantin.
"Aku ngga mau kita benar-benar menikah Randu, aku sangat mencintai kakakmu. Saat semua baik-baik saja kita cerai."
Arini menatap bola mata Randu dengan ekspresi penuh harap.
"Oke, aku pun memiliki kekasih, aku tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi dia saat tahu aku menikah denganmu."
Randu mengambil laptop nya dan mengetik surat perjanjian.
Mereka berdua sepakat untuk membuat beberapa aturan dalam pernikahan mereka.
Mereka saling berjabat tangan untuk memastikan peraturan itu wajib dipatuhi dan Randu segera membawa bantal, guling dan selimut ke kamar depan.
Saat terbangun dari tidur yang tidak begitu lelap, Randu beranjak menuju ke kamar mandi, namun alangkah terkejutnya dia ketika mendapati istrinya sedang mandi dan sedang tidak mengenakan selembar kain pun. Arini berteriak histeris dan kegaduhan besar terjadi di rumah pengantin baru dadakan itu.
"Gila kamu, ngga dengar apa suara shower hidup!" bentak Arini saat keluar dari kamar mandi dan mendapati Randu asyik dengan secangkir teh di meja makan.
"Siapa suruh ngga dikunci, mana aku sadar ada suara shower hidup, nyawaku masih belum ngumpul karena bangun tidur."
elak Randu dengan senyum nakalnya.
Arini melempar handuk basahnya ke arah Randu, namun dia sigap mengelak.
"Awas aja kalo kamu ulangin lagi, aku bakalan kabur dari rumah ini!" gerutu Arini sambil menyeruput teh yang dibuatkan Randu untuknya.
Sejenak hening diantara mereka, Randu menatap sendu pada Arini.
"Kenapa Mama dan Papaku menguburkan Mas Dewa di Bandung? Walaupun itu tanah kelahiran Papa, tapi aneh aja, koq ngga di sini aja biar deket buat ziarah."
Arini menggeleng dan wajahnya berubah pucat.
"Ada alasan yang melatari setiap keputusan yang diambil orang tua. Kita berdo'a saja untuk Mas Dewa." Air mata Arini mengalir deras saat dia memasukkan potongan terakhir roti tawar ke mulutnya.
"Aku berharap ini cuma mimpi." desis Arini pedih.
Sangat kentara wajah dan sorot matanya melukiskan kelukaan yang sangat dalam dan berdarah.
Randu mencoba menenangkan dengan meraih jemari lentik itu, namun Arini menghindari sentuhan tangan Randu. Dia bergegas berdiri untuk masuk ke kamarnya.
Randu mendekati daun pintu dan mengintip di sela pintu yang tidak begitu rapat.
Suara Isak tangis Arini terdengar menyayat hati. Randu perlahan membuka kamar itu, nampak Arini duduk di depan toilet riasnya sambil menangkup kan kedua tangannya ke wajah.
Randu tertegun melihat isi kamar itu, dia baru menyadari di beberapa sudut di dinding kamar itu tergantung wajah tampan Dewa.
Kemarin malam Randu tidak benar-benar memperhatikan isi kamar itu. Di atas meja rias juga ada photo Dewa dan Arini yang sangat mesra. Randu merasa sangat tersentuh.
Dia teringat Adel yang menghilang tanpa kabar. Terlintas di pikirannya untuk segera mencari kekasihnya itu.
Randu mencoba menghubungi semua sahabat Adel, namun tidak ada yang mengetahui keberadaannya.
Di ruang kerja Randu mengambil foto mesranya dengan dr. Adelia. Foto itu yang terakhir mereka abadikan saat Adel hendak pulang dari tugasnya di Rumah Sakit, dia masih mengenakan jaket Dokternya. Randu mrncium foto Adel dan meletakkannya kembali di meja.
Di ambilnya gawainya, di galeri bahkan di semua sosmednya hanyalah foto kemesraan mereka.
Randu berpikir keras, masalah sebesar apa yang dihadapi calon istrinya, sehingga harus menghindarinya seperti ini.
Randu merasa mungkin Adel tidak siap menikah dengannya, sehingga dia berpura-pura tertimpa masalah. Karena tak satu pun dari keluarga dan kerabatnya mengatakan dia berada di dalam masalah.
Namun Prasetyo menyarankan agar Randu bersabar
Kalaupun Adel memang tak siap menikah, Randu harus menunggu sampai dia siap.
Prasetyo adalah saksi cinta keduanya.
Begitu sulitnya Randu berjuang mendapatkan gadis cantik dan cerdas itu.
Tak mudah bagi Randu menyingkirkan begitu banyak rivalnya.
Adelia menjadi dokter ahli syaraf di usia yang terbilang masih cukup muda.
Prestasinya sangat baik. Beberapa kali melakukan operasi penting bersama dokter ahli yang sudah senior.
Bagi Randu, Adelia bukan hanya wanita cantik tapi wanita yang selalu ceria. Selalu bisa menempatkan diri dimana pun dia berada. Sifat supel itu membuat dia banyak yang mencintai.
Meskipun orang tuanya tinggal di daerah Jawa timur, tepatnya di Surabaya, namun kemandiriannya tak diragukan lagi.
Adelia bukan wanita lemah yang melarikan diri hanya karena tak siap menikah
Randu menekan kepalanya yang terasa sakit. Pikirannya pada Adel membuat sesak, belum lagi kepergian Dewa yang tiba-tiba. Bahkan pernikahannya dengan wanita yang tidak dicintainya menjadi salah satu pemicu rasa lelah dan tak nyaman.
Randu berjalan gontai menuju ruang meeting. Biasanya Dewa yang menangani ini, namun karena Dewa sudah tiada Randu mengerjakan semua tugas Dewa
Dia tidak pernah menyukai menjadi seorang Direktur.
Namun sejak lulus kuliah ayah telah memaksanya ikut terjun mengelola perusahaan ayah
Ketika meeting telah selesai, Randu memacu mobilnya menuju cafe tempat dia biasa bertemu dengan Adel. Sembari berharap akan menemukan gadis yang dicarinya.
Arini menghubungi Randu dan mengatakan untuk tidak perlu menunggunya, dia akan meeting penting hingga larut malam.
Arini mengatakan dia membawa kunci sendiri.
Randu mengiyakan, dan dia mengatakan sedang berusaha mencari Adel.
Arini menyarankan kembali menanyakan Adel di tempat dia bekerja atau kembali menghubungi teman-teman akrabnya.
Randu menuruti saran Arini. Dalam hati penuh keputus asaan.
Bersambung ke bab 3
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Shin Gao
jgn" nnti adel jadi dokter buat rawat dewa...
2020-11-06
3
Degea Geneva
kykmya yg nabrak lari dewa itu adel
2020-10-24
4